Oleh : Dr. Dedi Nurhadiat, M.Pd. Kepala Sekolah SMAN 8 Kota Bekasi. Bekasi, BEREDUKASI.Com — ADA khikmah dibalik kongres AKSI tingkat Jabar yang tertunda. Terbuka kesempatan untuk para Kepala Sekolah mengenal organisasi, yang tampak sangat asing di telinga mereka. Banyak Kepala Sekolah yang tidak tahu bahwa AKSI didirikan di Bandung, tanggal 9 Oktober 2003. Apalagi mengenal tokoh pendirinya. Padahal sejarahnya terungkap AKSI ini berdiri atas restu Bapak Prof. DR. Malik Fajar (Menteri Pendidikan Indonesia). Pada Puncak Acara pembentukan Menteri di Wakili oleh Bpk. DR.Sungkowo. Upacara Puncak Acara dilakukan bertempat di gedung P4TK IPA dan yang hadir perwakilan Kepala Sekolah dari Banten, DKI dan Jawa Barat. Mengapa organisasi ini lahir……? Koq sempat-sempatnya Kepala Sekolah aktif membentuk organisasi……? Padahal saat itu Jabatan Kepala sekolah syarat dengan gonjang-ganjing politik. Kita pahami Otonomi Daerah pertama kalinya diberlakukan di Indonesia. Melalui Undangundang nomor 22 tahun 1999. Dalam perjalanannya ada Kepala Sekolah menjabat hanya 3 bulan saja, setelah dilantik beberapa bulan. Selanjutnya lengser begitu saja. Kondisi ini karena situasi di Pemerintahan Daerah pemimpinnya berganti usai Pilkada. Inilah sebuah dinamika politik otonomi daetah. Sementara Kepala Sekolah milik swasta tidak demikian. Peranan Ketua Yayasan sangat dominan. Kepatuhan Kepala Sekolah kepada yayasan melampaui kepatuhan pada struktur yang ada di pemerintahan. Sikap puncak pimpinan di sekolah memiliki perbedaan mendasar. Diduga latar belakang hal di atas, melahirkan Kelompok Kepala Sekolah Negeri dan Kepala Sekolah Awasta. Forum musyawarahnya juga sering terpisah, pada saat menjelang hajatan sekolah. Seperti menjelang UN atau Ujian Sekolah. Terasa ada skat yang sering membatasi dalam sebuah komunikasi. Peran Kepala Sekolah Swasta yang pernah menjabat jadi Kepala Sekolah di Negeri, sering jadi perekat alami. Dalam tulisan seorang tokoh perintis AKSI yaitu Pak Juli di Media Online “BEREDUKASI.Com” terungkap bahwa tujuan lahirnya AKSI itu untuk menghilangkan Dikotomi dan Kasta antara Kepala Sekolah Negeri dan Kepala Sekolah Swasta, agar memiliki derajat yang sama di berbagai jenjang (TK, SD, SMP, SMA, SMK, MA dan SLB). Termasuk Kepala Sekolah yang diangkat oleh Kemenag. Sungguh ini merupakan ide yang cemerlang. Di saat gonjang-ganjing Politik, masih sempat berbuat untuk lahirnya Organisasi. Tinggalkan dahulu kisah perjuangan lahirnya Organisasi Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia di Bandung. Kita tengok AKSI di Bekasi. Setelah 18 tahun berdirinya organisasi ini. Banyak Kepala Sekolah di Bekasi yang tidak mengenalnya. Padahal hasil perjuangannya kini telah dirasakan. Walaupun Dr. EKowati dari SMA1 Kota Bekasi, ternyata telah banyak berkiprah dalam organisasi ini. Disela-sela kesibukan sebagai Ketua MKKS SMA di Kota Bekasi, Dr. Ekowati saat persiapan kongres Aksi tahun 2020 paling aktif berbicara dalam sebuah forum diskusi. Sayangnya acara Kongres terganjal wabah Covid-19. Dalam catatan Penulis, Kiprah Ketua MKKS Kota Bekasi di AKSI Jabar, sangat luar biasa. Namum kegiatannya belum sempat membumi ke seluruh Kepala Sekolah di wilayahnya. Begitu juga di Kabupaten Bekasi. Begitu asing kata AKSI sebagai sebuah Organisasi resmi berbadan hukum. Saat Kepala KCD 3 dijabat Dr. Casmadi. Penulis sempat dialog tentang organisasi ini. Beliau berujar, ” Saya akan hadir di forum AKSI, tanpa harus mewakilkan jika ada undangan. Sebab ini organisasi sangat bagus…”. Sayangnya beliau berpulang ke rakhmattullah sebelum Kongres berjalan. Akhir maret 2021, Penulis menemui KCD3yang baru, disela-sela kesibukan persapan mengisi acara pertemuan menjelang sosialisasi PPDB 2021. Ternyata Pk Dr. Asep Sudarsono, S.Pd M.M sebagai Kepala KCD3 yang baru tampaknya lebih paham tentang Organisasi ini. Beliau sangat merespon baik. Bahkan memotivasi, untuk