BANDUNG, BEREDUKASI.COM — “Sejarah adalah hidup dan darahku.” Begitu ujar seorang perempuan yang selalu terlihat ceria dan enerjig ini. Nama lengkapnya Malia Nur Alifa atau yang biasa disapa “Malia”. Pendiri Komunitas Sejarah “Heritage Lover” yang berdiri pada tahun 2017 ini mengaku bahwa ia memiliki cinta yang sangat dalam terhadap sejarah, sehingga hampir seluruh waktunya ia libatkan dalam kegiatan-kegiatan sejarah misalnya pergi ke tempat-tempat bersejarah bersama komunitas, bertemu dengan para tokoh dan penulis sejarah, menjadi pemandu kegitan-kegiatan sejarah hingga mengoleksi perangko, kartu pos, cangkir-cangkir antik dan lain sebagainya.
”Saya mencintai sejarah sejak kecil, karena saya lahir dan dibesarkan di rumah kuno di bilangan Braga yang dibangun pada tahun 1880. Dan sejak kecil saya diasuh oleh “aki” panggilan untuk kakek saya. beliau sering menceritakan bagaimana perjuangan di kala perang, tentang keadaan jaman kolonial juga rumah-rumah kuno yang ada di Bandung,” ujarnya ketika ditanya awal mula ketertarikannya pada sejarah.
Malia juga menerangkan bahwa banyak hal yang begitu sulit dibayangkan mengenai penderitaan yang dialami oleh bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan. Oleh sebab itu dia sangat mengagumi sosok dan para sesepuh sejarah yang berjuang dengan keras untuk memperjuangkan bangsa ini.
“Adapun kegiatan saya dalam sejarah, selain banyak membaca buku, saya juga mengawalinya dengan berkomunitas sejak tahun 2009, dimana saya tergabung di Komunitas Aleut sebagai peserta, kemudian lama-kelamaan membuat komunitas sendiri di tahun 2014 yaitu Lembang Heritage, dan berlanjut di tahun 2017 dengan Heritage Lover,” ujarnya.
Malia juga bercerita bahwa saat ini banyak orang masih beranggapan bahwa sejarah adalah hal yang membosankan. Padahal menurut Malia, sejarah itu sangat menyenangkan, apalagi jika disampaikan dengan cara yang benar. Oleh karena itu dia membuat komunitas Heritage Lovers untuk memperkenalkan bahwa sejarah itu asik dan menarik.
“Saya ingin orang-orang memahami, bahwa seseorang yang menyukai sejarah bukanlah orang yang tidak bisa move on dari masa lalu, akan tetapi dari sejarah kita dapat belajar mengenai kesalahan yang pernah terjadi, sehingga menjadi pelecut agar kita dapat memiliki masa depan yang lebih baik lagi.” Tutur Malia yang juga hobi membaca, menulis dan memotret ini.
Perempuan yang sangat menggemari sejarah Kota Bandung ini juga berkisah bahwa sejarah sudah menjadi bagian dari hidupnya. Baginya sejarah adalah nafas dan salah satu media bagi pengabdian dirinya. Karena ia merasakan sendiri bahwa dengan sejarah ia belajar untuk menjadi manusia yang lebih bijak dan tangguh dalam menghadapi berbagai macam permasalah yang ia hadapi.
“Saya berharap akan semakin banyak orang yang mencintai dan mempelajari sejarah. Setidaknya mereka mengenal tempat dimana mereka tinggal dan kisah-kisah yang pernah terjadi di sana.” Ujar wanita kelahiran 8 Februari 1986 ini.
Malia juga mengatakan mungkin aktifitas yang ia lakukan bersama komunitas dianggap sebagaian orang adalah hal yang aneh. Seperti pergi berkeliling ke rumah kuno, mengguntingi koran untuk dijadikan arsip, atau memotret hal-hal yang menurut orang lain tidak penting. Namun baginya hal tersebut juga sebuah tantangan, karena masih banyak yang belum mengerti sejarah tapi jika mereka dapat terlibat, pasti itu akan menimbulkan kebahagiaan dan rasa penasaran untuk menggali sejarah lebih dalam.
“Saya ngefans dengan Pak Sudarsono Katam karena buku-bukunya sangat keren. Disamping itu beliau juga tidak segan-segan untuk memberikan pengalaman dan pengetahuannya mengenai sejarah kepada setiap orang, baik bagi sesama teman-teman pecinta sejarah, komunitas Tjimahi Heritage, Bandung Heritage, para wartawan dan yang lainnya.” Terang lulusan Politeknik Pos Indonesia Jurusan marketing tahun 2006 ini.
Ibu dari Akbar Abi Rafdi dan Maina Zatta Amani ini juga terus berusaha untuk mengajak masyarakat untuk terus mencintai sejarah, karena akan ada banyak manfaat yang didapat, salah satunya bisa membaca referensi sendiri atau tergabung dengan komunitas agar dapat berkumpul dengan orang yang memiliki kegemaran yang serupa.
“Sejarah yang membuat saya bangkit, dan saya percaya dengan memiliki sugesti dan berpikir positif hal itu akan menjadi obat yang sangat mujarab. Oleh karena itu saya juga ingin membagikan kebahagiaan yang saya rasakan terhadap sejarah kepada orang lain.” Tutur Malia menutup diskusi siang itu. (Tiwi Kasavela)