Bandung, BEREDUKASI.Com – DUNIA farmasi menghadapi tantangan yang semakin berat. Salasatunya mengenai penggunaan obat-obat terlarang seperti narkoba. Hal tersebut merupakan tantangan Farmasi untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Ini adalah tantangan, bagaimana mengedukasi masyarakat untuk tidak menggunakan obat seperti itu,” ujar Kepala Dinas pendidikan Jawa Barat Ahmad Hadadi. Saat memberikan pengarahan sekaligus membuka acara Sosialisasi Uji Kompetensi dan Sertifikasi Profesi Komunitas Farmasi Indonesia (LSP KFI) dan Pelatihan Teknis Skema Farmasi dari BNSP bagi SMK Farmasi yang ada di Jawa Barat.
Acara yang sudah terlaksana beberapa hari kebelakang di Hotel Grand Pasundan l tersebut, digelar oleh Asosiasi Pendidikan Menengah Farmasi Indonesia (APMFI).
Dalam dunia pendidikan menengah, Hadadi mengatakan, SMK farmasi hadir sebagai bagian dari perubahan zaman. Untuk menjawab tantangan zaman, tentulah diharapkan kelak siswa SMK farmasi menjadi kompeten dan siap bersaing di dunia kerja. Untuk meraih hal tersebut, Hadadi mengatakan, perlu ada proses yang teruji agar terstandar yaitu dengan sertifikasi profesi.
“Sampai bulan Maret 2017, sekitar 327 SMK sudah menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP P1) seluruh SMK tersebut sudah menerima setifikat lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sehingga bisa menguji dan mengeluarkan sertifikat kompetensi untuk peserta didiknya,” ujarnya.
Hadadi mengapresiasi kegiatan ini. Pemerintah selalu mendukung agar bidang farmasi dapat menembus berbagai hambatan, menjadi lebih kreatif dan memiliki peran lebih signifikan. Sementara itu, Ketua APMFI Jawa Barat, Noni Cahyana berharap dengan adanya sertifikasi ini, dunia farmasi dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam bidang kesehatan.
“Mudah-mudahan ini dapat terwujud sehingga menjadi legalitas formal, dan dapat ikut andil dalam pembagunan di bidang kesehatan khususnya di industri farmasi,” ujar Noni. (Red)