Jakarta, BEREDUKASI.Com — MEMAKNAI kata-kata, “Ketika kita tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah sesorang yang berbeda. Seseorang yang mempunyai keunikan dan potensi yang kuat untuk mengembangan diri”. Ya…itulah memaknai ungkapan yang keluar dari mulut manis Riska Yuvista atau yang akrab disapa Riska.
Gadis kelahiran Bandar Lampung, 15 Juli 1997 ini, merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta yang juga merupakan “None Jakarta Utara 2017”.
“Saya selalu percaya bahwa setiap orang dilahirkan ke dunia satu paket. Dengan keterbatasan dan kelebihannya. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam segala hal serta memiliki tujuan hidup masing-masing yang sering kali kita sebut dengan mimpi. Entah itu datangnya dari dalam diri sendiri maupun terinspirasi dari orang lain, apapun itu bentuknya dan asal-usulnya yang pasti semuanya hadir melalui sebuah proses,” papar Riska.
Di dalam hidup ini, Riska ingin sekali menebarkan peran positif untuk orang banyak dan memberikan kebermanfaatan bagi sesama. Baginya, membuat orang lain menjadi lebih baik adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Terutama ketika melihat mama dan keluarga tersenyum bangga.
“Sejak lahir hingga SMP, saya menempuh pendidikan di Bandar Lampung. Ketika SMA pindah ke Pulau Jawa tepatnya bersekolah di SMA HUTAMA Bekasi dan mengambil Jurusan IPA. Saya tergolong sebagai wanita yang aktif dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Saya senang apabila bisa berkomunikasi secara langsung dengan orang banyak, hal itu yang membuat tergabung diberbagai organisasi sejak SMP hingga saat ini.l,” ulasnya.
Dan sosok “Mama” adalah orang yang memiliki peran serta terbesar dalam hidupnya. Sebab ayahnya telah meninggal, sejak Riska berusia satu tahun. Mama selalu memotivasinya untuk terus belajar, berkembang dan menghargai sebuah proses.
Mamanya juga tidak pernah menuntutnya untuk menjadi seseorang Juara, melainkan selalu mengingatkannya untuk menjadi orang jujur, bertanggung jawab dan percaya pada diri sendiri.
“Satu kalimatnya yang selalu saya ingat hingga sekarang “Mama tidak bangga, ketika kamu mendapatkan nilai seratus yang berasal dari orang lain. Mama jauh lebih bangga ketika kamu mendapatkan nilai dari hasil upaya dan kerja kerasmu. Sebab dari situ kamu akan mampu mengukur diri kamu dan terus belajar menjadi lebih baik”. Beliaulah yang menguatkan saya dan membuat selalu berusaha menjadi lebih baik,” tegasnya.
Menurut Riska, arti Prestasi bukan sekadar mendapatkan Juara, dipuji banyak orang ataupun dibangga-banggakan semua orang. Namun Prestasi adalah sesuatu yang berasal dari dalam diri yaitu ketika kita mampu menghargai diri kita dan bisa memberikan dampak positif bagi orang lain. Sebab apalah arti Prestasi jika tanpa ada manfaatnya.
“Dimulai sejak saya dibangku kelas 2 SMP, ketika itu mengikuti Ekstrakulikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Dan berkesempatan mewakili sekolah untuk mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Kota Bandar Lampung, bersama 2 rekan lainnya yaitu Aminah Zahra dan Radep Riantoro dengan syarat membuat sebuah Karya Tulis Ilmiah, berdasarkan observasi secara langsung. Akhirnya kami sepakat untuk memberi Judul “Pemanfaatan Madu Untuk Mengatasi Jerawat Secara Alami”. Kami melakukan observasi kurang lebih selama 3 bulan dan meraih Juara 1 Karya Ilmiah Remaja Tingkat Kota Bandar Lampung,” jelasnya.
