Bali, BEREDUKASI.Com — MENJADI “Bagus Universitas Pendidikan Nasional”, bagi Devidson Imanuel Eman atau sapa saja Devidson. Adalah sebuah tanggung jawab sekaligus salasatu upaya untuk membuatnya menjadi pemuda yang berdaya.
Pemuda yang lahir di Cimahi, 19 Desember 1998 ini juga, selalu Produktif dan punya rencana besar untuk masa depannya.
Lalu bagaimana latar belakang dan keseharian dari Devidson….?
“Saya sendiri keturunan dari Manado, keluarga besar saya ada di sana. Kami memiliki marga yaitu “Eman”. Saya anak ke 2 dari 4 bersaudara, kakak saya yang pertama seorang perempuan, berumur 22 tahun dan sekarang sedang menjalani kuliah di Universitas Sanatha Darma Yogyakarta, adik pertama saya berumur 15 tahun seorang perempuan dan sedang bersekolah di SMP Santo Yoseph Denpasar dan adik kecil saya seorang laki-laki yang masih berumur 1 tahun. Adik saya yang terakhir ini merupakan kado terindah dari Tuhan, karena kami sudah lama sekali menantikannya. Saya bersyukur akan hal itu,” papar Devidson menjelaskan kepada BEREDUKASI.Com beberapa waktu yang lalu.
Devidson juga bercerita, bahwa yang membuatnya selalu bersemangat dalam menjalani hidup adalah Keluarga. Terutama papanya, karena “papa”, begitu panggilan Devidson untuk ayahnya. Merupakan tulang punggung satu-satunya di keluarga. Dan Devidson bertekad akan membuat ayahnya bangga kepadanya. Karena itu dirinya ingin menjadi seorang yang sukses di usia muda yang kelak akan bisa membantu keluarga, dalam memenuhi kebutuhan hidup.
“Mungkin banyak yang bertanya kenapa saya saat ini tinggal di Bali. Meskipun lahir di Cimahi. Ya… karena Papa saya seorang TNI, beliau lulusan Akademi Militer. Sehingga tugasnya selalu berpindah-pindah. Tentunya membuat saya ikut pindah juga. Ketika tugas di Cimahi, Bandung,Jawa barat, saya hanya ikut dilahirkan saja hahaha….” jelas Devidson sambil tertawa.
Devidson juga bercerita, bahwa dia memiliki banyak hobi dan kegemaran yang berganti-ganti sejak kecil hingga sekarang. Mungkin karena dirinya selalu ingin mencoba sesuatu atau hal-hal yang baru.
“Sewaktu kecil saya suka bermain bulu tangkis, sampai kelas 6 SD, bahkan pernah mendapat Juara 3 Bulutangkis antar SD Se-Kabupaten Timor Tengah Selatan, sejak SMP hobi saya bermain game dan saat SMA senang bermain “airsoft gun”. Menyukai “airsoftgun”, karena terinspirasi oleh sosok ayah. Dan mulai menyukai hal-hal yang berbau militer sejak SMA. Sebab itu saya sudah membulatkan tekad untuk meneruskan jejak sang Papah, menjadi seorang TNI,” tutur Devidson.
Namun Tuhan berkehendak lain, jalan Devidson bukan di sana. Karena pada akhirnya, memutuskan untuk kuliah di Universitas Pendidikan Nasional, mengambil Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Sekarang ini sudah menjalani semester ke 2.
“Cita-cita saya sebenarnya ingin menjadi seorang General Manajer di Suatu Perusahaan yang besar. Bahkan lebih besar dari itu, saya akan mengusahakannya. Disamping itu, sekarang ini sedang menekuni dunia entertainment. Saya berharap kelak akan muncul di layar Bioskop 21 hahaha…..,” tandasnya sambil tertawa dan penuh semangat.
