JAKARTA, BEREDUKASI. COM — INDUSTRI Perfilman Indonesia memiliki sejumlah aktor hebat yang sangat berbakat di dunia seni peran. Pembawaan karakter yang mereka perankan dalam film kadang membuat penonton kagum dan patut diapresiasi.
Tak sedikit mereka mampu memerankan sosok karakter yang berada di luar teritori mereka. Salasatu aktor tersebut adalah Ageng Kiwi. Ia tidak hanya bermain dalam film maupun sinetron bergenre drama, melainkan juga film laga (action).
Belum lama ini Ageng Kiwi didapuk memerankan tokoh antagonis dalam film laga horror klasik berjudul “Jin Khanis – Prabu Kian Santang The Movie.”
Di film yang disutradarai Fence F. Nayoan ini Ageng mendapat tantangan peran sebagai seorang rentenir sadis bernama juragan Bawon. Selain Ageng Kiwi, film ini juga dibintangi Yama Carlos, Alwi Assegaf, dan Yati Surachman.
Film produksi JP Picture & Mesari Picture ini segera tayang di layanan streaming video over-the-top MAXstream. Bertindak sebagai Producer Mulyadi JP dan Executive Producer Darmawan Surjadi.
“Dalam cerita film ini selain memerlukan pendalaman karakter khusus, aku juga harus memerankan berbagai adegan berbahaya,” terang Ageng Kiwi kepada wartawan di lokasi shooting film “Kian Santang The Movie” di Jambore Cibubur, Jakarta Timur.
Pembentukan karakter, lanjut Ageng, menjadi salah satu tahap yang sangat krusial bagi seorang aktor. Karena disitulah aktor harus faham dan mendalami karakter yang dia perankan.
“Supaya aktingnya tidak artifisial dan terlihat alami,” tegas alumni Jurusan Teater Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini singkat.
Profesi aktor, lanjut Ageng, menjadi salah satu pekerjaan yang sangat dibutuhkan di industri perfilman. Namun menurut Ageng, bukan berarti merendahkan profesi atau bidang pekerjaan yang lain di produksi film.
“Aktor punya tanggung jawab lebih besar untuk menyampaikan pesan berdasarkan skenario. Makanya pendalaman karakter menjadi tahap penting dimana aktor tahu karakter yang akan diperankan,” ujar pemeran Pakde Slamet di sinetron “Seleb” yang tayang di SCTV ini.
Di film “Kian Santang The Movie” Ageng Kiwi banyak memerankan adegan berbahaya. Terutama adegan perkelahian. Walau adegan berbahaya, Ageng termasuk aktor yang tidak mau perannya digantikan stuntman saat pengambilan gambar.
‘Saya menolak digantikan Stuntman. Memilih menjalani peran sendiri supaya saya bisa mendapat pemaknaan karakter lebih lengkap. Jika peran itu saya lakukan sendiri secara utuh rasanya ada kepuasan batin,’ tegas Aktor yang pernah membintangi film ‘Hantu Gudang Cibubur’ dan Film ‘Santet Goyang Dangdut’ ini.
Soal karakter Antagonis, Aktor yang juga Co Host Silet RCTI Khusus Mitos dan Budaya ini. Punya haluan berakting yang menjadi kiblatnya. Ia terus terang mengidolakan aktor Torro Margens Si Spesialis Aktor Antagonis.
‘Sebagai Aktor watak, Torro Margens hampir tak pernah gagal memerankan tokoh antagonis. Dia menurutku pantas menjadi Ikonis Karakter Antagonis Terbaik yang pernah ada di Indonesia. Saya suka dan terinspirasi dengan dia,’ ujar Aktor yang juga Musisi dan Penyanyi ini.
Jika di Dunia Seni peran ada sosok Torro Margens yang menjadi inventivitasnya. Maka di dunai tarik suara, Ageng Kiwi mengaku mengidolakan Penyanyi Campursari Didi Kempot yang menjadi Trendsetter-nya.
‘Mas Didi adalah inspirasi. Karya-karyanya membumi. Dia mampu menginspirasi setiap individu untuk bangga pada jatidiri kita sendiri,’ ujar biduan bernama asli Ageng Wahono ini.
Didi Kempot, kata Ageng, bisa dibilang Maestro Musik yang berhasil memadukan Musik Tradisional dengan Seni Kontemporer. Sejumlah Karyanya tetap disukai masyarakat berbagai segmen dan lintas generasi hingga saat ini.
Sebagai Penyanyi dan Musisi, Ageng Kiwi berharap bisa meneruskan jejak dan Spirit Didi Kempot yang Karya-karyanya kelak juga bisa Expanding.
‘Mas Didi bukan Tipe Seniman cepat muncul terus hilang. Dia selalu hadir dengan Karya-karyanya. Diterima atau tidak. Dia istiqomah dan konsisten berkreasi. Mudah-mudahan saya bisa mewarisi Spirit itu,’ ujar pelantun lagu ‘Tak Lereni Wae’ ini.
Sebagai Seniman, Ageng mengaku ia selalu terdorong untuk terus berkreasi. Dan kreativitas adalah hal yang sangat menentukan dalam perjalanan berkesenian.
Ageng Kiwi memang selalu saja ada Karya dan Kerja yang baru. Ia terus berusaha mencari Relasi yang senantiasa memberi energi bagi kelahiran Karyanya.
Belasan tahun sudah Ageng menapaki karirnya sebagai Musisi dan Penyanyi Profesional. Disamping ia juga membintangi tayangan Sinetron, Film Layar Lebar, acara Reality Show, Music Concernt dan berbagai acara lainnya.
Beberapa Karya Musik Ageng Kiwi antara lain dikemas dalam Album; ‘Dangdut Jera (2002)’, ‘Irama Cinta (2003)’, ‘Cintaku Dag Dig Dug Pret (2004)’, ‘Gamang (2005)’, ‘Religi Campursari (2008)’, Single Song ‘Hati Adalah Hati” (2011)’ dan Kompilasi Album ‘Dangdut Fenomenal (2012)’.
Karya-karya Ageng Kiwi yang Up to Date, diantaranya, ‘Allah Maha Segalanya (2022)’ diciptakan dan dinyanyikan Ageng Kiwi sendiri. Lagu ini menjadi Karya yang tepat sebagai lagu Religi di bulan Ramadan.
Penata Musiknya dipercayakan kepada Musisi kenamaan Echal Gumilang dan AK Pro Team. Produksi Indie Label AK Production dan TA PRO Music & Publishing.
Selanjutnya tembang ‘Dik’ (2023) versi Jawa Campursari Ciptaan Mas Waskito. Kemudian lagu ‘Tak Lereni Wae’ (2023) dan lagu ‘Ngalah’ (2024), keduanya merupakan Lagu Ciptaan Musisi Madi Oetama.
Untuk produksi sinetron lainnya, Ageng Kiwi pernah bermain dalam Sinetron ‘Si Cecep’ (2008) Produksi Multivision Plus yang tayang di SCTV. Sinetron Religi ‘Ngantri Ke Surga’ bareng Wali Band (2018) yang tayang di RCTI, dan sinetron ‘Rahmat Cinta’ Produksi Sinemart tayang di RCTI. (Sip).