Bandung, BEREDUKASI.Com — BAGI Dede Nurul Hidayat, kebiasaan berfikir untuk bermain taktik adalah satu hobi yang sudah dilakoninya. Sejak duduk di bangku Aliyah.
Kegemarannya dibidang adu pikir dituangkan dalam permainan olahraga Catur.
“Bagi saya hobi bermain Catur, memang sejak duduk di kelas 11 Aliyah,” ungkap mahasiswa fakultas hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Bagai gayung bersambut, kegemaran mahasiswa yang akrab disapa Dede Catur oleh teman-temannya itu. Bisa menyalurkan hobinya, menjadi bakat setelah setahun berkuliah,
“Iseng–iseng saya coba bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bidang Catur. Sampai saya juga mencoba, mengikuti beberapa turnamen Catur antar fakultas,” ujar atlet Catur kelahiran Subang, 15 Mei 1995. Ketika jumpa BEREDUKASI.Com, di kamar kos-nya di Gg. Kujang Desa. Cipadung, Cibiru Bandung Timur.
Dalam pertandingan Pekan Ilmiah Olahraga Seni Riset tahun 2017, yang di laksanakan di UIN Ar-Raniri, Jl. Ibnu Sina No.2 Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh. Merupakan acara di bawah naungan Kementrian Agama (KEMENAG) RI yang di ikuti oleh ribuan peserta. Dari lima puluh enam Perguruan Tinggi Islam Negeri, Dede adalah salasatu peserta yang ikut bertanding,
“Alhamdulilah Legalitas UKM Catur di kampus saya, masih belum resmi. Tetapi setiap tahun selalu mengirim atlet Catur untuk mengikuti lomba. Di kampus sendiri ada UKM bernama Satuan Catur Mahasiswa. Sebagai organisasi yang telah memiliki kepengurusannya. Namun secara resmi, pihak kampus belum melegalkan. Padahal kampus selalu membutuhkan, kami merasa di akui dan tidak di akui,” terangnya seraya tertawa.
Meskipun UKM Catur di Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, belum pernah diakui secara resmi. atau dilegalkan. Tetapi olahraga bidang ini, sempat meraih Medali Perak. Dalam cabang pertandingan Catur individu dan Juara Umum dalam pertandingan Catur Beregu.
“Selain saya, memang ada pecatur lain dikampus UIN inu yang sudah mendapatkan 3 Medali Emas di invitasi Pekan Pengembangan Bakat Minat Mahasiswa (IPPBMM) Se-Pulau Jawa–Madura.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung, mengirim kontingen terbanyak. Namun untuk olahraga Catur, hanya empat atlet dari berbagai Jurusan dan didampingi oleh Wakil Dekan Tiga.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung, mengirim 4 atlet Catur dalam kejuaraan “Pekan Ilmiah Olahraga Seni Riset tahun 2017” yang didampingi oleh Rektor. Beserta pejabat kampus lainnya.
Acara ini dipantau langsung oleh KEMENAG RI, “Pionir atlet Catur dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Terdiri dari empat atlet Catur yaitu tiga putra dan satu putri. Mulai dari jururan Hukum Keluarga, Menejemen Keuangan Syariah, Administrasi Publik dan Sains Fisika.
“Kami atlet Catur di dampingi oleh Sarbini, Wakil Dekan Tiga Psikologi,” ungkap Dede, seraya menambahkan. Sebelumnya pada tahun 2016, dalam pelaksanaan Invitasi Pengembangan Minat Se-Pulau Jawa di IAIN Tulungagung. UIN Bandung, terpilih sebagai Juara Umum. Jadi ada harapan lebih di perlombaan PTKIN kali ini, mendapatkan Juara Umum tingkat Nasional.
“Tentu saja dengan persiapan dari awal, karena ini mengenai olahraga seni riset. Jadi di training atau pelatihan oleh UKM-UKK sendiri. Selama tiga bulan dan di pantau oleh universitas. Olahraga Catur dulu, cabang yang dikirim oleh universitas. Untuk bertanding, tapi bukan melalui jalur UKM-UKK. Padahal organisasi ini, telah menghasilkan banyak Medali, sejak tahun 2015 sampai sekarang. Bahkan sering mengikuti pertandingan di tingkat Nasional seperti yang dilaksanakan di ITB, Polban dalam kejuaran Catur tingkat Mahasiswa,” jelas Dede, sang Atlet Catur.
Untuk mengatasi kesulitan dalam pertandingan, Dede memiliki “resep” tersendiri. Untuk melumpuhkan lawan dengan menguasai phsikologisnya. Dan memiliki cara “rahasia” untuk mengutak-atik pasukan pionir Catur.
“Selama main di Aceh, kesulitan yang saya hadapi adalah melawan UIN Banten dan IAIN Palu. Sebab ada atlet Provinsi bahkan sampai atlet PON. Tetapi saya berusaha mencari kelemahan lawan menggunakan “taktik” yaitu Company, Middle Game dan Ending. Dalam setiap langkah ada teori rahasianya untuk menjatuhkan lawan dan menguasi fisikologisp lawan atau dalam catur disebut kalkulasi yaitu berpikir sepuluh langkah kedepan,” paparnya.
Dede memiliki pesan kepada para pecinta Catur. Bahwa Catur bukan sarana untuk permainan negatif, melainkan untuk mengasah kemampuan berpikir dan kesabaran.
“Saya ingin merubah anggapan masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa. Bahwa Catur bukanlah olahraga judi, tetapi olahraga resmi. Banyak orang bisa Catur, tapi tidak semua tau ilmunya,” tegas Dede.
Dede memiliki motto hidup, bahwa hasil setimpal dengan usahanya.
“Ketika kita mau berusaha, proses tidak akan mengkhinati hasil. Karena saat proses yang bagus, maka hasilnya akan luar biasa”.
Kini mahasiswa hukum keluarga yang menjadi atlet catur inu. Telah lulus dan hanya bisa berharap kepada universitas, agar memperhatikan atlet Catur yang sudah mengharumkan nama kampusnya. Daripada memperhatikan UKM yang telah legal. Namun tidak produktif dalam meraih prestasi.
“Saya tetap bermain di dunia papan Catur. Dan terus berharap, agar para atlet Catur di UIN Bandung ini, tidak di anak tirikan,” ungkap Dede penuh harap. (Ihsan)