Bogor, BEREDUKASI.Com — PERKEMBANGAN dunia film yang ditopang kemajuan teknologi seperti saat ini membutuhkan integrasi budaya. Oleh karena itu kreasi seni film Indonesia harus berdaya saing dan berkarakter.
“Terjadi intrusi budaya. Jangan terlambat menyadari. Akar budaya bangsa menjadi taruhan,” ujar Eddie Karsito, kepada wartawan usai menanda tangani Keputusan Dewan Juri Seleksi Festival Film Pendek (FFP) Bogor 2021, di Bogor, Senin (31/05/2021).
Aktor film dan sinetron yang juga penggiat seni budaya ini, menilai ada sebagian masyarakat terbujuk berbagai tontonan asing yang kadang tak sejalan dengan budaya Indonesia.
“Pentingnya menjaga jatidiri dan martabat budaya bangsa dalam bentuk karya kreatif. Diantaranya dapat dikomunikasikan lewat proses-proses kreatif, seperti pada penyelenggaraan festival film pendek berbasis budaya ini,” ujar penyandang gelar “Aktor Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (FFB)” tahun 2008 ini.
Festival Film Pendek (FFP) Bogor 2021 yang diselenggarakan Pemerintahan Kabupaten Bogor dan Dewan Kesenian Kabupaten Bogor (DKKB) ini, memasuki tahap penjurian preferensi.
Dewan Juri Seleksi Festival Film Pendek (FFP) Bogor 2021, telah menetapkan 10 film yang dinominasikan, dari 60 judul yang telah terdaftar di kepanitiaan penyelenggara. Judul-judul film tersebut, meliputi “Ayahku Pahlawanku”, “Batian”, “Desaku Budayaku”, “Hujan Cinta di Pinggir Bogor”, “Kulo Tresno Ka Anjeun”, Larung’, ‘Mimpi Seorang Penari’, ‘Ngancik’,_ dan _‘Purwadaksi.’_
Dewan Juri Seleksi juga memilih salah satu film peserta yang ditetapkan sebagai Film Favorit Pilihan Juri Festival Film Pendek (FFP) Bogor 2021.
“Spiritnya luar biasa. Baik peserta festival, para sineas, penggiat seni budaya dan DKKB sebagai inisiator festival ini. Karya mereka nyata memiliki keberpihakan terhadap denyut nadi budaya bangsa, khususnya budaya Sunda yang menjadi kekuatan _local wisdom_ Kabupeten Bogor,” tutur Eddie.
Juri Seleksi terdiri dari, Aktor Film, Penggiat Budaya dan Wartawan, Eddie Karsito (Ketua), Sutradara Zak Sorga, (Sekretaris), Ketua DKKB, Putra Gara (Anggota), Aktor dan budayawan Uche Ismail (Anggota), dan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan Bogor, Mey Cresentya Rahail (Anggota).
Juri Seleksi telah meloloskan dan menetapkan10 judul film yang kemudian akan kembali dinilai Juri Utama, yang terdiri dari Arturo GP (Sutradara), Sha Ine Febriyanti (Aktris dan Penggiat Teater) dan Atika Hasiholan (Aktris Film).
“Pemenang akan ditentukan berdasarkan kategori penilaian, meliputi; Film Terbaik, Cerita Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor Terbaik dan Aktris Terbaik,” terang Ketua Penyelenggara Festival Film Pendek (FFP) Bogor 2021, Putra Gara.
Gairahkan Karya Berbasis Budaya
Kebudayaan, kata Putra Gara, menjadi arus utama pembangunan berkelanjutan. Sehingga dibutuhkan langkah strategis untuk mengintegrasikan kebudayaan dalam film Indonesia.
“Seni media perfilman merupakan instrumen yang efektif dalam internalisasi nilai dan penguatan karakter bangsa. Indonesia termasuk negara penghasil film produktif, dengan infrastruktur pasar memadai. Potensi pengembangan konsumen yang masih luas,” ujar Putra Gara.
Oleh karena itu, kata Gara, pentingnya sarana apresiasi model Festival Film Pendek (FFP) Bogor 2021. “Melalui ajang apresiasi ini diharapkan ada upaya berkesinambungan dalam bentuk pelatihan dan usaha lain guna meningkatkan kompetensi dan kreativitas anak bangsa melalui seni film,” ujarnya.
Pancasila dan Jati Diri Bangsa
Film Indonesia, kata Eddie, perlu dijaga dari pengaruh negatif yang tidak sesuai dengan Pancasila dan jati diri bangsa. Film-film yang memiliki sikap dan karakter Indonesia yang sesungguhnya harus ditonton masyarakat.
“Workshop perfilman bisa dilaksanakan DKKB berkesinambungan, guna memasyarakatkan film berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa,” ujar sineas yang pernah menerima penghargaan Karya Kolektif Film Independen : Juara I Festival Film Independen Indonesia (FFII SCTV) Tahun 2003, melalui Film _“Di Suatu Siang di Sebuah Perkampungan Kali Mati Karet Bivak”_ ini.
Melalui lembaga Dewan Kesenian Kabupaten Bogor (DKKB), Eddie Karsito berharap, pelajar, mahasiswa dan anak-anak muda Bogor, harus memulai tradisi menonton dan membuat film dengan literasi yang baik.
“Seni film dapat digunakan sebagai sarana pengembangan potensi diri, dan “Character Building” pembentukan moral. Sehingga perfilman Indonesia perlu dikembangan. Bukan hanya tontonan, tapi juga tatanan dan tuntunan,” ujar Seniman yang kini menjadi konselor program “Mobile Arts for Peace (MAP)” yang diinisiasi University of Lincoln, UK – Inggris ini. (Edkar).