Jakarta, BEREDUKASI.Com — KEGIATAN Pariwisata berbasis budaya telah dilakukan beberapa pemerintah daerah, antara lain Pemerintah Kabupaten Bondowoso. Banyak rencana aksi dicanangkan untuk mendukung pelaksanaan program ini. Diantaranya memperbanyak berbagai event Wisata, Seni dan Budaya, sampai ke optimalisasi promosi dan pemasaran program.
“Melalui pementasan ini diharapkan masyarakat secara luas, dapat lebih mengetahui berbagai potensi Seni dan Budaya. Serta potensi Pariwisata di Kabupaten Bondowoso,” ujar Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso, Drs. Eko Sujiatmoko. Saat memberi sambutan di acara “Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur” yang digelar di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (7/4/2019).
Dengan melibatkan para penggiat seninya, Kabupaten Bondowoso menampilkan tarian “Molong Kopi” dan pergelaran Teater Tradisi berjudul “Legenda Alas Sumur”.
Beragam produk kerajinan, makanan dan minuman, seperti Batik, Kopi, Tape Dingkong Khas Bondowoso dan lain-lain. Juga dihadirkan di “Bazzar Booth” yang menjadi acara pendukung Anugerah Seni Budaya ini. Pameran diikuti para Pengusaha Kecil dan Pengrajin asal Kabupaten Bondowoso.
Ditarikan oleh para gadis belia, tarian “Molong Kopi” tampil menarik dengan berbagai kostum warna warni. Tarian ini menggambarkan suasana hati para Petani Kopi, saat musim Panen Raya tiba.
“Sepanjang bulan Juli hingga Agustus, Kabupaten Bondowoso dipenuhi suka cita para warganya. Dalam mensyukuri limpahan Kopi hasil Panen Raya mereka,” terang Eko Sujiatmoko.
Sementara pementasan Teater dengan lakon “Legenda Alas Sumur”, menceritakan tentang sebuah hutan di wilayah Bondowoso yang memiliki sumber mata air sangat besar. Namun warga takut mengambil air di sumur ini, karena dijaga kelompok harimau putih yang ganas.
Pada saat kemarau warga membutuhkan air. Maka warga minta bantuan “Bujuk” tokoh sakti atau orang yang patut dituruti nasehatnya untuk menghadapi macan penunggu alas sumur. Macan tersebut tidak dibunuh, melainkan diusir sehingga warga dapat memanfaatkan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari.
“Dalam skala wilayah, Pemerintah Kabupaten Bondowoso juga telah mengembangkan legenda yang menjadi kearifan lokal ini menjadi Destinasi Wisata Desa,” ujar Eko lagi.
Para seniman yang terlibat di pergelaran ini, antara lain Novi Agus Triono (Penulis Cerita), Imam Hariyanto (Sutradara), Endah Listyorini, S.Sn (Penata Tari), Ryan Nasution (Penata Musik), Bakti Ongko Wiyono (Penata Panggung), Em Syahri Muba (Penata Artistik), Frandika Eka Mahendra (Penata Kostum dan Penata Rias), serta didukung puluhan pengrawit, penyanyi dan penari.
Duta seni dari Kabupaten Bondowoso ini di bawah pembinaan langsung Bupati Bondowoso, Drs. KH. Salwa Arifin. Bertindak sebagai Penasehat, Drs. H. Harimas, M.Si (Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso). Penanggungjawab Drs. Eko Sujiatmoko (Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso). Serta bertindak sebagai Pimpinan Produksi, Endah Listyorini, S.Sn (Kepala Seksi Budaya dan Tradisi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso).
Ikut menyaksikan pergelaran ini, Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM, jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Bondowoso, serta para warga dan pengurus Pawarta (Paguyuban Warga Jakarta) asal Jawa Timur.
Bertindak sebagai Juri Pengamat “Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur” adalah, Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Dra. Nursilah, M. Si (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta) dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).
Anjungan Jawa Timur TMII selanjutnya akan menampilkan para duta seni daerah dari Kabupaten Pasuruan (14 April 2019), Kota Batu (21 April 2019), dan Kabupaten Sidoarjo (28 April 2019). Selain itu di tempat yang sama akan digelar juga paket acara khusus, “Eksotika Budaya Jawa Timur”, Jum’at – Sabtu (19-20/4/2019). Disusul kemudian penyelenggaraan Peringatan Hari Tari Dunia, Sabtu (27/4/2019). (HKS)