Jakarta, BEREDUKASI.Com — TIDAK semua orang mengenal “Wayang Timplong”. Bahkan warga Nganjuk sendiri sebagian tak tahu kesenian asli Kabupaten Nganjuk ini.
Padahal “Wayang Timplong” merupakan kesenian asli leluhur mereka. Kesenian ini menjadi satu dari sekian jenis Wayang yang eksis dalam khazanah Seni Budaya di Nusantara.
Wayang khas Nganjuk ini unik. Badannya terbuat dari kayu pahatan. Tangannya terbuat dari kulit. Kisah-kisah cerita yang dimainkan pun berkisar sejarah di pulau Jawa. Berbeda dengan wayang “Purwa” pada umumnya yang menceritakan kisah “Mahabarata” dan “Ramayana”.
Lakon “Wayang Timplong” justru asli khas Nusantara, Indonesia. Ceritanya bersumber dari masa Jawa periode klasik atau yang dikenal dengan cerita ‘Panji”. Isinya mengenai kepahlawanan dan cinta terkait dengan tokoh utamanya, Raden Inu Kertapati (Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (Galuh Candrakirana).
Namun sayangnya cerita “Panji” uga banyak dilupakan. Bahkan banyak orang tidak tahu. Padahal cerita “Panji”, adalah karya Sastra dan Budaya Indonesia yang pengaruhnya hingga ke luar negeri. Menyebar ke seluruh jazirah Nusantara, Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar dan Filipina.
Beruntung pemerintah Kabupaten Nganjuk mengangkat keberadaan ” “Wayang Timplong” ini ke dalam konten tarian. Karya ini dipersembahkan pada acara Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, beberapa waktu lalu.
Walau bukan kesenian Wayang aslinya, tarian “Timplong” tersebut, setidaknya dapat menjadi media penyampai dan ingatan terhadap eksistensi seni Wayang Kayu “khas” Kabupaten Nganjuk yang lapuk termakan zaman.
“Kabupaten Nganjuk tidak hanya berpotensi di bidang pertanian, keindahan alam, industri dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Tetapi juga potensi bidang Seni dan Budaya. Selainn berbagai potensi Budaya, Seni Tari atau Seni yang lain dikembangkan. Karena hal ini merupakan satu rangkaian pembangunan,” sambut Bupati Nganjuk, Novi Rahman Hidayat, S.Sos., M.M, yang hadir di acara apresiasi budaya Jawa Timur ini.
Turut menyaksikan pergelaran ini Kepala Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Drs. Dwi Suyanto, MM, dan Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM.
Hadir juga Wakil Bupati Nganjuk, H. Marhaen Djumadi, Sekretaris Daerah (Sekda) Nganjuk Agus Subagyo, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nganjuk Drs. Supiyanto, MM, Kepala Bidang Kebudayaan, Pasiyan, SH, MM, jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Nganjuk, Ketua Paguyuban Warga Nganjuk di Jakarta, Sri Wardhati Sani, serta para warga dan pengurus Pawarta (Paguyuban Warga Jakarta) asal Jawa Timur.
Novi berharap, agar Kabupaten Nganjuk diberi kesempatan tampil dalam Paket Acara Khusus (PAK) di tahun 2020 nanti. Sehingga berbagai potensi Kabupaten Nganjuk, khususnya Seni Budaya dan Pariwisata, dapat lebih terapresiasi.
“Kami mengharapkan dalam pelaksanaan acara tersebut para Duta Besar berbagai Negara diundang untuk menyaksikan, agar potensi Kabupaten Nganjuk dapat dikenal lebih luas,” ujarnya. (Ramadhan Panjaitan)