Bandung, BEREDUKASI.Com — “Life is marathon, ketika sukses pun kita harus selalu berjuang,” ungkap Putri Maudina atau yang sering disapa “Putri” atau “Uti” juga “Uprit” oleh teman-temannya.
Baginya Putri memaksimalkan kehidupan untuk meraih mimpi, adalah hal yang semestinya diupayakan.
“Tabrak perihal yang tidak mungkin, abaikan mustahil, usahakan dan berdoalah,” urai gadis kelahiran Bandung, 13 Desember 2003, saat ditanyai mengenai motto hidupnya.
Mengenai hobi, Putri mengaku bahwa ia senang membaca buku. Karena buku adalah jendela dunia dan bisa menambah wawasan.
“Kedepannya saya berharap untuk membahagiakan kedua orangtua, keluarga dan bisa bermanfaat untuk orang lain,” terang penyuka warna Abu-abu, hitam dan putih.
Pemilik tinggi 158 cm ini juga bercerita, bahwa ia bercita-cita menjadi seorang penulis. Karena ia senang membaca buku dan buku bisa banyak merubahnya menjadi lebih baik. Untuk itu ia sangat ingin seperti penulis-penulis terkenal yang merubah hidup banyak orang.
“Saat ini saya juga tengah sibuk belajar, agar nanti bisa mendapatkan jalur undangan ke PTN,” terang siswa kelas X di SMA PGII 1 Bandung.
Untuk tokoh idola penggemar Mie Instant ini mengaku, bahwa ia mengidolakan sosok Bung Fiersa Besari, karena memiliki pribadi yang pantang menyerah, kreatif, sederhana tetapi elegan, inspiratif di setiap kata-katanya.
“Ya… dan buku beliau yang berjudul “Catatan Juang” menginspirasi saya untuk keluar dari zona nyaman,” jelasnya.
Disamping itu, Putri juga mengatakan bahwa ia mengangumi BJ. Habibie, karena ia selalu terkagum-kagum akan kontribusinya terhadap Indonesia.
“Mengambil pesan Eyang Habibie yang ada di bukunya “Jadilah mata air jernih, yang mengalir dan memberi kehidupan untuk setiap yang kamu lalui”. Terkadang saya pikir susah untuk tetap mempertahankan air jernih itu, jika kita berada di lingkungan yang keruh. Dan ini yang menginspirasi saya untuk selalu belajar untuk menjadi orang yang berguna dimanapun saya berada. Sebagai insan muda merasa tidak ada gunanya untuk negara sendiri. Sedangkan eyang yang sudah tidak lagi muda masih mau berpikir dan berkarya untuk memajukan nama Indonesia di mata dunia,” jelasnya.
Hidup yang Putri maknai adalah tidak selalu mencari kebahagiaan atau beribadah mati-matian hingga tidak kenal waktu. Hidup akan menjadi bermakna bila ia berguna untuk orang lain, tak sekedar menjadi pribadi yang egois menginginkan surga dunia dan akhirat untuk diri sendiri.
“Yang membuat saya selalu bersemangat adalah keinginan untuk sukses dan keinginan membahagiakan orang-orang yang pernah ada bersama saya. Di kala susah mau pun senang, karena saya sadar sukses itu tidak instan. Perlu perjuangan jatuh bangun, maka dari itu ketika bermalas-malasan. Saya selalu terpikirkan bagaimana jika saya hanya menjadi sampah masyarakat dan berapa juta orang yang sedang mati-matian untuk sukses dan menyingkirkan saya. Pikiran itu yang membuat semangat untuk menjalani hidup,” paparnya.
Putri pun mengatakan bahwa ia senang menulis di laman Blog. Blog pertamanya adalah kisah ketika ia tidak diterima di sekolah yang ia inginkan. Dan dari sana banyak yang membaca, juga meresponnya.
“Oh… ya… saya adalah anak “Broken Home”, ibu dan ayah saya berpisah. Ketika saya kelas 3 SD, tapi keadaan tidak membuat saya terbawa pada hal yang negatif. Namun membuat saya menjadi wanita yang dapat menerima keputusan orang,” tandasnya.
Ia juga mengatakan bahwa ia mengenal seorang alumni Mahasiswa ITB, dan orang tersebut merupakan motivator sekaligus tempat dimana ia menceritakan kegelisahan hatinya.
“Ketika saya berbicara tentang masalah hidup saya, sesuatu yang dia katakan adalah bersyukurlah. Jika kita lahir di tengah kesulitan, karena itu kita diberi kesempatan untuk melakukan perubahan lebih besar. Kita akan belajar menyelesaikan masalah, memiliki inisiatif dan tidak manja,” terangnya.
Putri juga berpesan kepada anak-anak “broken home” di Indonesia. Untuk tetap bersyukur atas apa yang Tuhan tetapkan, karena dibalik semuanya pasti ada hikmah yang tidak disadari.
“Seperti dalam buku belajar dari semesta “Jangan menghujat takdir karena ketidaktahuan, lalu bagaimana sikapku dulu yang kadang berburuk sangka atas takdir yang digariskan oleh-Nya..? Padahal dia maha baik”,” tutup gadis berwajah cantik ini optimis. (Tiwi Kasavela)