Jerman, Berlin, BEREDUKASI.Com — ADA yang menarik, “Nah itu Dian Sastro…!”, teriak temanku. Lalu riuhlah teriakan “Dian…Dian…!”, teriakan itu disambut teriakan lainnya dari warga Indonesia. Yang sudah sejak siang hari, menunggu para pelari Indonesia yang ikut serta dalam acara “2018 Berlin Marathon”.
“Dian, kita di sini…!”, sahutku. Akhirnya Dian Sastro menoleh dan memperlambat larinya. Dian tersenyum kepada kami.
“Dian, ayo selfie bareng kita”, lanjut temanku. Sekelebat rona wajah Dian Sastro seolah berkata bahwa sekarang bukan waktu yang tepat. Karena dia mengejar garis Finish yang masih harus ditempuh 2 Km lagi.
Dian Sastro, siang itu, menggunakan kostum lari berwana hitam melindungi sekujur tubuhnya. Dengan kaca mata berwarna biru keunguan disematkan di topi hitamnya. Bendera Merah Putih menempel di dada kirinya.
“2018 Berlin Marathon” adalah Kompetisi Marathon tahunan yang menarik perhatian para pelari di dunia. Berlin adalah salasatu dari enam kota yang berhak mengadakan “World Marathon Majors” (WMM). Selain Tokyo, Boston, London, Chicago dan New York.
Penuturan salasatu teman yang sudah “langganan” mengikuti ajang Marathon tingkat Dunia menyebutkan. Bahwa kota Berlin menyajikan Topografi yang cukup datar. Sehingga tidak menghabiskan banyak tenaga. Tiap tahun, Rute Marathon yang selalu berjarak 42.195 Km, selalu dibuat berbeda. Kali ini, rutenya tidak menyetuh lingkar luar kota Berlin.
Dimulai di kawasan Tiergarten, yang bisa diibaratkan seperti Central Park-nya New York, para pelari disajikan dengan pemandangan pepohonan yang rindang dan dedaunan yang mulai menguning. Hembusan hawa panas masih terasa di tengah suasana awal musim gugur Eropa.
Rute Marathon 2018 membawa para pelari di dalam kota, sekaligus menikmati bangunan tua Berlin warisan jaman pemerintah Jerman Barat dan Timur. Sebutlah Gedung Parlemen Jerman, Reichstagsgebäude yang dibuka pada tahun 1984. Kemudian mengalami rekonstruksi total selepas reunifikasi Jerman dengan kubah kaca tembus pandang yang memberikan aksen modern di tengah bangunan bergaya Prussia. Kreuzberg. Salasatu distrik di Berlin, yang dipandang sebagai tempat lahirnya Döner Kebab adalah sala satu lintasan Marathon tahun ini.
Kebab ini sama sekali tidak sama dengan yang kebanyakan dijual di Indonesia, dengan roti yang tebal dan isi daging olah panggang diracik khusus dilengkapi sayuran.
Para pelari akan melewati sebuah jalan terkenal yaitu Martin-Luther-Straße, di mana John F. Kennedy berdiri pada tahun 1963 dan berkata kepada dunia, “Ich bin eir Berliner” atau “saya adalah orang Berlin”. Sebuah sentakan semangat untuk memberikan dukungan reunifikasi Jerman kala itu.
Evolusi wajah kota Berlin diperlihatkan kepada para pelari, mulai dari Kurfürstendamm, Mollstraße, sampai Gendarenmarkt. Marathon akan berakhir di garis Finish selepas Bradenburger Tor. Sebuah gerbang yang menjadi “ikon” kota Berlin dengan Dewi Viktoria di selasar atas.
Diikuti oleh lebih dari 40,000 peserta dari berbagai negara. “2018 Berlin Marathon” kali ini, memecahkan Rekor Dunia. Pelari asal Kenya, Eliud Kipchoge, menyelesaikan Marathon dalam waktu 2:01:39. Pria berusia 33 tahun ini menorehkan Rekor Terbaru yang sebelumnya dipegang oleh Dennis Kimetto. Disusul oleh Amos Kipruto dengan waktu 2:06:23 dan Wilson Kipsang 2:06:48.
Kurang lebih 300 pelari Indonesia juga ikut berpartipasi dalam Marathon ini. Dan Dian Sastro sala satunya. Dalam instragramnya, Dian Sastro menuturkan bahwa Marathon Perdana dia, tertujukan untuk Lombok. Reina Wardhana terlihat selalu berada di sebelah Dian Sastro saat berlari. Dian Sastro akhirnya menyelesaikan Marathon dalam waktu 06:06:58. Sementara Reina Wardhana mencatat waktu 06:06:59. Sebagai Partisipasi Marathon perdana, acungan jempol patut diberikan kepada Dian Sastro dan Reina Wardhana. Sebuah pencapaian yang luar biasa…!