Purwakarta, BEREDUKASI.Com — ARCHA Dewi Mayangsari dari tebing Gunung Kancana yang tergolek di Pertigaan Jl. Desa Galudra dan Jl. Desa Tanjungsari, Kec. Pondoksalam Kab. Purwakarta. Kini keberadaannya sudah rusak akibat tidak terawat dengan baik.
Kerusakan tersebut diakibatkan, minimnya perlindungan dan perawatan dari cuaca yang ekstrim. Kini batu berukuran satu setengah meter, yang ditemukan pada tahun 1984 silam itu, terbelah menjadi dua bagian.
Bentuknya yang menyerupai wanita sedang duduk bersimpuh, membuat sebagian besar masyarakat setempat mempercayai. Bahwa Acrha Dewi Mayangsari, memiliki aura mistis. Sehingga tak satupun orang yang berani mendekati, ataupun menggunakanya sebagai tempat bermain.
Dengan adanya kepercayaan sedemikian rupa dari masyarakat, Archa Dewi Mayangsari yang pernah diteliti oleh Arkeolog dan Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat ini, tergeletak begitu saja.
Kepala Bidang Dinas Pariwisata Purwakarta, Heri Anwar menjelaskan, bahwa Purwakarta memang termasuk salasatu daerah yang memiliki situs-situs peradaban dan kebudayaan.
“Archa tersebut memang merupakan satu peninggalan budaya di Purwakarta,” jelasnya saat berbincang dengan BEREDUKASI.Com.
Heri Anwar menerangkan, pihak Dinas belum mendata secara penuh mengenai Cagar Budaya dan Benda Bersejarah di Purwakarta. Keterangan untuk pendataan tersebut, akan dilakukan tahun 2019.
“Setelah tahun 2019, Dinas Pariwisata bukan hanya mendata dan merawat Archa saja. Tetapi seluruh benda bersejarah Purwakarta lainnya,” terangnya.
Dalam menentukan nilai sejarah suatu benda, bukan saja dilihat dari materialnya saja. Namun kejelasan data, menentukan kebenaran suatu material yang dianggap memiliki nilai Sejarah.
Hamzah selaku Kepala Desa Tanjungsari menerangakan, perawatan dan pemeliharaan Archa Dewi Mayangsari akan direalisasikan bersama pemerintah pusat setempat.
“Asal tidak menyimpang dengan ajaran Islam, warga Desa Tanjungsari. Akan siap mengaplikasikan program pemerintah dalam memelihara Archa Dewi Mayangsari,” katanya. (Naurid Ilyasa)