Bandung, BEREDUKASI.Com — MENGKAJI berbagai fenomena secara lebih dalam, seputar kehidupan tentu dapat membuat manusia lebih bijaksana.
Menyangkut hal itu Fakultas Filsafat, Universitas Parahyangan (UNPAR) Bandung. Beberapa tahun terakhir fokus mengadakan Extension Course Culture and Religion atau yang disingkat dengan ECCR setiap semesternya.
Romo Ote, Penanggung Jawab dari ECCR menceritakan, bahwa Kursus ini terbuka untuk umum dan dibuat sebagai salahsatu “meeting point” atau titik temu dari berbagai macam agama, latar belakang, suku, pendidikan, ekonomi ataupun profesi. Untuk saling mengenal dan memahami keanekaragaman.
“Seringkali perbedaan agama dan kebudayaan melahirkan konflik. Padahal kedua hal tersebut adalah pembangun peradaban dan kekayaan dari sebuah bangsa,” tutur Romo Ote.
Acara yang biasanya diselenggarakan di Fakultas UNPAR Jl. Nias no.2 Bandung ini. Setiap hari senin pada pukul 18.30 sampai 20.30 ini juga. Pada awalnya hanya diadakan 4 pertemuan saja dalam satu tema.
Namun seiring bergulirnya waktu menjadi 8 pertemuan yang berlangsung selama 2 bulan.
“Kami selalu menghadirkan para pembicara yang kompeten dibidangnya, mengundang mereka yang tinggal di Sumba, Bangka hingga Kalimantan. Kami juga menyajikan tema yang beragam. Beberapa diantaranya mengenai agama lokal atau tradisional.
Pada semester ini kami mengulas tentang “Spirituality unexplain” yang mengkaji spiritualisme dari sisi ekonomi, ekologi, seni dan lain sebagainya” tutur Romo Ote.
Romo Ote juga menerangkan bahwa ECCR dapat menjadi lahan untuk membuka ruang dan harapan baru, menjadi salasatu sumber inspirasi, membangun spiritualisme dan menawarkan bahwa setiap orang bisa bersahabat serta membangun nilai-nilai kemanusiaan.
“Peserta yang hadir sekitar 50-80 orang dan bervariasi mulai dari mahasiswa, dosen, masyarakat umum dan lain sebagainya. Memang antusiasmenya dari waktu ke waktu selalu tinggi,” jelasnya.
Kedepannya kegiatan ECCR ini, diharapkan dapat membawa perubahan positif pada bagi lingkungan masing-masing, baik dari segi budaya, agama atau diri sendiri.
“Semoga kebijaksanaan akan berkembang seiring dengan semangat berkontribusi untuk masyarakat. Serta menjaga toleransi dan hubungan agar kian harmonis,” tuturnya sesuai acara ECCR beberapa waktu lalu. (Tiwi Kasavela)