Bandung, BEREDUKASI.Com — MENYIBUKKAN diri untuk kegiatan yang positif adalah usaha yang selalu dilakukan oleh Susi Erliani atau yang akrab disapa “Susi”.
“Soalnya dunia ini ramai dan menyenangkan, sayang sekali jika hanya dipakai tidur, sakit apalagi melamun. Ya… berbuat habbluminnallah, minnanas dan minnalam,” terang gadis kelahiran Bandung , 11 Januari 1994.
Pemilik motto “Demi Waktu” ini juga kedepannya berharap, dapat merenovasi Madrasah menjadi beberapa kelas. Sehingga menjadi tempat yang layak dan ingin memberdayakan orang yang ada disekitar, menjadi seseorang yang mampu dan berguna.
“Dan semoga semua orang yang pernah konsultasi kepada saya. Dikabulkan keinginan dan do’anya oleh Allah SWT,” terang sulung dari dua bersudara.
Lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) ini, juga bercerita bahwa ia sebenarnya ingin membuat Panti Jompo. Meskipun tidak ada alasan yang spesifik. Namun setelah menjalani dua tahun menjadi Guru BKI, ia mulai yakin bahwa dengan membuat Panti Jompo, bisa lebih bermanfaat dan memberdayakan.
“Memang manusia memiliki banyak sekali masalah. Dan menjadi orang yang dipercayai untuk mendengarkan kegelisahan orang lain. Adalah hal yang mengharukan. Saya bersyukur dapat menjadi orang yang mereka percayai, untuk mendengarkan dan memahami apa yang mereka rasakan” ungkapnya.
Untuk aktifitas saat ini, Susi juga menjadi Huru BKI dari pagi hingga sore di sebuah sekolah umum. Sedangkan sorenya berkegiatan di Madrasah sebagai Kepala MDA (Madrasah Diniyya Awaliyyah) dan Bagian Pengembangan Pendidikan di DKM. Dan terkadang ia juga membimbing adik-adiknya di sana untuk regenerasi.
“Mengenai pengalaman, ada hal yang cukup membekas dari diri saya ketika sekolah dulu. Dimana saya berada di peringkat ke 35. Pada awalnya bertahan di peringkat pertama. Awalnya cukup terpukul, namun hal itu tidak membuat saya patah semangat. Karena di semester berikutnya, saya berhasil mendapat peringkat ke 3” ceritanya dan pernah mendapatkan Juara 2 Mahasiswa Terbaik di kampusnya.
Adapun tokoh idola, Susi mengatakan bahwa ia mengagumi Khadijah istri rasul, karena darinya ia bisa belajar mengenai pengorbanan.
“Selain itu juga Asiyah istri firaun, karena dari beliau saya bisa belajar mengenai kesabaran,” lanjutnya.
Tentu disamping itu, ia juga selalu terinspirasi dari sosok ayah dan ibunya. Karena baginya, orangtua adalah malaikat yang dianugerahkan kepadanya. Dan membuatnya, selalu bersemangat sehingga bisa bertahan tanpa mengeluh lelah.
Susi juga berterima kasih kepada orang-orang disekitarnya yang selalu ada di dalam segala kondisi.
“Pasti, setiap manusia pernah atau akan merasakan kehilangan seseorang yang disayang, pergi ke alam yang berbeda. Tapi jika kita melihat dengan cara sudut pandang yang baik, hidup ini masih panjang. Jika hanya dihabiskan dengan meratapi. Mari kita berjuang bersama untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan,” urainya.
Bagi Susi, dunia ini tidak ada tempat berhenti untuk melakukan kebaikan. Karena siapa yang berhenti artinya dia mati, berhenti sejenak pun akan tergilas dan tertindas.
“Jangan menganggap bahwa dunia jahat kepada kita. Karena apa yang kita lakukan, adalah hasil dari apa yang kita tanam,” tutupnya siang itu diiringi senyuman. (Tiwi Kasavela)