Bandung, BEREDUKASI.Com — DEPUTI Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK) BKKBN, Muhammad Yani juga menyampaikan pesan senada. Beliau menegaskan, persoalan paling penting dalam keluarga adalah komunikasi. Penting bagi orang tua untuk belajar kembali tentang komunikasi gaya baru yang lebih sesuai dengan perkembangan kekinian.
“Orangtua harus selalu belajar. Ini tidak mudah karena remaja sekarang tidak sama dengan remaja kita dulu. Walaupun ada beberapa yang sama, misalnya keinginan untuk tahu sangat tinggi. Orangtua harus paham keinginan tertentu sang anak. Ini perlu dipahami Orangtua. Ini tidak mudah, tidak segampang yang diomongkan,” papar Yani.
Yani menjelaskan, BKKBN terus mengembangkan cara-cara berkomunikasi efektif dalam keluarga. Salah satunya berupa modul 1001 Cara Berdialog dengan Anak. Modul ini diajarkan kepada para orang tua melalui kelompok kegiatan bina keluarga remaja (BKR).
“Komuniasi harus terjadi dua arah. Harus terjadi antara ibu dengan anak maupun ayah dengan anak. Tidak hanya ayah atau ibu. Ayah harus mampu membangun komunikasi dengan anak. Tugas ini harus dipikul bersama. Kita tahu ada sosok ayah yang tidak tergantikan. Ayah menjadi panutan di tengah keluarga,” ujar Yani.
Lebih jauh Yani menjelaskan, BKKBN mendapat amanat Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga untuk meningkatkan ketahanan keluarga. Upaya ini ditempuh dengan melakukan pendekatan berdasarkan siklus kehidupan dengan instrumen penerapan delapan fungsi keluarga secara utuh dan berkelanjutan.
“Ketahanan akan didapat jika keluarga Indonesia menjalankan delapan fungsi keluarga. Artinya, jika ada keluarga tidak menjalankan delapan fungsi keluarga, otomatis ketahanan tidak bisa didapat. Atau, ketika salah satu atau beberapa fungsi tidak berjalan, maka ketahanan yang didapat tidak utuh. BKKBN melakukan berbagai program dan kegiatan untuk mewujudkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga,” papar Yani.
“BKKBN melihat dari siklus manusia. Periode itu meningatkan ketahanan keluarga karena ketahanan berubah-ubah. Keluarga baru, baru memiliki anak, punya remaja dan seterusnya, persoalan-pesoalan akan berubah. Begitu juga lansia. BKKBN menjaga tidak bisa dari satu sisi, tapi keseluruhan. Komprehensif dan holistik. Kebijakan-kebijakan kita arahnya ke sana,” tambah Yani.
Lebih dari itu, Yani menilai bahwa mencerdaskan bangsa sangat penting. Namun demikian, ketahanan tidak akan terbentuk tanpa adanya karakter kuat yang tumbuh dalam tubuh anak-anak Indonesia. Tanpa karakter kuat, bukan tidak mungkin seorang anak bangsa tega menggadaikan harga diri bangsanya untuk tujuan jangka pendek.
“Tetapi kalau tidak diimbangi dengan karakter, yang terjadi cerdas tapi karakternya lemah. Yang kita khawatirkan bukan negara baik, tapi negara dijual. Sehingga, pemerintah memandang penting sekaligus menjadikan pendidikan karakter sebagai program prioritas. BKKBN berkewajiban membangun karakter melalui revolusi mental,” tandas Yani. (Tesaf).