Bandung, BEREDUKASI.Com — MENJADI seorang Guru bagi Drs. Zaini yang akrab disapa “Zen” bukan hanya fokus untuk mengajar saja, namun juga berkarya dan menularkan kreatifitas.
Terbukti, Guru Bahasa Indonesia dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan di SMPN 3 Paseh ini. Juga aktif menjadi Pembina Kegiatan Literasi, mengajar Mengaji dan Menulis.
Selain itu, Zen juga menjadi Guru Berprestasi tingkat Gugus tahun 2012, mendapat Dana Bansos dalam Lomba Menulis Novel dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud tahun 2010.
“Saya bercita-cita untuk membuat kolaborasi Musikalisasi Puisi dengan teman-teman Guru. Karena rasanya masih belum cukup model-model Musikalisasi Puisi untuk pembelajaran di kelas atau apresiasi lainnya. Khususnya yang dibuat oleh guru sendiri,” terang pria kelahiran Bandung, 3 April 1967.
Pemilik motto “Hidup ini sekali, jadilah berarti” ini. Juga berharap bahwa anak dan muridnya akan sukses melebihi orangtua dan gurunya.
“Untuk tokoh idola, saya mengagumi Hamka, seorang Ulama dan Sasrawan yang gigih memegang prinsip. Sehingga sempat dipenjarakan pemerintahan Orde lama, karya-karyanya legendaris, sarat makna namun juga indah,” terang lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Penyuka warna krem dan penikmat makanan Sunda ini, juga pernah menulis sebuah Novel, Tiga buah Antologi Puisi dan sebuah Kumpulan Cerita Anak bersama Komunitas Penggerak Literasi.
“Adapun yang menginspirasi saya adalah ayah dan ibu saya. Dalam kesederhanaannya dan tanpa banyak kata-kata, beliau bisa memberi teladan dan motivasi. Agar anak-anaknya lebih maju dan sukses,” tandas anak ke 4 dari 6 bersaudara.
Penghobi Sastra dan Musik ini juga, memaknai bahwa makna hidup dalam artian yang luas adalah untuk ibadah. Juga selalu bersemangat, karena merasa diberi tantangan oleh Sang Pemilik kehidupan. Agar mengisi “kanvas hidup” ini, dengan lukisan yang indah dan bermakna.
“Terakhir saya juga ingin menyampaikan bahwa generasi milenial. Harus mampu menghadapi tantangan abad 21. Mereka bukan hanya harus cerdas secara akademik, tetapi memiliki etos Literasi yang dewasa. Tidak membuat atau termakan hoax, kreatif, berani, gigih dan berakhlak mulia. Contoh kreatifitas misalnya membuat Musikalisasi Puisi, yang bisa diunggah lewat youtube. Lebih mudah dalam bereksplorasi berbeda saat jaman saya SMA. Saya pernah membuat lebih dari 20 Puisi yang dimusikalisasi, tapi saat itu hanya disimpan. Semoga kemajuan teknologi, dapat dimanfaatkan sedemikian rupa,” paparnya sore itu mengakhiri perbincangan. (Tiwi Kasavela)