Jakarta, BEREDUKASI.Com — BUDAYA Betawi yang adiluhung, dipengaruhi oleh Budaya Etnis lain yang berdampingan sejak ratusan tahun lalu.
Untuk itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Selenggarakan Pagelaran Pecinan Betawi.
Disana ada Etnis Tionghoa, Arab, India maupun ragam suku di Nusantara seperti, Bali, Bugis, Ambon, Makasar dll. Untuk terus menjaga Budaya Betawi yang sakral tersebut.
Rani Pancarani, penyanyi yang terkenal piawai melantunkan tembang Mandarin ini, mendukung gagasan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Untuk Menggelar “Pagelaran Pecinan Betawi”.
Kali ini Rani sedang sibuk mempersiapkan acara Pagelaran Seni Budaya yang akan diadakan pada hari Sabtu, 16 November 2019 mendatang yang diberi tema “Pagelaran Pecinan Betawi”.
“Saya sudah sebulan lebih sibuk menyiapkan acara tersebut. Tentu kami berterima kasih kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Khususnya Budaya Betawi, yang sudah berikan kesempatan pada saya. Untuk ikut terlibat dalam ajang yang unik ini. Jadi nanti kita akan mulai dari pagi jam 09.00 hingga jam 21.00. Meramaikan lapangan Museum Fatahillah di Kota Tua Jakarta. Saya mengajak Seniman Tionghoa, untuk berkolaborasi dengan Seniman Betawi. Mereka yang kami pilih bukan sembarang Seniman, mereka benar-benar yang memiliki Prestasi di bidangnya. Kita gelar di rapat pemilihan pemeran Drama Kolosalnya dan terpilihlah beberapa nama untuk memerankan tokoh Tionghoa-nya,” papar Rani, saat ditemui Wartawan di Jakarta baru-baru ini.
Seniman Tionghoa yang dimaksud Rani adalah Feline Xiao yang akan berperan sebagai Lili dan Arjuna Liusady yang akan berperan sebagai Acong. Di dalam drama Kolosal. Dede Loo yang akan memandu acara bersama Rani nanti. Yang menyutradarai Drama Kolosal adalah Atien Kisam menyertakan, para Seniman Betawi yang sudah cukup tinggi jam terbangnya yaitu Sabar Bokir, dia adalah putera dari H. Bokir (alm) Komedian Betawi yang tersohor. Yudi Bejo, Heri Ujang, Roro Dita dan Lufti Ardiansyah Abang None 2012.
“Saya ingin sahabat-sahabat Seniman Mandarin Indonesia, mulai mencintai dan bangga dengan Budaya Betawi. Mendalami Budaya Betawi yang “unik”, beradab, sifatnya yang ceplas-ceplos kocak dan tulus. Persis seperti yang digambarkan oleh almarhum Benyamin Sueb. Saya ingin para Seniman Tionghoa ini, menceritakan pada dunia. Betapa kerennya Budaya di Batavia ini, agar turis mau datang ke Jakarta. Dan melihat kota yang beredukasi nilai sejarah luar biasa ini,” tutur penyanyi yang piawai melantunkan tembang Mandarin ini.
Acara sendiri akan digelar di Panggung Utama depan Museum Fatahillah. Disana ditampilkan Ondel-ondel, Barongsai, Naga, Permainan Gasing, Enggrang, Spinning Plates, Gambang Kromong, Lomba Foto Booth dan masih banyak lagi. Rani berharap acara seperti ini akan menjadi agenda rutin di Jakarta khususnya di “Kota Tua” ini.
“Saya berharap suatu saat nanti, event ini, akan menjadi agenda bulanan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Jakarta. Bahkan bisa menjadi “List”-nya para Traveler sebagai jadwal Wisata Khusus bagi para turis asing,” kata istri Pesulap Adri Manan ini.
Mengapa Rani begitu tertarik dengan Budaya Betawi……?
“Orangtua saya memang Jawa Barat, tepatnya Kuningan. Tetapi saya lahir di Jakarta, berkawan banyak dengan mereka yang logatnya masih Betawi banget. Dan saya sudah sejak jaman Gubernur Pak Wiyogo. Rutin diterbangkan ke RRC dan Taiwan, untuk pertunjukan Budaya Betawi disana. Sehingga buat saya, Betawi benar-benar Budaya yang patut kita lestarikan dan banggakan,” jawab Rani.
Tema Drama Kolosal kali ini, mengangkat tema “Geger Pecinan 1740”.
Mengapa mengangkat tema tersebut…? Mengapa bukan “Sam Pek Eng Tay” atau yang lainnya…?
Tema “Geger Pecinan 1740″. Kita angkat memang sudah mengikuti permintaan dari penyelenggara, untuk mengangkat Sejarah. Jadi, tema kali ini benar-benar Sejarah yang terjadi di tahun 1740, disitulah dimulai terjalinnya persaudaraan antara Etnis Tionghoa dan Betawi. Pembantaian Tionghoa oleh VOC telah membangkitkan semangat rakyat Batavia. Untuk mengusir mereka dari tanah ini. Tionghoa dan Betawi bersama-sama melawan mereka dan sejak itu, Tionghoa dan Betawi berdampingan membangun Batavia. Dan kini, dengan kondisi memprihatinkan, kita mudah termakan Hoax. Sehingga persaudaraan yang telah dibentuk ratusan tahun lamanya terusik. Semoga dengan melalui Seni, kita bisa mulai berdampingan lagi. Membangun negeri bersama-sama. Itu pesannya dari rangkuman Sejarah ini. Selain para pejabat, tamu khusus yang akan hadir nanti dari Komunitas Pengusaha Tionghoa, Media, Seniman Mandarin Indonesia Yin Hua Xin. Juga para sesepuh Tionghoa yang selalu membina millenial Tionghoa dengan bijak,” ulas Rani.
“Pagelaran Pecinan Batavia” nanti, akan dihadiri ribuan pengunjung yang akan menghabiskan akhir pekannya bersama keluarga disana. Jadi diharapkan bagi para pengunjung yang akan hadir, akan lebih baik jika tidak membawa kendaraan pribadi. Karena tidak disiapkan tempat parkir. Akan lebih nyaman dengan fasilitas transportasi dalam kota yang memang kini sudah sangat baik dan aman. (Yil)