Laporan kecil: Budi S. Ombik/Biro Priangan Timur.
Bagian 1.
Tasikmalaya, BEREDUKASI.Com — DALAM catatan sejarah kedinasan di lingkungan pemerintahan, Indonesia telah menorehkan sejarah baru yakni seorang pejabat dengan jabatan Wakil Bupati “Tersingkat 42 Hari”.
Jabatan itu dibebankan kepada seorang Pengusaha yang juga Politisi handal. Dia adalah Deni Ramdani Sagara. Menjabat Wakil Bupati Tasikmalaya selama 42 hari. Terhitung sejak dilantik pada Rabu (10/2/21) hingga berakhir pada Selasa (23/3/21).
Yang menjadi sorotan di kalangan Tatanan Kedinasan Pejabat Negara yaitu kerja dalam waktu singkat, selama 42 hari. Tugas tugas yang diembannya diselesaikan dengan baik.
Terpaan hidup yang dijalaninya sejal kecil menjadi bekal, dalam menorehkan prestasi kerja gemilang tersebut.
Kenapa tidak. Deni, anak sulung dari pasangan Umar Ismail dan Mamah Suryamah pada 18 Oktober 1977, telah diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk hidup pahit, mengambil putusan tegas dan bertindak penuh perhitungan matang.
Saat dibangku Sekolah Dasar (SD), Deni kecil berjualan Kue Dadar Gulung. Kue tersebut dibuat oleh orangtuanya sendiri yaitu Mamah Suryamah.
Deni berjualan keliling kampung menjajakan kue tersebut, tanpa rasa malu. Bahkan Deni kecil pun gemar bermain layang-layang.
Hingga akhirnya punya inisatif untuk membuatnya. Layang layang buatannya pun banyak diminati.
Dalam benaknya masih terbayang, begitu susahnya mencipta dan mengkreasi layang layanh agar laku dijual.
Roda kehidupan terus berputar dan dilakoni. Usai menempuh jenjang pendidikan setingkat Sekolah Menegah Atas (SMA), Deni remaja memilih melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi.
Padahal di tempatnya Deni di lahirkan, di Desa Sukahening, remaja seusianya bercerai berai mencari penghasilan, menjadi pekerja untuk mendulang rupiah.
Mereka pergi merantau ke luar kota dan berharap saatnya kembali bisa membawa pundi rupiah untuk bisa membahagiakan orang dekatnya di Desa.
Namun bagi Deni tidak begitu. Dengan kondisi 2konomi Ke-Dua Orangtuanya yang serba pas pasan, Deni pergi merantau untuk menimba ilmu di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tidak tanggung-tanggung, jurusan yang diambilnya Fakultas Filsafat. Saat menjadi mahasiswa UGM, Deni aktif di sejumlah kegiatan kemahasiswaan.
Bahkan kegiatan sejak kecil berjualan kue, di bangku kuliah pun Deni melakoninya dengan berjualan kue.
Bedanya kue yang dijual bukan Kue Dadar Gulung. Tapi kue yang dijajakannya Kue Bapia.
Jenis Kue Bapia merupakan kue khas Jawa Tengah dengan citra rasa tersendiri. Sasaran pemasarannya adalah para Wisatawan, baik l
lokal atau Mancanegara.
Berkat jerih payahnya itu, Deni bisa menyelesaikan bangku kuliah tanpa memberatkan perekonomian Ke-Dua Orangtuanya di Desa.
Saat kembali ke Desa, dimana dirinya di lahirkan. Deni berpikir, bagaimana caranya bisa berkarya untuk kemajuan daerah. Bisa berguna bagi bangsa, negara dan agama.
Tak heran, Deni memiliki semangat menggebu untuk memajukan wilayahnya. Bahkan menjadi impian terbesarnya sejak masuk bangku kuliah. (Bersambung….).