Bandung, BEREDUKASI.Com — KEPALA Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat, DR. Ir. Hj. Dewi Sartika MSi (Ike), siap menyelenggarakan program-program inovasi Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (Kang Emil) yang terkait dengan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)-nya.
“Ini harus kita dukung dan Insya Allah didukung juga oleh seluruh stake holder pendidikan. Saya rasa sudah menyambut baik. Dan kita sendiri, ada yang memang tanggungjawabnya dikita. Kegiatannya memang ada secara khusus dikita, tetapi ada yang memang tidak khusus dikita,” papar Ike, beberapa waktu yang lalu.
Program Gubernur Jabar yang secara langsung dan tidak langsung, terkait dengan Tupoksi Disdik Jabar tersebut. Adalah Jabar Quick Response (Jabar QR), Ngabring Ka Sakola (Ngabaso), Jabar Masagi, Street Library (Kolecer dan Candil) dan Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita (Sekoper Cinta).
NGABASO……!
Ngabring Ka Sakola, jelas Ike, adalah program yang diluncurkan Gubernur Emil karena terkait dengan hak anak, bagaimana hak anak terpenuhi, tetapi didampingi oleh orangtua.
“Sekarangkan ngobrol itu menjadi sesuatu yang sangat jarang. Karena ada HP yang jauh bisa didekatkan, tetapi jangan lupa yang dekat juga bisa dijauhkan,” ungkapnya.
Ngabring Ka Sakola atau “Ngabaso”, jelas Ike, adalah agar orangtua bisa mengantarkan anak-anak ke sekolah. Tetapi tidak usah sampai ke sekolah, sepuluh atau duapuluh menit sebelum sampai ke sekolah, orangtua sudah bisa pulang kembali ke rumah.
Yang ingin didapatkan dari kegiatan tersebut adalah kualitatime atau ngobrol seorang anak bersama orangtua, dalam perjalanan ke sekolah.
“Jadi disitu, anak bisa bercerita apapun, entah itu keluhan, entah itu keinginan, entah itu harapan dan sebagainya. Antara orangtua dan anak,” jelasnya. Kegiatan ini jelas Ike, untuk semua mulai dari tingkat PAUD sampai SMA.
Ike juga menjelaskan, ada Empat Nilai Utama yang diinginkan Gubernur. Dengan adanya program Ngabaso yaitu kekuatan fisik si anak, kecerdasan akal anak, ahlak dan nilai-nilai spiritual.
Mengingat kegiatan tersebut butuh kekuatan fisik yang prima. Orangtua juga harus memperhatikan konsumsi makanan bagi anak-anaknya.
“Kalau bahasa dulu, 4 Sehat 5 Sempurna. Kalau sekarang B2SA, beragam, bergizi, seimbang dan aman,” ungkapnya.
Program Ngabaso, jelas Ike, juga sangat sejalan dengan program-program inovasi Gubernur Jabar yang lainnya yaitu program Jabar Masagi.
JABAR MASAGI…..!
Jabar Masagi itu, Gubernur Jabar menginginkan anak usia sekolah memiliki karakter. Tentunya, harus ada materi-materi pelajaran yang ditanamkan, seperti budi pekerti (kearifan lokal).
Mengingat Jawa Barat luas dan masing-masing wilayah memiliki nilai-nilai kearifan lokalnya sendiri, maka tak boleh ada penyeragaman.
“Jawa Barat itu secara budaya, ada yang Priangan, ada yang Cirebon, ada yang Betawian. Nah bagaimana….? Artinya mungkin ada wilayah-wilayah, mulai dari atas seperti begitu. Misalnya, Depok, Bekasi dan sebagainya, dia Betawian dan lebih dekat ke Jakarta. Ya…. mereka harus menemukan disitu apa kearifan lokalnya,” ujarnya.
“Jadi saya rasa, mereka harus menemukan dan bentuk kegiatan memang ada di kita. Kegiatannya lebih kepada silabus-silabusnya, nanti akan kita tetapkan berdasarkan masukan-masukan di lokal. Baik itu dari KCD, dari Disdik, dan tentu saja masyarakat atau mitra yang terkait dengan pendidikan,” jelasnyanya.
Intinya diharapkan adalah, bagaimana Jawa Barat, mempunyai manusia yang Masagi.
Semua itu, nanti akan dijelaskankan, bentuknya seperti apa, dan modulnya seperti apa, solusinya harus seperti apa dan kepada siapa.
“Tahapannya mungkin ada TOT (Training Of Trainers),” katanya.
Setelah itu, akan disosialisasikan kepada sekolah-sekolah, mulai dari Provinsi, l Kota dan Kabupaten. (*)