Bandung, BEREDUKASI.Com — SEBAGAI Kota yang berada di dataran tinggi dan memiliki banyak hutan kota serta beriklim tropis, Kota Bandung menjadi salah satu kota metropolitan yang memiliki sejumlah sumber mata air.
Dari banyak “Seke” (mata air) yang terdapat di Kota Bandung, salah satunya berada di daerah hutan kota adalah “Seke” Babakan Siliwangi yang terdapat di wilayah Forest Walk Babakan Siliwangi, Kelurahan Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong, Kota Bandung
Menurut Sekretaris Kelurahan Lebak Siliwangi Budi Rukwana, “Seke” air Babakan Siliwangi sudah lama ada. Sejak tahun 70-an seke air Babakan Siliwangi sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
“Kalau seke di sini sudah lama. Kalau tidak salah sejak tahun 70-an sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Dulu sempat digunakan oleh perusahaan air minum Ganesha. Namun karena debit airnya kecil, sekarang sudah tidak digunakan lagi,” ujarnya saat ditemui di kantor kelurahan Lebak Siliwangi, Rabu (21/3/2018).
Tidak hanya kawasan Forrest Walk, di RW 08 kelurahan Lebak Siliwangi juga terdapat “Seke”. Tepatnya di Jalan Taman Hewan di belakang Kebun Binatang Kota Bandung. Namun karena berada di kawasan padat penduduk, jadi sulit dijangkau. “Seke” ini setiap hari digunakan oleh masyarakat sebagai sarana untuk kebutuhan rumah tangga.
Sementara itu, Ketua Forum Jaga Seke Sunda, Dadang Abdul Haris mengatakan, ada beberapa program yang dilaksanakan oleh Jaga “Seke” untuk menjaga kelestarian sejumlah mata air di Kota Bandung. Seperti menata letak seke, menjaga kebersihannya dan menjaga dari tangan-tangan jail.
“Kami memiliki beberapa program.. Kita terus berusaha menjaga seke tersebut agar airnya tetap bisa digunakan masyarakat. Masyarakat bisa menggunakan sumber mata air untuk kepentingan rumah tangga,” jelas Dadang.
Dadang mengungkapkan, Jaga Seke merupakan program yang bersifat komunitas. Oleh karenanya, tidak ada anggaran khusus untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakannya.
“Kami murni Komunitas dan kami bergerak sendiri. Pembiayaan kegiatan hanya bergantung dari relawan dan dermawan atau pengusaha yang peduli. Hal itu seperti yang terjadi di proyek kami dengan PDAM Tirtawening di RW 9 Cimbuleuit. Kami membuat penyulingan seke areng, sehingga airnya bisa dimanfaatkan masyarakat,” ucapnya.
Berdasarkan catatannya, beberapa waktu lalu jumlah seke di Kota Bandung dulu mencapai 300 seke. Namun saat ini, karena lahannya sudah banyak dibeli pengembang, sehingga banyak seke yang tidak lagi bisa diakses masyarakat.
“Kalau dimintai data, kami juga tidak bisa memastikan, kalau dulu kita mempunyai data sebanyak 300 seke. Namun sekarang data yang kami miliki hanya sekitar 172 seke. Itupun tidak semuanya bisa di akses karena keberadaannya yang terhimpit oleh bangunan,” jelas Dadang.
Dadang berharap, ada aturan tentang pemanfaatan seke air di Kota Bandung. Sehingga, seke bisa terus dilestarikan dan dimanfaatkan.
“Saya berharap, ke depannya ada peraturan yang langsung mengatur mengenai pemanfaatan seke air yang digunakan oleh masyarakat. Sehingga seke air terus bisa dilestarikan,” ujarnya. ***