JAKARTA, BEREDUKASI.COM — PENYAKIT Autoimun mencuat dan menjadi perhatian publik. Ketika beberapa Artis seperti Raditya Dika, Ashanty dan Cita Citata mengungkapkan kalau dirinya mengidap penyakit itu.
Ashanty mengidap penyakit dengan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh tidak dapat menjalani fungsi normalnya, sehingga sel-sel tubuh mudah terserang penyakit. Padahal sistem imun bertugas melawan infeksi virus, bakteri dan benda asing lainnya yang membahayakan tubuh.
Ashanty mengaku gejala awal autoimun dirasakannya sejak 2019, berupa sakit kepala, mudah lupa, gangguan kecemasan, dan stres. Bahkan wanita 38 tahun dengan nama lengkap Ashanty Siddik Hasnoputro sempat mengalami drop hingga susah beraktivitas sehari-hari.
‘Dan ternyata yang selama ini selalu aku keluhkan ketahuan. Kalau nggak karena dokter Terawan, nggak tau selama ini aku sakit apa! Ngga bisa tidur kenapa? Sakit kepala dari dulu karena apa? Pelupa banget belakangan, suka cemas, mudah stres belakangan, gampang kepikiran,’ ungkapnya kepada wartawan.
‘Diagnosa awal kaget banget, aku kena autoimun, sesuatu yang nggak pernah saya bayangkan, dengernya aja serem, googling aja tadi ngeri-ngeri banget,’ imbuh Ashanty.
Menurut Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, dokter spesialis yang juga Ketua Umum Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni), yang dikonfirmasi Seide.id pekan lalu, autoimun adalah suatu penyakit di mana sisi imun menyerang tubuh sendiri.
‘Antibodi yang seharusnya melindungi dari serangan virus lawan dari luar, pada autoimun terjadi error, sehingga antibodi yang kita harap membela kita, malah menyerang tubuh sendiri, tak lagi mengenal lawan maupun kawan,’ kata dokter penyakit dalam dan konsultan alergi imunologi di RS Mayapada dan RS Pondok Indah, dalam acara Meet The Experts di Jakarta, pekan lalu.
Selaku Ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PERALMUNI), Profesor Iris menjadi pembicara utama dalam forum Meet The Experts di Hotel Grand Mercure, di Kemayoran, yang menghadirkan para pakar kedokteran, sel dan virus dan digelar oleh PT Biotek Farmasi Indonesia untuk mengenalkan produk-produk Biotek Farmasi Indonesia.
Untuk mengatasi autoimun, ungkap profesor Iris, dibutuhkan banyak obat, diantaranya steorid, Imunosupresan guna menekan sistem imun.
‘Imunosupresansangat menekan sistem imun yang hiperaktif, tapi di sisi yang lain menekan sisi imun yang lain, sehingga bisa terjadi disefisiensi pada sistem imun pada sistem syaraf imun,’ ungkap Profesor Iris Rengganis.
‘Sampai hari ini masih mengharap terobosan apa yang mendampingi untuk orang aoutoimun, sehingga tidak menekan sistem imunnya,’ kata dokter yang mendapatkan gelar spesialisnya setelah menamatkan pendidikan di Universitas Indonesia, Depok pada tahun 2006.
Sedangkan dr. Izza dari Universitas Trisakti menyebut, Outoimun adalah terbentuknya outo antibodi yang menyerang sel jaringan tubuh yang sehat yang menyebabkan sakit, termasuk peradangan.
Namun seiring kecanggihan tekologi kini perusahan farmasi dalam negeri, menemukan herbal yang bisa menangani autoimun. Produk herbal itu bernama Regimun yang berfungsi sebagai immunoregulator untuk meregulasi NFkB & TNF-pada penderita autoimun.
Diproduksi oleh Biotek Indonesia, Regumen yang membantu penderita outoimun dan sudah digunakan oleh beberapa pasien di luar dan kini dalam proses uji klinis.
Regimun merupakan produk unggulan Biotek Farmasi Indonesia yang merupakan imunomodulator yang bekerja dengan meregulasi NFK-b, TNFa serta IL-6 yang terganggu keseimbangannya pada penderita autoimun. Efek regulasi ini juga diperkuat dengan efek antioksidan dan antiradang yang kuat sehingga Regimun dapat digunakan untuk meregulasi Badai Sitokin pada pasien COVID-19.
‘Selama 20 tahun kami mendalami bidang ini, kami peduli dan kompeten menangani berbagai penyakit virus,’ kata Head od Research & Development Biotek dr. Rinto, yang juga panjang lebar menjelaskan hal ikhwal sel, virus dan penanganannya. ‘Spesialisasi kami adalah riset sel’ tegas dokter dan biochemist ini.
Selain Regimun, ada Viradef yang juga memiliki efek antivirus, antioksidan yang jauh lebih kuat dan lebih aman dibanding vitamin C dosis tinggi, dimana menurut dr. Izaa, Viradef sudah melalui uji internasional dan diturunkan dalam jurnal ilmiah. Dalam jurnal itu disebutkan, Viradef memiliki efek antivirus dengan cara mencegah virus masuk ke dalam sel melalui penghambatan enzim TMPRSS2.
Komposisi Viradef memiliki efek antioksidan yang jauh lebih kuat dan lebih serta dapat meningkatkan energi seluler yang menurun akibat terjadinya proses infeksi. Dan karena berbahan herbal, Viradef aman dikonsumsi setiap hari dalam jangka panjang untuk pencegahan dan pengobatan terhadap infeksi virus Covid-19 dan juga influenza.
Chairman Biotek Farmasi Indonesia Toni Lay mengungkapkan keunggulan produk Biotek Farmasi Indonesia bukan hanya bidang alergi imunologi saja, tetapi juga bidang endokrinologi dengan produk Dialance untuk penderita Diabetes Tipe 2.
Diakui Tony Lay, produk hasil riset farmasinya ditujukan untuk mencegah Covid19, namun dengan melandainya COvid19 kini berguna untuk pertahanan tubuh dan stamina, serta melindungi dari berbagai virus.
‘Meski grafik Covid 19 melandai, tapi kewaspadaan diperlukan. Belum lagi, ada kemungkinan munculnya varian baru,’ pungkas Toni Lay. (SB).