BANTUL, BEREDUKASI.Com — Menari, selain sebagai sarana penyaluran hobi juga merupakan wujud apresiasi mencintai Budaya. Dimana dalam setiap gerakan memiliki makna-makna tertentu yang penuh pembelajaran. Begitupun bagi Adven Risang Priyambada atau yang akrab disapa “Adven”. Pria yang menyabet gelar Dimas Bantul 2017 ini hobi dalam menari khususnya tarian Klasik Gaya Jogya. Tentu karena ia memang terlahir dari keluarga yang mencintai seni, khususnya terian dan musik. Maka sejak kecil Adven sudah diperkenalkan dengan ke dua hal tersebut, dan lama-kelamaan musik dan tarian menjadi kegemarannya.
Adven bercerita bahwa dia sangat menyukai tari klasik gaya Jogya. Menurut Adven yang paling menarik dari tarian tersebut adalah filosofis yang ada didalamnya.
“Ada 4 hal yang sampai saat ini masih saya ingat yaitu “greget, sengguh, nyawiji, ora mingkuh” dan dari berlatih Tari Klasik Jogja tersebut yaitu adalah kesabaran karena dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajari tari tersebut jika dibandingkan dengan tari kreasi,” tutur pria kelahiran Bantul, 16 April 1994 ini.
Selain menyukai tarian, Adven juga sering mendengarkan Tembang Jawa atau yang disebut dengan “Macapat”, walaupun tidak bisa untuk mempraktikannya, tapi di sana banyak pesan moral yang tersirat yang sangat baik untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Menurut saya Kebudayaan Jawa itu suatu warisan yang diturunkan secara turun menurun dari nenek moyang yang memiliki banyak pembelajaran yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat,” ucapnya.
Selain itu bagi Adven, kebudayaan jawa merupakan suatu identitas masyarakat yang memiliki “unggah-ungguh” atau tata krama yang mencerminkan sikap dari masyarakat Indonesia khususnya Jawa.
Karena Kecintaannya yang dalam terhadap kebudayaan Jawa, maka tidak salah kalau Adven sering mendapatkan penghargaan dan prestasi di bidang tersebut. Diantaranya adalah Juara 2 Tari Klasik Gaya Yogyakarta tahun 2007, Juara Tari Berpasangan tingkat provinsi tahun 2009, Duta Seni Pelajar se-Jawa Bali, Wakil DIY dalam FLS2N (2009) kategori tari kreasi berpasangan, Anggota Peleton Inti SMA, Perwakilan dari UGM dalam Asean Youth Culture Forum (AYCF) di Filipina.
Lalu bagaimana awal mulanya Adven dapat menjadi Dimas Bantul 2017?
Adven bercerita bahwa ia mengikuti Dimas Diajeng karena ajakan temannya yang dulu mengikuti Dimas Diajeng juga. Temannya bilang jika ia memiliki potensi. Awalnya Adven merasa tidak percaya diri. Namun karena mendapatkan motivasi dari ibu untuk mencoba saja apapun hasilnya. Akhirnya dia mendaftar menjadi finalis dan menjadi juara pertama.
“Perasaan saya menjadi pemenang yang pertama yaitu bersyukur dapat diberikan kesempatan ini, yang kedua saya juga senang karena dapat memberikan rasa bangga untuk ibu saya dan yang ketiga jujur ini juga merupakan sebuah tantangan karena saya memiliki tanggung jawab yang lebih,” ujarnya ramah.
Adven juga berharap dengan perannya sebagai Dimas Bantul 2017, ia dapat memberikan kontribusi dan mengajak muda-mudi untuk membantu membuat Jogja khususnya Bantul menjadi lebih berkembang lagi.
“Seberapapun peran kita sangat berarti bagi perkembangan Kota Bantul. Baik dari segi wisata, budaya, ataupun hal yang lainnya. Ya semoga lebih banyak yang peka dan peduli,” tutur lulusan Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Adven yang memiliki motto hidup “Percayalah bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu pada saat yang tepat” ini juga mengaku bahwa selama ini banyak diberi dukungan oleh kedua orang tuanya, khusunya ibunya.
Apa saja harapan Adven untuk pemuda pemudi?
Adven menerangkan bahwa saat ini jaman sudah semakin menglobal, tentunya menerima dan mengikuti trend masa kini agar kita tidak ketinggalan jaman, adalah hal yang lumrah. Namun Adven berpesan hal tersebut bukan menjadi alasan untuk meninggalkan kebudayaan yang berkembang di sekitar kita.
“Jangan sampai kita merasa asing apalagi tidak suka dengan kebudayaan sendiri. Dengan situasi yang semakin modern ini malah seharusnya dapat membantu untuk melestarikan, menjaga, dan mengembangkan kebudayaan yang kita miliki. Agar terus terjaga dengan baik,” tuturnya Dimas tampan ini.
Terakhir, Adven juga berkata bahwa melestarikan kebudayaan adalah hal yang penting. Khususnya kebudayaan Jawa untuk masyarakat Jawa. Karena itu akan memberikan nilai yang khas dari kebudayaan yang lainnya.
“Kalau kita terus melestarikannya tentu kelak generasi penerus dapat merasakan langsung bagaimana kebudayaan Jawa itu sendiri bukan hanya mendengar dan membaca buku-buku sejarah yang ada tanpa merasakan berbagai hal indah yang dimilik oleh kebudayaan Jawa,” jelasnya sambil tersenyum manis. (Tiwi Kasavela)