FeaturedFigurPerguruan Tinggi

“Lioni” Membangun Sekolah Perdamaian di Indonesia…!

0

Bandung, BEREDUKASI.Com — MEWUJUDKAN perdamaian tentu bisa dilakukan oleh semua orang, melalui berbagai cara yang positif dan membangun kerjasama dengan berbagai macam kalangan mulai dari latar belakang yang berbeda.

Lioni Beatrik Tobing atau yang akrab disapa Lioni adalah salaseorang yang fokus dengan tujuan in. Berbagai kajian telah  diikuti, mulai di Indonesia hingga pergi ke berbagai negara.

Bahkan lulusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik Universitas Padjajaran Bandung ini, melanjutkan study Magister pada jurusan Ilmu Politik di Ateneo de Manila University, Filipina dan Study Pembangunan Berkelanjutan di University for Peace, Kosta Rika. Tentunya untuk memperdalam ilmunya seputar Fenomena Konflik dan Perdamaian.

Lalu bagaimana awal mulanya Lioni memiliki perhatian dan dedikasi pada bidang ini….?

“Saya mengikuti “School of Peace” tahun 2008 di Bangalore India. “School of Peace” merupakan lokakarya selama 3 bulan mengenai Konflik dan Transformasi yang pesertanya dari negara-negara di Asia. Dengan latar belakang Agama, Etnis dan Budaya yang beragam,” jawab Lioni.

Lioni juga menjelaskan bahwa ada sekitar 20 Alumni “School of Peace” asal Indonesia yang tersebar dari Aceh sampai Papua.

“Setelah lulus dari University for Peace di Costa Rica, bulan Agustus 2016. Saya terpilih sebagai Koordinator untuk organisasi yang dibentuk oleh Alumni “School of Peace” bernama Sekolah Damai Indonesia (SEKODI).

“SEKODI memiliki visi gerakan perdamaian dan keadilan yang bergeser dari Budaya Reaksi ke Budaya Transformasi,” ujar perempuan kelahiran Bandung, 29 Juli 1980.

Tahun lalu, SEKODI menyelenggarakan ‘School of Peace” di Indonesia dengan 16 peserta dari 10 negara. Tujuan “Sekolah Damai” adalah mendorong transformasi individual, pengembangan strategi Nasional untuk perdamaian keadilan melalui aksi lokal. Dan pengembangan strategi regional untuk advokasi keadilan dan perdamaian.

Tahun ini, SEKODI sedang menyelenggarakan “Sekolah Damai” Mingguan di Kota Bandung dengan harapan upaya ini akan terus dilakukan ke kota-kota lain di Indonesia.

“Cita-cita saya ke depan ingin membangun “Peace Center” di Indonesia. Jadi “Peace Center” ini, akan menjadi tempat bersama orang-orang untuk belajar perdamaian, isu-isu sosial, bisa belajar perdamaian dari berbagai macam permainan. Melalui dari drama, musik dan karya seni lainnya. Nantinya center ini bisa diakses oleh siapa saja dan terintegrasi dengan sekolah-sekolah di Indonesia,” papar penggemar buku berjudul Momo karya Michael Ende ini.

Lioni berharap bahwa kedepannya Indonesia bisa lebih damai, karena masyarakatnya bisa bertransformasi menjadi masyarakat yang terbuka, mandiri, dan cerdas.

“Lima tahun ke belakang, saya juga sempat bekerja di sebuah Lembaga Kemanusiaan International untuk masalah kebencanaan. Lalu setelah itu, dua tahun kuliah di Filipina dan Kosta Rika. Kemudian pulang ke Bandung membuat project bersama “Kasepuhan Ciptagelar” untuk pemanfaatan teknologi di area pedesaan. Dan sekarang mengerjakan “Sekolah Damai Indonesia”,” jelas perempuan yang hobi berjalan kaki ini.

Lioni juga bercerita bahwa sebagian besar waktunya di luar negeri. Dia pergunakan untuk belajar seperti tentang konflik dan transformasi di India, berkuliah dan alasan lain biasanya karena diundang untuk pertemuan dan jalan-jalan untuk refreshing.

Tetapi yang paling ia sukai adalah saat mengunjungi teman-teman kuliah dan teman-teman alumni “School of Peace” di Asia maupun benua lain. Reuni-reuni kecil ini membuatnya selalu bersemangat lagi ketika kembali ke Indonesia.

“Teman adalah harta berharga dalam hidup saya. Sometimes they know me better than myself. They all inspire me to continue to be a better person,” tandasnya.

Bagi Lioni teman-temannya adalah orang-orang yang memberinya banyak inspirasi baik di “School of Peace” Asia maupun di Indonesia termasuk Bandung. Teman-teman kuliahnya di Filipina dan Kosta Rika, teman-teman arisan dan sahabat-sahabat lamanya di sini.

Lioni dan teman-teman di “Sekolah Damai” Indonesia, ingin membagi pengetahuan kami mengenai transformasi pribadi. Bahwa setiap individu punya keunikannya tersendiri, tetapi yang membuat kita sama adalah memiliki cerita. Dari cerita, kita bisa menumbuhkan empati dan berbagi rasa. Dari rasa empati yang ditumbuhkan kami berharap tiap-tiap individu akan mengubah perspektif di sekitarnya. Untuk menjadi lebih baik bagi dirinya dan orang lain.

Penggemar dari seri komik Buddha karangan Osamu Tezuka ini juga mengatakan. Bahwa semuanya membutuhkan proses. Dan mudah-mudahan dalam proses tersebut, setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menemukan sedikit kedamaian.

Lioni juga mengajak para pemuda untuk  mengikuti kegiatan “Sekolah Damai” Indonesia dengan mendaftar di http://bit.ly/2nL45u3 dan juga bertanya informasi lebih lanjut  ke email sekolahdamaiindonesia@gmail.com. (Tiwi Kasavela)

admin

“Teguh” tak Berdiam Pada Sebuah Titik…!

Previous article

Siliwangi Adalah “Ruh”nya Masyarakat Jawa Barat…..!

Next article

You may also like

More in Featured