Bandung, BEREDUKASI.Com — GUBERNUR Jawa Barat Ridwan Kamil, bersilaturahmi ke Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Barat di Jl. Wartawan II No. 23 A Bandung, Selasa (15/1/19).
Ridwan Kamil disambut langsung oleh Ketua PWI Jawa Barat Hilman Hidayat, didampingi Ketua Dewan Kehormatan Provinsi PWI Jabar, Noe Firman.
Dalam sambutannya, Hilman menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Barat selama ini.
“Hubungan antara Pemprov Jabar dengan PWI Jabar, sejak lama sangat harmonis. Semoga di bawah kepemimpinan Pak Ridwan Kamil pun akan semakin terjalin lebih harmonis,” ujarnya.
Menjawab pernyataan Hilman, Ridwan Kamil menyatakan akan terus menjaga hubungan baik dengan PWI Jabar. Sebab menurut Kang Emil sapaan persaudaraannya, dalam membangun Jawa Barat. Peran media sangat diperlukan. Terlebih PWI sebagai induk organisasi wartawan terbesar di tanah air.
Kang Emil berharap, dalam arus perubahan zaman seperti saat ini. PWI Jabar dapat menjadi lembaga yang bisa mengajari masyarakat, agar bisa memilah mana berita yang benar dan mana berita hoaxs.
“PWI Jabar harus bisa menjadi “polisi” hoaxs. Harus bisa mengajari masyarakat bagaimana memilah dan memilih informasi untuk dibaca,” ujarnya.
Menurut Ridwan, saat ini hoaxs sudah sedemikian parah beredar di masyarakat. Banyak kerugian akibat munculnya hoaxs. Kerugian utama adalah habis waktu tanpa manfaat karena membahas hoaxs tersebut.
Ia menambahkan, peran media sangat penting dalam pembangunan di sebuah wilayah. Terutama dalam mewujudkan “Jabar Juara Lahir Batin”.
Dalam teori perubahan (Pentahelik), kata dia, media menjadi pelengkap dari beberapa unsur seperti akademisi, bisnis, masyarakat dan pemerintah.
“Media hari ini sangat penting. Kenapa… ? Karena zamannya sekarang sudah berubah. Hari ini problemnya bukannya mencari informasi, tetapi memilah informasi. Karna informasi terlalu banyak. Sekarang ada 43 ribu media. bingung mau ngeklik yang mana. Semua judul bagus-bagus padahal tidak tidak kredibel,” ujar Kang Emil.
Ia mengusulkan, agar PWI bisa merating media-media berdasarkan sebuah kriteria.
“Ini media bintang empat, bintang lima dan seterusnya. Kalau itu dilakukan masyatakat sangat terbantu. Karna berita bohong sudah sangat banyak. tahun lalu saya baca di Kepolisian ada 5. 700 berita bohong. Maka PWI harus menjadi lembaga yang menasehati masyartakat. Bagaimana memilah informasi dan memilih informasi,” tegasnya.
Sebagai organisasi, Ia juga berharap PWI dapat memahami revolusi perubahan.
“Jangan berpikir dengan pola-pola lama. Organisasi itu umurnya panjang, kalau dia relevan dengan perubahan jaman. PWI harus bisa “ngigelan” jaman,” kata Emil.
Emil juga meminta agar PWI mendukung program-program Pemprov Jabar. Bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat Jawa Barat.
“Kami ingin menjadikan “Jabar Juara Lahir Batin”. Harapan saya PWI menjadi pendukung pembangunan, objektif dalam mengkritisi, itu yang diharapkan. Silaturahmi ini mengawali sebuah niat baik untuk bersinergi berkolaborasi demi kemajuan Jawa Barat,” ujarnya.
Menurutnya, Jawa barat terlalu istimewa untuk hanya jadi biasa-biasa saja. Karena semua aspek untuk menjadi yang terbaik itu ada di jawa barat.
“Alamnya indah dan potensinya luar biasa. Makanya saya Deklarasi Jawa Barat sebagai Provinsi Pariwisata. Karena saya meyakini Pariwisata ini adalah ekonomi yang paling mudah membawa kesejahteraan multi dimensi,” jelas Kang Emil.
Potensi lainnya, kata Emil, adalah SDM. Penduduknya besar hampir 50 juta.
“Dan 50 juta ini berada dalam situasi ekonomi yang sedang berkembang yakni 5 persen. 5 persen Itu, orang relatif cukup lah…..! Kemudian juga orang pinternya ngumpul di jawa barat. Universitas–Universitas Terbaik kan ngumpul di Jawa Barat. Ada ITB, UNPAD, UI, IPB dan masih banyak lagi. 60 persen industri juga ada di Jawa Barat. Sehingga Perputaran uang kita itu, setengahnyan ada di Area Industri Purwakarta, Karawang, Bekasi. PDRB nya ngumpulnya disana. Sehingga Jawa Barat ini adalah barometer. Kalau Jabar kondusif republik ini kondusif. Kalau Jabar demam, republik juga demam. Karena Jabar adalah Provinsi yang nempel dengan ibukota,” papar Emil.
Karena penduduknya banyak, kata Emil, sehingga membutuhkan perhatian yang besar. Karena itulah Ia berharap dukungan dan sinergi dari semua pihak.
“Saya 5 tahun tinggal di Amerika. Negeri itu maju sekali secara ekonomi. Inkam perkapita nya tinggi. Teknologi canggih, segala rupa benghar (Bahasa Sunda : Kaya) lah….! Tapi sampai hari ini tidak bisa ngurus gelandangan. Kalau dilihat di pusat kotanya ada gelandangan dimana-mana. Karena negara tidak mau mengurus, karena kapitalis. Kalau di kita kan tidak. Gelandangan kita urus. Jadi, point nya adalah, mengapa kami melahirkan “Jabar Juara Lahir Batin”. Karna saya belajar dari negeri-negeri yang maju secara dunia-nya. Tetapi mentalitas spritualitas tidak diurus. “Jabar Juara Lahir Batin” artinya kita bangun jalan, bangun jembatan, taman, kesehatan, ekonomi dan yang lainnya. Tetapi kebahagiaan spiritual harus diurus. Itulah lahir batin yang saya maksud,” jelas Kang Emil.
Dalam kesempatan itu, Emil menawarkan kerjasama dalam beberapa program Pemprov Jabar. Saat ini, kata Kang Emil, Pemprov Jabar memiliki 40 Proyek Strategis. Diantaranya Desa Digital dan program Kepemilikan Rumah Bagi Masyarakat.
“Saya memiliki program Desa Digital, dimana ada satu wartawan untuk Satu Desa. Wartawan ini nantinya dilatih dengan jurnalisme yang baik. Sehingga dapat memberitakan potensi yang ada di Desa-nya masing-masing hingga terkenal. Bayangkan ada 5000 Desa di Jawa Barat. Saya juga lagi bikin Kredit Rumah Murah, untuk masyarakat. Dimana cicilan dan DP nya sangat terjangkau, bahkan bisa dicicil sampai 20 tahun. Kalau PWI MoU dengan Pemprov, wartawan yang belum punya rumah bisa didahulukan,” seloroh Kang Emil, disambut tepuk tangan para pengurus PWI Jawa Barat yang hadir.
Kang Emil berjanji akan terus menjalin sinergi dengan PWI dalam membangun Jawa Darat kedepan. (Red)