Bandung, BEREDUKASI.COM — “Man Jadda Wajada,” itulah kalimat yang memiliki kesan mendalam bagi gadis kelahiran Banyuwangi, 20 September 1996 bernama lengkap Durrotul Firdaus, atau yang akrab disapa “Firda”.
“Saya yakin, barang siapa yang berusaha, dia pasti akan bisa meraihnya,” tandasnya yakin.
Itu jugalah yang membuat Firda sempat menjuarai kompetisi bermusik kategori kelompok, pernah tampil bersaMa Opick Vocalis religy, dan sempat akan 1 panggung dengan Vocalis dangdut jebolan kompetisi di salah satu stasiun televisi. Pernah menjadi peserta terbaik Diklat Jurnalis Santri yang diselenggarakan Kompas di Jakarta dan pernah menjadi juara III lomba menulis satir untuk presiden yang diselenggarakan oleh salah satu blogger.
Pemfavorit warna coklat dan warna-warna soft ini juga bercerira bahwa ia gemar membaca, karena dengan membaca ia bisa meningkatkan pengetahuan, dan merupakan bentuk penghargaan terhadap peran orang lain.
“Membiasakan membaca adalah belajar memahami manusia, memahami alam, dan mengenal Tuhan,” terang pemilik tinggi 155 CM.
Selain itu, penggemar berat Tempe ini juga berkata bahwa ia senang menulis sebagai sarana mengenalkan siapa dirinya. Jika dengan membaca ia mampu mengenal orang lain, maka menulis ia mampu mengenal diri sendiri yang merupakan bentuk kepercayaan diri dan evaluasi.
“Saya juga hobi bermusik sejak kecil. Saat kelas 3 SD, “Abah” panggilan saya untuk ayah. Membelikan saya piano, saya belajar piano otodidak meskipun Abah saya menguasai beberapa alat musik,” terangnya.
Sejak Kelas 4 SD, Firda juga tampil sebagai pianis cilik dari panggung ke panggung, desa ke desa, sekolah ke sekolah, yayasan demi yayasan. Hingga pada kelas 6 SD, ia pernah tampil sepanggung dengan Opick vocalis religy.
“Menurut saya, bermusik itu asyik. Memasukan antara nada demi nada, oktaf ke oktaf. Filosofis kehidupan bersosial, yaitu kolaborasi perbedaan menjadi keindahan,” ucapnya dengan senyum.
Disamping itu, ia juga gemar berbisnis sejak Abahnya di PHK Dari pekerjaannya, ekonomi keluarganya sempat terpuruk. Sejak SMP ia belajar dari Ibunya yang sejak muda berwirausaha.
“Sedari SMP, saya menjajakan makanan dan minuman setiap hari di sekolah. Dari menjual makanan bahkan hingga tugas sekolah saya jadikan ladang penghasilan,” ceritanya haru.
Hasilnya, ia dapatkan untuk menambah uang jajan, membeli buku, dan mengerjakan tugas lainnya.
Hobi berwirausaha itupun terus berkembang hingga ia kuliah. Di perantauan, beberapa kali ia membuka warung jajanan, kedai bakso, dan bisnis online. Hasilnya untuk kehidupan sehari-sehari, membayar uang kuliah. Dan hasilnya 95% ia sudah dapat hidup mandiri dan lepas dari biaya orang tua. Disinilah alasannya memiliki hobi berbisnis adalah karena tuntutan hidup.
“Saya berharap bahwa saya akan menjadi orang kaya yang bermanfaat. Utamanya untuk keluarga saya. Saya ingin Ibu sembuh dari diabetes yang membuatnya saat ini tidak bisa melihat. Saya ingin kedua adik saya meraih pendidikan tinggi, dan saya ingin menciptakan banyak lapangan kerja serta beasiswa untuk anak-anak bangsa yang kurang mampu,” ungkapnya.
Lulusan S1 Ilmu Komunikasi di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini juga tengah sibuk menjalankan beberapa organisasi dan komunitas, serta bekerja di beberapa Lembaga Riset dan Survey.
“Saya bercita-cita menjadi Menteri, atau pejabat, agar bisa membangun bangsa ini lebih mandiri dan berkarakter,” lanjutnya.
Untuk tokoh Idola, ia mengaku menggemari Dahlan Iskan, karena merupakan orang besar yang benar-benar berproses dari bawah serta memiliki karakter yang sederhana.
“Selain itu, idola saya adalah KH.Hasyim Asyari pendiri Ormas Nahdlatul Ulama, beliau adalah Agamawan yang pintar, bijaksana, berani dan sederhana,” jelasnya yang selalu terinspirasi dari kedua orangtuanya.
Bagi Firda, hidup adalah games, yang harus diperjuangkan untuk menang, namun jika kalah tetap dibuat senang aja. Ketika sudah merasa hidup itu asyik, maka akan ketagihan dalam berusaha memperbaiki pola hidup itu sendiri.
“Yang membuat saya selalu bersemangat adalah Ibu. Saya kuat karena saya ingat Ibulah yang memperjuangkan saya dari dalam kandungan hingga dewasa. Saya kuat juga karena saya tak berhenti dalam berimajinasi, saya kuat karena saya mengenal diri saya sendiri,” tandas sulung dari tiga bersaudara.
Terakhir Firda menyampaikan bahwa untuk mengubah negeri kita harus memulai dari kanan kiri.
“Dan untuk memajukan bangsa, harus dimulai dari aku, kamu, dan kita semua,” tandasnya penuh semangat dan optimisme. (Tiwi Kasavela)