Bandung, BEREDUKASI.Com — SEMANGAT nampaknya tidak pernah surut dari sosok tangguh bernama lengkap Lili Supriatna, yang sudah menjadi pendidik sejak tahun 1980.
Sosok seorang Guru, pengajar mata pelajaran PKN dan Sejarah di SMK YP 17 Bandung ini. Tercatat pernah mengajar di SMAN 2 Padang, SMK Nusa Bhakti Farmasi tahun 2005-2017 yaitu mengajar PKN dan Sejarah.
Kemudian di SMA Wirakarya Ciparay mengajar Ekonomi dan Kewirausahaan. Berlanjut di SMK Bina Teknologi Majalaya sejak tahun 2015, hingga sekarang untuk mengajarkan PKN.
“Menjadi Guru merupakan tugas sosial. Dimana bisa membina dan memberikan dorongan kepada siswa agar rajin belajar, berakhlak dan bercita-cita luhur,” terang pria kelahiran Bandung, 5 November 1946 yang mengaku hobi berolah raga ini.
Sosok Lili Supriatna, lulusan jurusan Ekonomi di Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung ini. Juga mengatakan bahwa prinsipnya dalam mengajar adalah menghargai waktu. Dimana kedisiplinan juga menjadi hal penting yang harus ditanamkan, kepada siswa agar mereka terlatih untuk rajin dan mandiri.
“Seperti yang Ki Hajar Dewantara katakan yaitu “Tut Wuri Handayani”. Bahwa dalam mengajar, saya berusaha untuk selalu memotivasi dan menjadi teladan,” tegasnya.
Bagi pemilik motto “Hidup harus prima dan optimis” ini. Juga mengungkapkan bahwa menjadi sosok seorang Guru. Merupakan panggilan jiwa. Tidak hanya mengajarkan tapi ia juga belajar. Menghadapi siswa dalam kondisi apapun, membantu mereka dan tidak membedakan satu sama lain. Termasuk terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
“Suka duka menjadi Guru tentu banyak. Diantaranya saya pasti merasa sangat bersyukur, apabila melihat siswa didik yang lulus, kemudian langsung bekerja. Melihat mereka sukses. Sementara dukanya adalah jika melihat anak yang bermasalah, sehingga belajarnya terganggu apalagi sampai putus sekolah,” lirih Lili Supriatna.
Di akhir obrolan, Lili pun berkata bahwa ia berharap siswa didiknya akan semakin maju. Begitupun dengan sekolah agar bisa terus berkembang.
“Semoga saya bisa melaksanakan pekerjaan sebagai Guru dengan sebaik mungkin. Karena menjadi pengajar adalah tugas yang mulia. Sebab itu sosok seorang Guru. Disebut sebagai “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Tidak mengharapkan imbalan yang lebih. Melihat siswa didiknya tumbuh berkembang dan dapat diterima di masyarakat saja sudah sangat bahagia,” tandasnya dengan senyum dan penuh semangat pagi itu. (Tiwi Kasavela)