Bandung, BEREDUKASI.Com — DITENGAH pesatnya arus informasi dan perkembangan jaman. Maka tentu penggunaan bahasa pun semakin banyak berubah. Duta Bahasa Jawa Barat 2017, Azharra Aninda Putri Al Farid atau yang biasa dipanggil Ninda yang merupakan mahasiswi S2 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengulas mengenai fenomena tersebut.
“Belakangan ini beredar “meme” penggunaan bahasa “campur” Indonesia dan Inggris. Yang tengah menjadi bagian dari gaya hidup di salasatu kota besar di Indonesia. Penggunaan gaya bahasa campur tersebut umumnya populer di kalangan anak anak muda. Isu ini telah membagi kelompok sosial anak muda Indonesia, menjadi tim pro- bahasa campur dan tim kontra- bahasa campur,” terangnya.
Sebenarnya, lanjut Ninda dengan sifat bahasa yang dinamis serta derasnya arus teknologi, Informasi dan Komunikasi. Fenomena penggunaan bahasa seperti itu tidak dapat disalahkan. Kita juga tidak dapat memungkiri, kegentingan penggunaan bahasa asing. Demi menunjang kerja sama hubungan antara negara kita dengan negara-negara lain. Bahkan para tim pro-bahasa campur kerap membanding-bandingkan. Bahwa di negara berkembang fenomena ini juga terjadi.
“Namun, alangkah lebih baik jika kita mampu berbahasa Indonesia dan Asing. Secara utuh dan jelas, tanpa harus menggabungkannya dalam satu bahasa sekaligus. Bukankah ketika kita bergaul dengan orang-orang mancanegara, kita juga akan dituntut untuk berbahasa Asing secara utuh dan bukan dicampur dengan Bahasa Indonesia…?,” ucapnya.
Melihat adanya tim pro dan kontra- yang terbentuk, membuat Ninda yakin. Bahwa sikap positif terhadap bahasa Indonesia, mulai terbangun dalam diri anak-anak muda Indonesia. Membantah anggapan yang selama ini mengatakan, bahwa anak muda kita itu acuh tak acuh terhadap peranan Bahasa Indonesia.
Tim Badan Bahasa, tengah gencar melakukan sosialisasi pemartabatan Bahasa Indonesia. Untuk meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap Bahasa Indonesia. Karena bahasa negara yang kuat akan mendorong terbentuknya negara yang kuat pula.
Dalam pemartabatan Bahasa Indonesia, peranan para penulis buku-buku Sastra dan Novel Indonesia juga tidak kalah penting. Buku-buku mereka akan mampu membentuk respon para pembaca terhadap penggunaan Bahasa Indonesia di ruang Publik.
“Bahasa negara yang kuat akan mendorong terbentuknya negara yang kuat pula. Para pemangku jabatan ingin Bahasa Indonesia, mampu bersaing secara global. Seperti bahasa-bahasa lain di negara-negara yang telah maju. Fenomena bahasa campur merupakan akibat dari kurangnya rasa bangga terhadap Bahasa Indonesia. Dengan kesadaran dan rasa bangga yang tinggi terhadap penggunaan Bahasa Indonesia. Maka fenomena-fenomena seperti tadi dapat dicegah,” tambahnya.
Melestarikan Bahasa Daerah mampu menjaga keutuhan Indonesia sebagai negara Bhineka Tunggal Ika.
“Mengenai peran Duta Bahasa sendiri, merupakan agen yang bertugas membantu pihak Badan Bahasa. Dalam melancarkan misinya menyebarkan sikap positif berbahasa Indonesia. Penggunaan Bahasa Indonesia yang santun menunjukkan jati diri yang santun pula. Duta Bahasa tidak hanya harus mampu menginspirasi, tapi menggiring sebanyak mungkin pemuda untuk turut berkontribusi dalam pemartabatan Bahasa Indonesia. Salasatu penyebarannya adalah lewat tulisan di dinding-dinding media daring maupun cetak,” tandasnya siang itu penuh semangat. (Tiwi kasavela)