Devidson mengungkapkan, bahwa motto hidupnya adalah, “Bahwa Untuk Menjadi Orang Besar Kita Harus Berperilaku Seperti Halnya Orang Kecil, Yaitu Ramah, Sopan Dan Apa Adanya. Karena Hal Yang Paling Utama Dari Nilai Pribadi Seseorang Adalah “Attitude” Atau. Perilaku”.
Bagi Devidson, “kunci” dari segala sesuatu pekerjaan adalah bagaimana kita berperilaku secara disiplin. Semakin kita disiplin semakin kita dipuji banyak orang.
“Tokoh idola saya adalah Cristiano Ronaldo, seorang pemain bola fenomenal dari masa ke masa. Kenapa saya mengidolakan beliau..? Karena beliau memulai kesuksesannya dari nol. Dari ketidakpunyaan yang ia miliki, tetapi tetap berusaha dan berjuang sampai mendapatkan kesuksesan. Tidak pernah berhenti berlatih, disaat rekan-rekan satu tim datang latihan pukul 8 pagi. Ronaldo sudah ada ditempat latihan sejak pukul 6 pagi. Selalu lebih cepat dan giat dari pada yang lain,” terangnya penuh semangat.
Adapun beberapa prestasi yang pernah Devidson raih yaitu ketika berusia 11 tahun, mendapat Juara 1 Cerdas Cermat antar Sekolah Minggu Se-Kabupaten TTS. Saat usia 12 tahun mengikuti Lomba Bulutangkis antar Sekolah Dasar dan mendapat Juara 3 Se- Kabupaten TTS.
Beranjak SMA tergabung dalam organisasi PASKIBRAKA SMA Tarakanita di Magelang dan mendapat peringkat 10 Besar, sebelum akhirnya pindah sekolah ke Bali, saat naik ke kelas 11.
“Dan “gelar” yang masih saya jabat sekarang ini yaitu “Bagus Undiknas”, seorang Duta Kampus yang menjadi “icon” dalam lingkup Internal kampus maupun diluar,” terangnya.
Bagi Devidson Ini merupakan penghargaan yang tidak pernah terlintas di pikirannya.
“Dunia ini sama sekali tidak pernah saya rencakan selama hidup. Saya awalnya tidak tahu apapun tentang ajang seperti ini. Namun saya mencoba untuk terjun dan berusaha semaksimal mungkin. Akhirnya saya mendapatkan gelar ini. Melalui “gelar” ini, tidak menghentikan saya untuk menjadi orang yang akan menginspirasi dan berguna,” ucapnya optimis.
Devidson akan berusaha membuat kampusnya lebih bagus dan berkembang lagi dari sebelumnya. Bahkan akan menjalankan semua progam kerja yang dibuat, demi kemajuan kampus. Selain itu tentunya akan terus mengejar demibnama baik dirinya dan kampus.
“Bulan Agustus 2018 ini, saya akan mengikuti “Ajang Duta Endek Kota Denpasar”. Doakan saya ya…,” ujarnya sambil tersenyum.
Ketika mengikuti ajang “Jegeg Bagus Undiknas” ini, Devidson juga mendapat penghargaan “Best in Social Media” yang di selenggarakan oleh pihak ApakabarBali yang bekerjasama dengan Jegegbagus Undiknas.
“Penghargaan ini tentang bagaimana sikap bijak kita dalam menggunakan sosial media. Dimana kita sebagai manusia harus terpelajar, harus mengerti akan kegunaan sosial media yang sebenarnya. Untuk menghindari hal- hal yang negatif atau tidak diinginkan,” kata Devidson.
Devidson bercerita bahwa makna menjalani hidup baginya, adalah dengan menyadari bahwa hidup itu seperti Bersepeda. Terdapat dua roda yang akan berputar naik turun, seiring dengan kenyataan hidup yang kita jalani. Dan untuk menyeimbangkan jalannya kehidupan kita, kita harus terus maju seperti mendayuh sepeda. (Tiwi Kasavela)