Beranjak ke bangku SMA, Riska pindah ke Jakarta. Besar harapannya untuk bisa melanjutkan sekolah disalasatu sekolah Negeri di Jakarta. Akan tetapi ia gagal, dikarenakan keterlambatan pengumpulan berkas. Akhirnya memutuskan untuk bersekolah di salasatu sekolah swasta, tepatnya di Pondok Gede yaitu SMA HUTAMA.
“Ketika kuliah saya belajar memaknai kehidupan. Dimana kita dan segala bidang apapun, pasti menggunakan bahasa di dalamnya. Masih sama seperti jenjang pendidikan sebelumnya, saya masih aktif dan mengikuti berbagai kegiatan di kampus mulai dari Teater, BEM JBSI, BEMP Sastra Indonesia, Ekpedisi Beranda Indonesia. Hanya saya yang membedakan, di Universitas pikiran saya semakin terbuka. Bahwa aktif di dalam kampus saja tidak cukup, saya ingin membangun relasi dan belajar lebih luas lagi di dunia luar. Maka dari itu saya pun mengikuti berbagai kegiatan lainnya, baik di dalam maupun di luar kampus dan terus belajar untuk terus memaknai arti sebuah proses sebenarnya,” jelasnya lagi.
Ketika semester 3, Riska tergabung menjadi Duta Bahasa Provinsi DKI Jakarta, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun yang sama, saya dipercayakan menjadi Duta Universitas Negeri Jakarta 2015. Sebagai representatif kampus, di sini saya banyak belajar bahwa menjadi Duta bukan hanya sekadar penampilan, melainkan dibutuhkan 3 Aspek yaitu Brain, Beauty and Behaviour, dibutuhkan pula kesabaran, ketelitian, kerja cepat, serta Attitude yang baik.
“Tahun 2016 saya kembali mendapatkan kesempatan tergabung menjadi SMESCO Hijab “Icon” sebagai representasi muslimah di SMESCO INDONESIA, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Tahun 2017, saya mendapatkan menjadi Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Universitas Negeri Jakarta, sekaligus menjadi bagian dari Abang None Jakarta Utara. Sebagai representasi dalam mempromosikan Pariwisata dan Budaya khususnya Jakarta. Serta menjuarai berbagai Lomba Internal maupun Eksternal dan menjadi pembawa acara baik di kegiatan Nasional, Regional dan Internasional,” jelasnya.
Saat ini Riska juga tergabung sebagai Fasilitator dari Yayasan Pelita Ilmu yang berfokus pada penyosialisasian Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR). Disuni saya dan teman-teman turun langsung kemasyarakat, khusunya remaja untuk menyuarakan hak-hak remaja, pentingnya menjaga kesehatan reprosduksi, menyuarakan kesetaraan gender, cara berprilaku yang tepat. Hingga mengadakan Dance For Life untuk mencapat keseimbangan kehidupan remaja yang semestinya.
“Saya belajar bahwa hidup adalah pilihan, terdapat sebuah konsekuensi dari setiap hal yang kita pilih. PR kita yaitu teruslah berproses dan tetap semangat, jangan pernah takut gagal dan harus berani mencoba, jujur, percaya diri, responsibility dan Hospitality, itulah aspek yang harus kita tanamkan. Hingga saat ini, saya masih terus belajar dan akan selalu belajar menjadi lebih baik lagi,” tegasnya.
Karena bagi Riska, ketika kita tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah seseorang yang berbeda. Seseorang yang mempunyai keunikan dan potensi yang kuat untuk mengembangan diri. Sebab daun tidak pernah melupakan pohon ketika ia jatuh dan lenyap bersama angin. Ia selalu mengudara dan membaur dalam tanah untuk memberikan kehidupan bagi tumbuhan yang lain.
“Maka, Gugurlah Untuk Bersemi dan Meninggilah untuk Membumi,” pungkasnya penuh semangat. (Tiwi Kasavela)