Jogyakarta, BEREDUKASI.COM — MENJADI Presenter Televisi dan Penyiar Radio, mungkin masih menjadi salasatu profesi yang cukup diminati bagi banyak orang.
Selain keterampilan berkomunikasi yang baik, seorang Penyiar juga dituntut memiliki wawasan dan penampilan yang menarik untuk menunjang pekerjaan tersebut.
Kali ini BEREDUKASI.Com, berkesempatan berbincang dengan seorang muda kreatif, Sulfambara Rahmat Arsyad atau “Bara” yang saat ini, menjadi salasatu Presenter TVRI dan Penyiar JB Radio.
Lalu bagaimana awalnya Bara menjadi Presenter Televisi…?
“Awalnya tahun 2013, saya mengikuti UKM TV di kampus. Kemudian terpilih menjadi salasatu Tim Kreatif. Namun pada akhirnya, berkesempatan menjadi Presenter. Dari sinilah saya diberi kesempatan memegang program acara Pelangi Jogja RBTV atau Kompas TV Jogja,” jawabnya.
Bara juga memaparkankan, bahwa dia memegang acara “feature” di RBTV hingga tahun 2016. Kemudian pindah ke ADI TV, dalam program Berita. Karena dirinya, pernah memenangkan lomba Membaca Berita yang ada di sana. Kemudian ditarik menjadi “news anchornya”.
Selang beberapa bulan kemudian, dipanggil oleh TVRI untuk mengikuti seleksi presenter TVRI Jogyakarta. Dan Bara terpilih, selanjutnya mengikuti proses “mailopen” selama 3 bulan dan akhirnya memulai siaran sejak awal tahun 2017 hingga sekarang.
“Sebelumnya saya juga sempat terjun menjadi Penyiar radio sejak tahun 2010. Dari mulai mejadi Penyiar Pelajar, hingga ke Bantul Radio, Radio anak Jogja dan Rakosa dan saat ini JB.” ujarnya.
Bara yang kerap mengisi acara Jogja Dalam Berita (Berita Berbahasa Indonesia) dan Yogyawarta (Berita Berbahasa Jawa).
Bara juga bercerita bahwa menjadi Presenter Tertelevisi itu menyenangkan. Dimana ia juga berlatih untuk menjadi Profesional. Bagaimana mendisiplinkan diri, mulai dari mengatur waktu, penampilan dan etika berbahasa. Semuanya benar-benar ditata karena bentuknya Audio Visual.
“Menjadi Presenter Televisi itu, tantangannya cukup tinggi. Kalau di Radio bisa datang 30 menit atau15 menit sebelum siaran masih aman. Sebab jika terlambatpun bisa diisi lagu atau digantikan rekan. Namun kalau di Televisi, kita harus datang 2 jam sebelumnya untuk persiapan, karena “makeup”, harus “wardrobe”, reading, GR, setting dan kalau terlambat itu fatal sekali,” papar Bara.
Pemuda Sleman, 9 September 1993 ini juga mengungkapkan, bahwa banyak sekali manfaat yang ia dapatkan ketika menjadi Presenter Televisi. Mulai dari lebih cepat dan dekat dengan informasi yang terjadi. Kemudian membuka wawasannya, belajar untuk tampil lebih elegan dan perfect.
“Saya pernah jadi reporter juga, dimana bertugas 12 jam lebih. Bahkan sempat tidak mandi, harus 3 kali ganti baju dan dalam waktu sangat cepat, materi bisa berubah. Pernah juga liputan Nasional, saat menjadi Tim Arus Mudik. Saya harus “standby”, sampai dini hari. Namun akhirnya tidak jadi melaporkan dan rasanya itu sedih,” tuturnya dengan nada bicara yang sedih. (Tiwi Kasavela)