BANDUNG, BEREDUKASI.COM– ROMANSA Pagi Jilid 3 SDN 019 Pabaki Kota Bandung, kembali digelar. Dengan menggelar aksi sosial sebagai penutup kegiatan Pesantren Kilat Ramadan. Kegiatan yang telah memasuki tahun Ke-Tiga ini, berhasil mengumpulkan Infak dan Sedekah dari para siswa serta Guru. Yang kemudian diwujudkan dalam bentuk 355 Paket Sembako untuk didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan.
Kepala Sekolah SDN 019 Pabaki Kota Bandung yaitu Lina Susiani, menjelaskan bahwa Paket Sembako tersebut disalurkan kepada anak-anak Yatim Piatu yang ada di setiap kelas. Dengan rata-rata lima anak per kelas dari total 48 rumah belajar (Rumbel). Selain itu, bantuan juga diberikan kepada masyarakat sekitar, termasuk penjaga sekolah, warga RT setempat, dan para tukang becak yang biasa mangkal di sekitar sekolah.
“Alhamdulillah, tahun ini jumlah paket meningkat dari tahun sebelumnya. Tahun lalu hanya sekitar 200 paket, lalu 250 paket dan sekarang menjadi lebih dari 355 Paket. Bahkan, ada tambahan Paket. Meskipun tidak selengkap yang utama, sehingga total distribusi mencapai sekitar 400 Paket,” ujar Lina Susiani, saat ditemui di SDN 019 Pabaki, Selasa (19/3/2025).
Peningkatan jumlah Paket ini tak lepas dari kontribusi Guru-guru yang juga ikut berdonasi.
“Sekarang Guru-guru sudah mulai memberikan sumbangan berupa beras sekarung untuk menambah jumlah Paket. Ini adalah bentuk kolaborasi yang luar biasa antara warga sekolah dan masyarakat,” imbuh Lina.
Lebih dari sekadar berbagi, kegiatan ini juga diharapkan dapat menanamkan nilai empati dan toleransi di kalangan siswa. Menurut Lina, Membangun Karakter baik di lingkungan sekolah memerlukan proses yang berkelanjutan.
“Kami ingin anak-anak memiliki kesadaran untuk saling membantu. Dalam tiga hari berturut-turut, mereka melakukan Infak tanpa paksaan, sesuai kemampuan masing-masing. Bahkan, Orangtua juga turut berpartisipasi,” ungkapnya.
Dengan semangat kebersamaan ini, pihak sekolah berharap program Bakti Sosial dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih luas.
“Harapan kami, kegiatan ini menjadi kebiasaan yang mendarah daging.
Sehingga empati dan kepedulian terhadap sesama semakin tumbuh di lingkungan sekolah,” pungkasnya Lina Susiani penuh haru. (HKS).