Bandung, BEREDUKASI.Com — MEMILIKI motto hidup “Be good to others, be comfort to ourself”. Annisa Zahra Nurchantika Fauzia atau yang akrab disapa “Ica”. Dirinya mengaku selalu berusaha berbuat baik kepada semua orang, terutama terhadap orang-orang yang ia sayangi.
“Karena berbuat baik itu mudah, tidak perlu melakukan hal yang macam-macam, cukup apa adanya, dan harus nyaman dengan diri sendiri. Menerima apa adanya yang ada pada diri kita dan mengeksplorasi minat dan bakat kita,” terangnya.
Gadis yang lahir di Bandung, 8 Agustus 1999 ini juga mengatakan, karena ia lahir di tanggal 8, bulan 8, sehingga ia menjadikan angka 8 sebagai “lucky number” atau angka favoritnya.
“Oh… ya… saya juga memiliki banyak hobi yang biasa dilakukan. Seperti bernyanyi, menulis cerita atau diary dan juga melukis,” ulas penyuka makanan manis seperti brownies, donat ataupun cokelat.
Tapi dari semua hobi itu, lanjut Ica bahwa hobi yang ia lakukan setiap hari adalah bernyanyi. Karena baginya bernyanyi adalah hal yang tidak bisa terpisahkan dari dirinya. Disamping itu ia juga akan merasa lebih tenang, rileks dan semua beban seolah menghilang setelah bernyanyi.
“Ya… mungkin karena keluarga saya adalah keluarga yang senang dengan seni dan musik. Sebab itu bernyanyi sudah menjadi hal wajib dilakukan setiap hari,” erang anak ke dua dari tiga bersaudara.
Kedepannya Ica berharap ingin membantu orangtua, sukses dan berprestasi. Membelikan rumah untuk keluarga dan membuat mereka bangga dengan hasil jerih payahnya sendiri.
“Karena tujuan saya hidup adalah untuk melihat orangtua, terutama mama saya senyum di “akhir” nanti,” sahutnya.
Berbicara cita-cita awalnya Ica bercerita bahwa ia ingin menjadi dokter. Karena sejak kecil ia sangat senang merawat orang. Namun saat ini ia bercita-cita untuk memiliki usaha sendiri. Menjadi “entrepreneur” yang hebat dan maju. Serta ingin memiliki segala bidang usaha dari usaha makanan, pakaian, hingga “Make Up”.
“Menjadi pengusaha menarik sebab saya ingin merasakan jatuh bangun membuat usaha. Mulai dari nol yang pasti nantinya, dapat menjadi pengalaman terbesar di dalam hidup. Dan saya dapat menceritakan kepada anak-anak saya kelak hehehe….,” paparnyamahasiswi Politeknik Negeri Bandung, jurusan Administrasi Niaga, Program Studi D4 Manajemen Pemasaran Internasional semester II ini, sambil tertawa manis.
Ica pun bercerita bahwa sejak SD hingga SMA, selalu masuk 3 Besar rangking di sekolah. Juga pernah mengikuti lomba-lomba Vocal Group dan sempat menjadi Juara 1 dan 3.
“Untuk tokoh idola, saya menggemari Emma Watson, pemeran Hermione di Harry Potter. Dia adalah sosok wanita yg luar biasa, karena sangat peduli tentang HAM khususnya wanita, dia juga sosok yang cerdas, berani dan bagi saya terbaik,” ucap penggemar warna monokrom dan merah.
Adapun sosok yang selalu menginspirasinya adalah Mama. Bagi Ica, Mama adalah figur wanita yang paling hebat untuknya. Karena rela tidak makan agar anak-anaknya bisa makan. Mama juga yang mengajarkan hidupkesederhanaan dan kasih sayang.
“Maka dari itu, saya pikir, harus sayang kepada semua orang. Seperti yang Mama contohkan. Beliau tidak pernah mengajarkan kemewahan dan dapat dikatakan tidak memberikan kita kemewahan. Tetapi tidak masalah karena ada hal yang jauh lebih berharga dari pada kemewahan yaitu kasih sayang dan kebahagiaan yang lengkap,” tutur gadis yang memiliki tinggi 160 Cm ini.
Menurut Ica hidup itu seperti air. Air akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat terendah, dengan melewati berbagai macam rintangan. Hingga akhirnya sampai di muara dan mengalir ke laut dengan tenang.
“Terkadang, laut pun ada badai yang tidak bisa diprediksi. Sama seperti hidup. Ada naik ada turun, ada suka ada duka. Itu hal biasa dan kita semua pasti merasakannya. Tinggal kita yang menyikapinya dengan apa dan bagaimana. Jadi banyak sekali yang akan kita dapatkan selama kita hidup, cukup jalani aja. Tetap berusaha dan bekerja keras serta ikhtiar, itu kuncinya,” tandasnya penuh semangat.
Hal yang selalu membuatnya bersemangat dan berjuang, adalah kata-kata dari Mama-nya bahwa “Jangan lihat ke atas, lihat ke bawah”. Karena percumah kita terus-terusan meliat ke atas, tanpa bersyukur. Sementara banyak orang yang lebih menderita.
Ica juga selalu mengingat bahwa tidak hanya dirinya yang sedang berjuang dalam kesusahan, tetapi banyak di luar sana yang kurang beruntung daripadanya.
“Untuk teman-teman yang selalu merasa kurang beruntung dan hidup itu tidak adil. Sebetulnya masih banyak orang yang jauh lebih menderita dari kita. Syukuri aja apa yang kita dapatkan saat ini hehehe…,” tutupnya siang itu, sambil tertawa manis. (Tiwi Kasavela)