“Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) bukan semata tempat mendaratnya program Keluarga Berencana (KB) atau Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana).”
Bandung. BEREDUKASI.Com — BEBERAPA waktu lalu, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat Kusmana meyakini keberadaan kampung KB menjadi salah satu benteng keluarga dari ancaman Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Hal ini diungkapkan saat mengunjungi Kampung KB Cikdes di Kelurahan Cikalang, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.
Turut mendampingi Kusmana antara lain Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kota Tasikmalaya Nunung Kartini, Koordinator Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Jawa Barat Irfan Indriastono, Lurah Cikalang Inyoh Sopian, dan para kepala bidang di lingkungan DPPKBP3A Kota Tasikmalaya.
“Gizi merupakan hal penting untuk memutus mata rantai Covid-19. Mengapa begitu, karena melalui kecukupan gizi inilah kita bisa membangun daya tahan atau imunitas tubuh. Tentu, di samping tetap menjalankan perilaku hidup sehat dengan menjalankan 3M: memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun dan menjaga jarak atau Social Distancing,” ungkap Kusmana.
Karena itu, sambung Kusmana, potensi kampung KB harus terus dioptimalkan. Kelompok kerja (Pokja) kampung KB harus aktif mengajak warga mempraktikkan pemanfaatan lahan kosong secara produktif. Salah satunya dengan menanam sayur atau buah di atas lahan-lahan kosong.
Kusmana menyarankan Pokja Kampung KB Cikdes berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah yang membidangi pertanian dan para kelompok tani. Koordinasi serupa juga dilakukan dengan aparat kewilayahan setempat. Dengan begitu, keberadaan kampung KB menjadi pusat penyebaran virus positif di masyarakat. Kampung KB menjadi pusat keunggulan pembangunan ketahanan keluarga.
Keunggulan kampung KB juga tidak bisa dilepaskan dari keberadaan rumah data kependudukan dan informasi keluarga (RDKIK). Data, sambung Kusmana, menjadi titik awal bagi pengembangan program pembangunan masyarakat. RDKIK memetakan secara akurat seluruh potensi dan parameter kependudukan sebuah desa atau kelurahan di mana kampung KB tersebut berada.
“Data adalah mata. Data adalah kompas untuk memandu pencapaian sebuah visi dan misi pembangunan. Karena itu, BKKBN sangat concern menjadikan Rumah Data ini sebagai pusat sumber daya informasi desa. Melalui Rumah Data kita bisa melihat situasi aktual untuk kemudian dipetakan apa yang bisa dilakukan, siapa yang seharusnya terlibat, siapa mitra yang bisa digandeng, dan seterusnya,” terang Kusmana.
Arahan Kusmana ini tampaknya sejalan dengan rencana Lurah Inyoh untuk mengembangkan kampung KB di wilayahnya. Inyoh mengaku terus berusaha mengembangkan setiap potensi masyarakat. Salah satunya dengan menggerakkan masyarakat untuk aktif menanam sayur di halaman masing-masing maupun setiap lahan kosong di sekitar tempat tinggalnya.
“Kami sudah mencontohkan dengan menanam aneka sayur di halaman kantor kelurahan. Selanjutnya, kami mengajak setiap rumah menanam paling tidak lima tanaman sayur menggunakan pot atau polybag. Mengapa lima, karena dengan lima pot tersebut berarti bisa dipanen atau dipetik bergantian,” ungkap Inyoh.
“Bahkan, sekarang itu ada tanaman kangkung yang bisa dipanen setiap tiga hari sekali. Belum lagi tanaman seperti cabe merah atau cengek yang bisa dipetik setiap hari. Demikian juga dengan beberapa jenis tanaman lainnya. Jika ini bisa dilakukan secara konsisten, Insyaallah keluarga tidak akan kekurangan gizi. Banyak yang bisa dinikmati dari halaman rumah,” kaya Inyoh.
Lebih dari itu, Inyoh melihat pemanfaatan lahan kosong dengan tanaman produktif bisa menekan pengeluaran keluarga. Biaya yang biasanya dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sayur bisa digunakan untuk keperluan lain.
“Konsep ini sejalan dengan program Sadar Inflasi dari Kementerian Pertanian. Catatan kami di Kota Tasikmalaya, salah satu penyumbang inflasi tertinggi itu adalah sayur-mayur. Kalau sudah begitu, pemangkasan biaya belanja sayur dengan sendirinya mampu menekan angka inflasi. Ini manfaat besar lainnya dari pemanfaatan lahan kosong,” papar Inyoh. (Tesaf).