Bandung, BEREDUKASI.Com — PERTAMA bertemu terlihat tampan, rajin dan gemar membaca. Itulah Yuris Fahman Zaidan atau akrab disapa Yuris.
Pemuda kelahiran Bandung, 29 Agustus 1995 ini. Merupakan mahasiswa Sosiologi angkatan 2014 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Selain itu Yuris juga merupakan Ketua UKM Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) periode 2017-2018. Bahkan tergabung pula di Komunitas “Bangbung Ranggaek” yang merupakan Komunitas Literasi khusus KeSundaan. Juga “Komunitas Sastra Rakyat” yang kajiannya berpihak kepada rakyat.
Bagi Yuris membaca dan berdiskusi adalah hobinya sejak kecil yang banyak membuatnya, terinspirasi untuk menebarkan hal-hal positif juga pemikiran dan gagasannya tentang hidup.
“Membaca tidak terpisahkan dengan hidup saya. terlebih kultur di SMA, membentuk jiwa saya untuk menjadi seseorang yang peka dan kritis terhadap fenomena-fenomena yang tengah terjadi di sekitar,” tuturnya.
Yuris juga bercerita, saat duduk dibangku SMA juga tergabung dalam kajian di bidang nalar dan bakat. Dan dari sanalah mulai suka berdiskusi.
“Dulu, Guru saya sering memberikan novel untuk dibaca. Kemudian terlibat dalam anggota Buletin Sekolah yang akhirnya suka menulis. Mulai dari catatan facebook dan nge-blog, juga mengirimkan Cerpen dan Essay ke koran Pikiran Rakyat Bandung. Ada sekitar 9 tulisan yang pernah dimuat di media tersebut,” terang lulusan Pesantren Persatuan Islam (PPI) ini.
Lalu apa asyiknya membaca bagi Yuris…?
“Menyenangkan, ketika saya membaca, dapat memandang sebuah persoalan dari berbagai sisi. Jika ada satu masalah, saya tidak mudah mempercayai atau terbawa arus. Namun dapat memilah dalam perspektif yang luas,” jawabnya.
Yuris juga bercerita, bahwa dirinya sangat menyenangi Kajian Sosial. Karena ia sendiri merupakan mahasiswa Sosiologi. Disamping itu menggemari Filsafat sebagai buah dari pergulatan dan pemikirannya yang terus direproduksi, agar dapat menimbang dengan logis berbagai permasalahan.
“Saya menggemari buku-buku Martin Suryajaya, juga menyenangi para tokoh yang menjabarkan persoalan ekonomi politik dan sosial seperti Karl Marx,” ungkapnya.
Bungsu dari tiga bersaudara ini, menerangkan bahwa saat ini sedang menggagas dan memperjuangkan lingkungan lewat “Front Rakyat Kabupaten Bandung Peduli Lingkungan” atau yang disingkat dengan FRKBPL yang dikembangkan sejak tahun 2017.
“Semuanya bermula saat musim kemarau pada tahun 2017. Bahwa Sungai Cisangkuy jadi bau dan menghitam, akibat pencemaran lingkungan oleh limbah. Karena hal itu terbesitlah dalam benak saya untuk membuat FRKBPL,” jelasnya.
Kemudian Yuris mulai mengajak teman-temannya, lewat jenjaring facebook untuk bergabung. Setelah itu mulai mengorganisir, memulai penelitian, pendataan dan publikasi mengenai keadaan sungai tersebut.
“Saya ingin masyarakat menyadari keadaan lingkungan disekitarnya. Kerusakan yang sudah terjadi dan upaya yang sama sama didiskusikan untuk dicarikan solusinya,” ucap Yuris yang juga tengah tertarik untuk merespon pertambangan batu terhadap lingkungan.
Pemuda pemilik motto hidup “Tiada Penindasan, Selalu Perjuangan” ini, juga bermimpi dapat berkontribusi bagi kehidupan dan kesetaraan, menghapuskan ketimpangan, pemaksaan dan ketidakadilan.
“Saya rasa hingga hari ini, masih banyak orang yang tertindas. Saya ingin terlibat dalam membantu masyarakat agar lebih sejahtera dan damai,” ucapnya yakin.
Kedepannya Yuris berharap, dapat mendedikasikan diri dibidang keilmuan entah menjadi Dosen, Ilmuwan dan semacamnya.
“Yang paling penting bagi saya adalah, ketika dapat berkarya lewat jurnal dan buku. Khususnya karena saya suka menulis dan sangat senang membagikan hasil dari bacaan kepada orang lain. Serta akan tambah bersyukur, jika hal itu bermanfaat bagi orang lain,” tutupnya hangat. (Tiwi Kasavela)