Bandung, BEREDUKASI.Com — MENJADI seorang Penulis yang terlahir dari jalanan. Autodidakus, yang mampu membungkus sekian harapan yang bagi mereka tidak mungkin menjadi mungkin.
Untuk memotivasi mereka, bahwa kita yang tidak bisa sekolah juga bisa setara dengan mereka para akademisi adalah harapan dan cita-cita dari Asep Umbara yang biasa dipanggil Bhara atau dikenal dengan “Bhara ZD”.
Pria kelahiran Majalengka, 27 Desember 1992 ini sering mendapat beberapa Penghargaan Juara di komunitas-komunitas Sosmed dan sudah menerbitkan 4 Buku Solo, Novel dan Kumpus. Juga 4 buku Antologi Bersama. Dan masih menggarap 3 Novel dan 1 Kumcer.
Buku yang sudah diterbitkan diantaranya The Way My Story, Gubahan Sajak Luka Negara, Gadis 9 Tahun Lalu dan Dyana “Wajah Puisiku”.
“Awalnya saya hobi main gitar, karena bisa menenangkan saat saya tengah dilanda galau. Kemudian saya lebih suka menulis, saat keadaan hening banyak menemani tiap malam. Dan ternyata menulis lebih mampu mengobati segala perkara yang ada. Ya, tepatnya tempat saya curhat. Dan bagi saya, menulis adalah istirahat saya setelah seharian bekerja,” terang penyuka warna hijau daun dan penyuka semua makanan laut.
Bhara juga mengaku bahwa ia memiliki motto hidup “Belajar dan belajar. Belajar bisa di manapun dan kapanpun. Guruku adalah jalanan, dan dosenku adalah kerasnya kehidupan.”
“Saya ingin mewujudkan cita-cita anak saya. Karena, masa depan anak saya akan jauh lebih berat, dari beratnya hidup yang kini saya jalani,” terang bungsu dari 5.
Saat ini, Bhara pun tengah sibuk Menulis, mengedit naskah yang masuk, layouter juga dan merangkap desain sampul di sebuah penerbit.
“Sosok yang saya idolakan adalah Sutardji CB. Saya menyukai puisi-puisinya. Proses memetik yang saya jalani juga banyak berlandaskan pada beliau,” terangnya yang banyak terinspirasi dari istri dan para pejuang jalanan.
Bagi Bhara hidup adalah tentang bagaimana kita bertahan, bukan bagaimana kita mencari alasan untuk hidup.
“Hal yang membuat saya selalu bersemangat adalah saya memiliki bibit masa depan, yang tidak akan saya biarkan mengalami kisah yang sama seperti saya Tidak ada alasan bagi saya untuk lemah,” terangnya.
Bhara yang menuntaskan pendidikannya sampai SMP ini pun menyampaikan. Bahwa ia ingin belajar dan terus belajar untuk lebih baik lagi. Pendidikan formal yang tidak ia dapatkan sesuai keinginan. Bukan berarti ia harus menyerah pada keadaan.
“Saya ingin membuktikan bahwa saya bisa seperti mereka dan menjadi motivator untuk anak saya sendiri, dengan mengatakan “Ini Ayah Nak, yang tidak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Ayah bisa..! Dan kamu, harus lebih baik lagi,” tutupnya siang itu. (Tan)