Jakarta, BEREDUKASI.Com — PENGAKUAN Prof. Dr. Emil Salim mengaku bangga sekaligus terharu, di usia senjanya masih ada lembaga bergengsi yang menganugerahi Roosseno Award.
“Saya mengucapkan terima kasih atas penghargaan ini, saya tidak menyangka sama sekali kalau apa yang saya kerjakan selama ini. Mendapat perhatian dari masyarakat khususnya Biro Oktroi Roosseno yang akhirnya memilih saya untuk mendapat penghargaan bergengsi ini,” aku Prof. Dr. Emil Salim, dalam kata sambutanya di Auditorium Roosseno, Kemang, Jakarta Selatan belum lama ini.
Alasan Biro Rosseno Oktroi memberikan penghargaan kepada mantan Menteri Kehutanan era Orde Baru ini. Karena Kontribusinya pada nilai-nilai “Keberlanjutan, Keberagaman dan Integritas pada Layanan Publik” (Sustainability, Diversity & Integrity in Public Service).
Biro Oktroi Roosseno merupakan biro konsultan hak kekayaan intelektual yang didirikan oleh Prof. Dr. Ir. R. Roosseno sejak tahun 1951. Tidak hanya peduli pada pelayanan terbaik pada klien, tetapi juga peningkatan kesadaran masyarakat. Akan hak kekayaan intelektual dan peningkatan daya saing bangsa.
Kepedulian itu diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan sendiri mau pun bekerjasama dengan pihak lain. Beberapa di antaranya adalah seminar, dukungan biaya studi atau seminar ke luar negeri, bantuan pendaftaran paten, bantuan dana penelitian dan juga pemberian penghargaan kepada tokoh Indonesia yang memberi inspirasi kepada bangsa Indonesia dan dunia Internasional.
Sejak 2011, Biro Oktroi Roosseno menyelenggarakan kegiatan pemberian Penghargaan kepada para pelaku Penelitian dan Tokoh Indonesia. Sebagai upaya untuk melanjutkan semangat dan idealisme Prof. Dr. (HC) Ir. Roosseno (almarhum), yang sangat concerned pada leanring by doing (yang adalah by research and development and through practice/empirical) dan kegiatan tersebut diberi nama ROOSSENO AWARD.
Dalam penyelenggaraannya selama tiga tahun berturut- turut, Biro Oktroi Roosseno. Bekerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (2011, 2012) dan Dewan Rempah Indonesia (2013) dalam menyelenggarakan tiga program bantuan dana penelitian.
Tiga program bantuan dana penelitian itu diantaranya, tahun 2011 berupa bantuan dana penelitian untuk bidang Sains dan Teknologi yaitu Energi Alternatif, Ketahanan Pangan dan Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati dengan 5 Pemenang dari Universitas Gadjah Mada, DI Yogyakarta, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Universitas Atma Jaya, DKI Jakarta, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Jawa Barat dan Lembaga Biomolekuler Eijkman, DKI Jakarta.
Tahun 2012, bantuan dana penelitian untuk bidang sosial-humaniora dan indikasi geografis dengan 6 pemenang dari STKIP Santo Paulus (NTT), Lembaga Studi Agama dan Masyarakat Aceh (Aceh), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin danUniversitas Airlangga.
Tahun 2013, bantuan dana penelitian diberikan kepada para peneliti yang menekuni rempah- rempah Indonesia, khususnya untuk komoditas pala, lada, kayu manis, gambir dan pemanfaatan rempah lain dengan 6 pemenang.
Para pemenang pada program-program terdahulu telah memberikan hasil penelitian yang luar biasa. Hasil penelitian telah dimuat pada publikasi Internasional, Presentasi pada konferensi Internasional, beberapa diantaranya menjadi rujukan penelitian lain dan menjadi dasar untuk pengembangan iptek dan penelitian selanjutnya.
BBMTahun 2014, Roosseno Award IV diberikan sebagai penghargaan perseorangan. Yang memperoleh penghargaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya Aeronautika tersebut adalah Presiden ketiga Republik Indonesia, Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie yang dinilai telah memberi inspirasi kepada bangsa Indonesia dan dunia Internasional atas semangatnya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, penemuan dan paten.
Tahun 2015, Roosseno Award V diberikan kepada Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno atas dedikasinya di bidang kemanusiaan. Tahun 2016, Roosseno Award VI diberikan kepada Prof. Dr. Ir. Wiratman Wangsadinata, di bidang Rekayasa Struktural Teknik Sipil.
Tahun 2017, Roosseno Award VII diberikan kepada sosok yang ilmuwan dan pekerja hak asasi manusia, Prof. Dr. Saparinah Sadli, di bidang Kesetaraan Gender. Tahun 2018, Roosseno Award VIII diberikan kepada Tokoh Indonesia yang memberi inspirasi kepada bangsa Indonesia atas kerendahan hatinya, kesabarannya, semangatnya dan dedikasinya selama 60 tahun di dunia kedokteran, Prof Dr. dr. R. Sjamsuhidajat Ronokusumo, Sp.B-KBD, di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan kedokteran.
Roosseno Award IX tahun 2019 menggunakan kriteria yang diperluas dari penyelenggaraan sebelumnya dan diberikan kepada Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M., yang dinilai memiliki etos kerja dan integritas tinggi untuk pembangunan demi kesejahteraan masyarakat dan akuntabilitas publik.
Tropy dan simbol yang dipilih sebagai logo Roosseno Award adalah wujud buah belimbing, tampak di tengah gambar menyerupai irisan mendatar buah belimbing dengan batang-batang tertancap di atasnya. Gambar tersebut adalah ilustrasi salah satu invensi Prof. Dr. (HC) Ir. Roosseno, yaitu Fondasi Sistem Belimbing yang telah mendapatkan paten dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan nomor paten ID 0000-341.
Invensi atau penemuan ini merupakan pengembangan konstruksi tiang pancang beton yang pada hakekatnya tidak perlu dipancang sampai menembus lapisan tanah keras. Pada tiang pancang beton berbentuk bundar, segi empat atau bersegi lebih banyak, dipasangkan empat atau lebih sirip di sepanjang tiang pancang tersebut sehingga penampang mendatar tiang pancang beton tersebut akan terlihat seperti irisan mendatar buah belimbing. Bentuk irisan mendatar buah belimbing ini juga menjadi inspirasi bentuk award yang akan diberikan kepada para peneliti pemenang kompetisi penelitian. (Buyil)