BANDUNG, BEREDUKASI.COM — PADA tahun anggaran 2022 setiap Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Setidaknya akan mengelola anggaran senilai Rp.250 miliar.
Hal itu sebagai konsekuensi dari kebijakan Desentralisasi Anggaran yang menjadi komitmen Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dedi Supandi.
‘Jadi di zaman saya, tahun 2022 anggaran yang ada di Dinas Pendidikan Provinsi. Saya Desentralisasikan ke 13 Kantor Cabang Dinas. Jadi kalau dilihat bisa ditanya nanti tahun 2022 anggaran KCD, bisa mencapai 250 miliar per Cabang Dinas. Yang tadinya Anggaran bertumpuk di Dinas Pendidikan Provinsi,’ ujar Dedi Supandi, pada kegiatan Webinar Series beberapa waktu lalu, dikutif dari beritadisdik.com
Diesnatalis UPI 2021 Talkshow Inovasi Pendidikan dengan Tema ‘Meningkatkan Kualitas Pendidkan Indonesia Melalui Pengembangan Inovasi Guru’ baru-baru ini.
Menurut Dedi, kebijakan Desentralisasi anggaran merupakan salasatu upaya dalam melaksanakan program Inovasi Pendidikan Juara.
Secara umum Dedi menyampaikan merujuk pada Jabar Juara Lahir Batin. Dengan Inovasi dan Kolaborasi, ia sangat setuju Inovasi di Bidang Pendidikan harus dilakukan. Sebab, kalau tidak akan berjalan lambat.
‘Dengan inovasi, sesuatu yang harusnya selesai Lima Tahun bisa jadi Dua Tahun. Jadi bagaimana sesugguhnya strategi kita meningkatkan Aksesibilitas dan Mutu Pendidikan. Saat bicara Aksesibilitas Pendidikan, di Jawa Barat ada SMA, SMK dan SLB, ada juga Guru Tenaga Kependidikan,’ tuturnya.
Dikatakan, setelah melakukan analisis gap antara harapan dan kenyataan. Dibutuhkan program Inovasi Pendidikan Karakter berbasis Agama dan Budaya Jawa Barat. Program Inovasi Pendidikan Karakter ini adalah Inovasi Pendidikan Juara.
Secara garis besar, jelasnya ada tiga program Inovasi Pendidikan Juara. Pertama Sekolah Juara, Ke-Dua Revitalisasi dan Integrasi, dan Ke-Tiga adalah Jabar Future Leader.
‘Nanti yang Sekolah Juara ada Cabang-cabang Inovasi seperti saat pandemi kemarin. Kita bicara pinjam pakai Gawai, kita memberikan Quota Gratis, kita bicara bantuan pendidikan menengah universal bagi sekolah swasta,’ urainya.
Terkait dengan Revitalisasi dan Integrasi salasatunya adalah bagaimana caranya melakukan Desentralisasi Anggaran. Selain itu, masih dalam tataran Revitalisasi dan Integrasi, Dedi mencontohkan ada suatu Daerah di Pangandaran yang membutuhkan SLB. Kalaulah menggunakan Pola-pola lama, untuk mendirikan SLB membeli tanah dulu lalu membangun. Pola-pola begitu dinilainya terlalu lama.
‘Saya lakukan Inovasi, ternyata di Cimerak ada SMK dengan bangunan yang luas. Ya sudah diintegrasi saja,’ imbuhnya.
Bahkan ungkap Dedi, pihaknya tengah disupport beberapa Daerah, seperti Sukabumi dan Kabupaten Bandung yang siap menyediakan tanah, bangunannya dari Disdik Jabar.
‘Jadi, tanah adalah milik Pemerintah Kabupaten/Kota, disitu ada SD. Nanti kita diberikan imbal lahan dari sana, lalu kita membangun sekolah SMA. Kita bangun sarana fasilitasnya. Nanti fasilitas Sekolah SMA atau sekolah yang ada di kita. Bisa diintegrasi bisa dipakai untuk sekolah SD. Itulah hal-hal yang paling cepat kita lakukan,: ungkapnya.
Yang terakhir, tambah Dedi, terkait dengan Jabar Future Leader, kaitan dengan bagaimana memberikan Perumahan Bakti Padamu Guru, juga memberikan Beasiswa bagi Mahasiswa.
‘Tahun ini kita juga memberikan Beasiswa bagi orang Jawa Barat yang kuliah di luar Jabar. Seperti di UNDIP, UGM, Unair,l dan ITS. Kesimpulannya, Inovasi, Kolaborasi, dan Desentralisasi harus dilakukan. Karena sesungguhnya akan membuat perubahan cepat. Tidak ada yang abadi di dunia ini yang abadi adalah perubahan,’ ujarnya. (***).