FeaturedFigurPerguruan Tinggi

Rena Asyari Dari “Perpus Ransel” Hingga “Reading Corner”…!

0

Bandung, BEREDUKASI.Com — Bagi Rena Asyari atau yang  biasa dipanggil Rena. Sejatinya hidup adalah untuk memberikan semangat positif, salasatunya lewat ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya.

Karena itulah Rena bersama teman-temannya mendirikan komunitas “Seratpena” yang bergerak di bidang Literasi mengadakan Workshop Menulis, Diskusi, Bedah Buku dan lainnya. Selain itu sejak tahun 2009 dirinya menjadi Pengajar di Politeknik Piksi Ganesha, Bandung.

“Cita-cita saya ke depan, ingin memiliki “public space.”  Didalamnya ada Perpustakaan yang bisa diakses oleh banyak orang, ada ruang untuk berkumpul. Dan beraktifas seperti Diskusi, Kuliah Umum, Workshop dan ada Ruang Terbuka untuk anak-anak yang ingin berlatih menyanyi dan menari,” terang Rena.

Memang kajian pengetahuan dan pengembangan diri setiap orang, bagi Rena adalah hal yang penting.

Awalnya karena Rena suka membaca. Kebetulan bapaknya seorang Guru, sepulang sekolah selalu membawa pulang “Majalah Kuncung” yang merupakan majalah anak pada waktu itu.

“Tahun 1990-an awalnya bapak saya, suka mengajak ke ruang Guru. Dan saya melihat ada Perpustakaan. Dari situlah untuk membunuh kebosanan, ketika menunggui bapak mengobrol dengan rekannya sesama Guru. Saya menjadi betah di Perpustakaan, tentunya untuk membaca,” papar Rena.

Dari situ juga Rena mulai berkenalan dengan buku-buku karya NH Dini, Armin Pane, Amir Hamzah dan Marah Rusli. Bahkan rajin membaca Majalah Bobo, karena memang ayahnya berlangganan. Sehingga setiap kali Rena membaca buku. Semakin tahu bahwa banyak hal di luar sana yang menarik.

“Bahkan saya bisa pergi ke luar negeri, ketika membaca artikel Bobo Jalan-jalan ke Luar Negeri. Hobi membaca terus berlanjut hingga dewasa. Sampai akhirnya buku yang saya punyai sudah sangat banyak,” terangnya.

Rena juga bercerita pada tahun 2010, iseng bertanya kepada sala satu mahasiswanya, tentang Soekarno sang Proklamator. Dan mereka geleng-geleng kepala, pertanda tidak banyak yang mereka ketahui.

Itulah awal mula kegelisahan Rena, akan minat baca generasi muda yang rendah. Mulailah dirinya membuat “Perpus Ransel” yaitu membawa beberapa buku yang dimilikinya dan meminjamkannya kepada para mahasiswa. Seminggu sekali membuat “diskusi kecil”, membedah buku yang mereka pinjam di salasatu tempat “kost” mereka.

“Karena dirasa kurang efektif menumbuhkan minat baca, hanya di kalangan muda. Maka saya bersama teman membuat Komunitas “Seratpena” dengan mengajak anak-anak untuk membaca. Caranya dengan mengenalkan Dongeng dan Puisi,” tutur Rena.

“Sekarang Komunitas “Seratpena” sudah mempunyai dua perpustakaan yaitu lokasinya di Bandung dan di Jatiwangi,” papar lulusan Universitas Padjajaran (UNPAD) Jurusan Fisika ini ramah.

Dalam perjalanannya Rena mengungkapkan, bahwa banyak orang-orang yang menginspirasi hidupnya. Tetapi yang paling melekat adalah ketika ia membaca buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” karya Kartini. Dari situlah Rena, belajar menjadi perempuan pemberani.

“Di beberapa wilayah Jawa Barat, masih akrab dengan aktifitas perempuan yang sebatas di dapur saja. Akhirnya saya ingin membuktikan, bahwa perempuan Sunda, bisa juga mandiri dan berkarya. Setidaknya pembuktian itu untuk kalangan terdekat saya yaitu keluarga,” tutur perempuan kelahiran Majalengka, 26 Agustus 1986.

Bungsu dari 2 bersaudara ini juga, mengatakan bahwa dirinya mengidolakan “Dee Lestari” yaitu seorang penulis yang bagi diri Rena adalah sosok seorang Penulis serba bisa. Dapat meramu tulisan dengan pas, tidak hambar. Dari karya Dee Lestari inilah ia banyak belajar menulis.

“Kedepannya saya ingin juga membuat Pertanian Organik dengan skala besar. Bahkan sampai bisa masuk ke Supermarket. Saya juga ingin mempunyai Lembaga Pendidikan. Jadi intinya ada “impian” saya yaitu memiliki “public space”,” jelas Rena.

Harapan ke depan Rena, ingin Komunitas yang ia dirikan yaitu “Seratpena”. Dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang banyak untuk sekeliling. Bahkan berharap anak-anak Indonesia, menjadikan membaca itu sebagai kebutuhan dan bukan hanya sebatas keinginan.

“Saya memiliki motto hidup  “Menjadi Diri Sendiri Adalah Pijakan Untuk Bergerak”. Itulah yang menjadi pegangan saya,” ujarnya.

Untuk yang ingin mengenal Rena lebih dalam. Beberapa artikelnya dimuat di www.qureta.com dan www.jurnalperempuan.org dengan keyword Rena Asyari.

“Mungkin dari beberapa tulisan itu, bisa memberikan sedikit informasi tentang saya. Meskipun mengambil kuliah jurusan “sains”. Tetapi lima  tahun ini, saya membaca buku-buku Sastra dan Feminisme. Artikel saya juga bervariasi mulai dari “sains”, Sastra ataupun Feminisme,” ungkapnya hangat. (Tiwi Kasavela)

admin

Bahasa Membuat Ajeng Dapat “Mengksplorasi Dunia”…!

Previous article

Toekang Saeh Kembangkan Kembali “Daluang”…!

Next article

You may also like

More in Featured