segera dibentuk kepengurusannya di Bekasi. Ketika berita respon Kepala KCD3 itu diungkapkan ke Publik. Aktifis PGRI Kabupaten Bekasi Pak Kasmiyanto, berbicara tentang kiprahnya di PGRI. Tampak ada rasatakut berbenturan kepentingan. Begitu juga dengan renpon para Kepala Sekolah SMP dan SMA yang aktif di MKKS, hampir semua menyoal hal yang sama. Akhirnya Rabu, 6 april 2021 Dr. Asep Tapip sebagai Ketua Umum, bicara sangat rinci, tentang kiprah AKSI yang didalamnya banyak Ketua MKKS dan Ketua PGRI. Salasatunya beliau mengangkat kiprah Pak Dudung yang sangat dikenal sebagai aktifis PGRI Provinsi Jabar. Yang aktif berkiprah di AKSI. Penjelasan Ketua Umum AKSI tersirat sangat memuaskan bagi pendengarnya. Namun dalam acara Dialog secara virtual antara para Kepala Sekolah di Bekasi. Dengan Ketua Umum AKSI itu, banyak yang masuk room, Zoomnya sangat terlambat. Karena berbenturan dengan Program Sekolah mereka. Setelah ketua AKSI tuntas berbicara, barulah bermunculan beberapa peserta. Padahal paparan Ketua sangat rinci tentang jawaban dari berbagai pertanyaan yang terangkum dari berbagai peserta dialog. Setelah Ketua AKSI berpamitan, barulah mulai bermunculan Peserta Baru aktif di layar Zoom. Untungnya Ketua, tetap memonitor sebagai pendengar setia di sela kesibukan program AKSI wilayah Karawang. Diantara peserta yang terlambat masuk Zoom Meeting adalah Pak Sayoga, M.Pd dan Bu Yuliana, M.Pd. Sesungguhnya mereka muncul di Forum Virtual lebih awal, sebagai peserta Pasif. Namun Pak Sayoga bertanya ke Pak Sekjen DPP AKSI Pak Toto dari SMA Padalarang. Pertanyaannya persis dengan uraian panjang lebar dari Ketua AKSI. Walaupun materi uraian Ketua adalah tentang isi pertanyaan dari kepala SMAN2 Tambun utara itu. Tampak pesannya tidak sampai. Namun di ulas ulang oleh sekjen DPP. Inilah kelebihan organisasi ini, responnya selalu sangat kooperatif. Sekjen DPP AKSI yang kandidat Doktor di UPI ini, menjelaskan kembali dengan sabar. Penjelasannya runut dari sudut yang sedikit berbeda. Sehingga terasa tida membosankan. Walau materinya sudah dirinci sebelumnya oleh Ketua Umum AKSI. Sekjen Aksi juga menanggapi presentasi Pak Anwar Setiawan M.Pd dari Muara Gembong. Pertanyaan kepala SMA Muara Gembong ini, diantaranya tentang kiprah AKSI saat Sekolah di Bekasi dilanda banjir besar. Namun pertanyaan ini, banyak di klarifikasi oleh para peserta dialog yang isinya “Organisasi AKSI di Bekasi belum ada saat banjir melanda Bekasi”. Bahkan terungkap oleh Sekjen Aksi bahwa AKSI di tingkat Jabar. Pernah membangun Masjid. Bu Eri Orpa M.M.MSi dari SMA Pebayuran mengangkat tema tentang Sertifikat ISO yang akan segera di peroleh minggu ini. Rencananya akan dihadiri Kepala KCD3. Padahal Bu Eri belum genap setahun di sekolah ini, berani menunjukkan “Prestasi Unik” untuk ukuran SMA. Pak Sayoga dalam presentasinya mengangkat Pembangunan Pagar Sekolah dan RKB. Dalam catatan pembawa acara tertulis Bu Yuliana M.Pd, beberapa kali dipanggil untuk presentasi terkendala jaringan. Mungkin waktunya belum berpihak. Singkat cerita, dari kisah di atas, bahwa pertemuan Ofline, akan segera di gelar. Tepatnya pada tgl 7 April 2021 di SMA Presiden. Tampaknya di kegiatan lanjutan ini, peserta lebih antusias. Terlihat dari semua peserta dialog virtual yang sudah berlalu itu, kini ramai berdiskusi di berbagai grup WA. Gambaran nyata bahwa mayoritas peserta virtual tampak sangat puas dengan uraian Ketua AKSI, dilihat dari percakapan di grup pasca acara. Kecuali peserta yang terlambat hadir di Zoom Meeting. Isi penjelasan dari Ketua Umum & Sekjen AKSI dapat dilihat cuplikannya di youtube berikut ini. https://youtu.be/b9BEnA47s6A https://youtu.be/wz6HE7ns2JE. Kesimpulannya bahwa gairah Kongres AKSI merefleksi pada isi dialog lanjutan. Dialog itupun tak berhenti di Forum Virtual Zoom Meeting saja. Dialog itu berlanjut di grup WA hingga kini. Bahkan menular ke grup sebelah.]]>