Madura, BEREDUKASI.Com — MENJADI aktifis perdamaian dan perempuan anti korupsi, itulah hal yang tengah diupayakan Ela Persi.
Gadis kelahiran Desa Baipajung Kec. Tanah Merah–Bangkalan Madura inI, memiliki hobi membantu orang lain dan menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat luas sebagai pekerjaanya.
“Saya hobi membaca, karena membaca itu adalah jendela dunia. Semakin kita memiliki banyak pengetahuan, semakin banyak bekal pula untuk memberdayakan masyarakat dan diri sendiri,” ungkap Ela penuh semangat.
Ela pun bercerita bahwa sejak menempuh pendidikan S2, pikirannya mulai terbuka dan menjadi seorang yang “open minded”. Sejak itu juga punya cita-cita untuk membuat banyak program di tanah kelahirannya di Madura. Ingin memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat di desanya, terutama dalam bidang pendidikan.
“Saya terpikir ingin mendirikan sebuah Yayasan Lembaga Pendidikan dan Pesantren. Dan saat ini, saya memiliki sebuah tempat belajar kecil-kecilan, “Rumah Belajar”.
“Rumah Belajar” ini, program kursus atau les gratis untuk adek-adek di desa saya. Siswanya berjumlah sekitar 32. Mulai dari anak usia dini hingga SMP. Dengan dibantu 2 orang tutor. Dengan program belajar sambil bermain. “Rumah Belajar ini, adalah salasatu cara saya untuk mengabdi dan mencerdaskan anak bangsa. Pada intinya ingin hidup bermanfaat untuk masyarakat luas, mengabdi untuk negara,” paparnya.
Ela menegaskan, bahwa apapun yang mampu lakukan meskipun hal kecil akan dilakukannya. Karena yakin bahwa sukses itu, tidak tergantung pada nominal rupiah, tapi pada usaha dan mental.
“Harapan kedepan, saya bisa melaksanakan lebih banyak program di desa, program yang bisa dirasakan masyarakat luas tanpa dipungut biaya,” tutur lulusan S1 UIN Sunan Ampel Surabaya dan S2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Adapun aktifitas Ela, selain mengajar dan mengelola “Rumah Belajar. Ia juga melakukan sosialisasi nilai-nilai anti korupsi dan perdamaian.
“Untuk saat “I just focus for two things, they are : be peace maker activist and woman anti-corruption”. Bisa dikatakan aktivis anti korupsi dan aktivis perdamaian. Untuk perdamaian, saya di Regional Peace Movement, Peace Train Indonesia, Sekolah Dialog-Islam dan Khonghucu, Boardgame For Peace, Forum Masyarakat Gresik Pecinta Keberagaman (FORMAGAM). Untuk anti korupsi saya di gerakan “Saya, Perempuan Anti Korupsi (SPAK),” terangnya kepada BEREDUKASI.Com.
Perempuan yang pernah menjadi salasatu mahasiswI “terbaik” di Fakultas kampusnya ini juga, kerap menjadi pemateri dalam seminar-seminar dan fasilitator dalam sebuah training. EIa juga menjadi pembimbing atau pengarah anak muda khususnya pelajar SMA dan mahasiswa yang menurutnya. Mereka ini layak dibimbing dan diapresiasi, karena mereka mempunyai skill atau kualitas yang bagus. Juga semangat yang luar biasa untuk merubah pribadi yang lebih baik.
“Bagi saya hal-hal kecil seperti ini sudah langkah awal untuk meraih prestasi. Selain itu hal yang sudah saya raih, membuat saya terharu. Setiap kali sosialisasi nilai-nilai anti korupsi ke sekolahan. Alhamdulillah adek-adek pelajar, banyak yang menyadari bahwa mencontek itu, adalah perilaku koruptif. Mereka yang sering mencontek menjadi merasa korupsi. Dan banyak yang berjanji tidak akan mengulangi lagi,” papar sulung dari empat bersaudara ini.
Aktifis kelahiran, 19 september 1989 ini. Juga memiliki motto hidup “Sejauh Mana Mental Yang Kita Miliki, Sejauh Itu Yang Akan Kita Lakukan. Cerdas Tanpa Mental Hanya Akan Diam Ditempat”.
Bagi Ela hidup ini adalah pemberian terindah dari Tuhan. Perjuangan adalah hidup, bukan hidup adalah perjuangan. Jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang banyak.
Karena membantu orang itu tidak harus dengan uang. Tapi bisa dengan banyak cara. Dan juga menjaga cara hidup kita dengan tidak menyimpan “Prejudice” kepada orang lain. (Tiwi Kasavela)