Purwakarta, BEREDUKASI.Com — PEMERINTAH Kabupaten Purwakarta, terus mengembangkan sebuah Inovasi guna meningkatkan minat baca masyarakat di wilayah itu. Kali ini, berupa penyediaan layanan Perpustakaan yang bisa diakses melalui Smartphone.
Layanan Perpustakaan berbasis e-book itu diberi nama dengan kuliner khas Purwakarta. Yaitu, “MARANGGI” atau yang jika dipanjangkan berarti “Maca Rame-rame Ngangge Digital”.
Layanan ini, merupakan pengembangan lain dari layanan Perpustakaan berbasis teknologi yang sebelumnya diluncurkan Pemerintah.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Purwakarta, Mohamad Ramdhan, menuturkan, layanan Maranggi ini. Sengaja diluncurkan untuk memudahkan layanan Perpustakaan. Karena, dengan layanan ini, masyarakat terutama pelajar bisa mengakses buku bacaan melalui telepon seluler.
“Saat ini, membaca buku di Perpustakaan Daerah juga bisa dilakukan melalui Smartphone,” ujar Ramdhan, Rabu (19/2/2020).
Ramdhan menjelaskan, layanan “Maranggi”, merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Purwakarta, tingkatkan spirit literasi masyarakat
Pemerintah Kabupaten Purwakarta, terus mengembangkan sebuah Inovasi. Guna meningkatkan minat baca masyarakat di wilayah itu. Kali ini, berupa penyediaan layanan Perpustakaan yang bisa diakses melalui Smartphone.
Ramdhan menjelaskan, layanan Maranggi ini merupakan pengembangan dari layanan perpustakaan digital yang diluncurkan sebelumnya. Untuk mengakses layanan ini cukup mudah, masyarakat hanya tinggal mengunduh aplikasi E-Perpusda di smart phone.
“Untuk saat ini, layanan tersebut sudah bisa akses,” jelas Ramdhan.
Sementara itu, Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika menambahkan, pihaknya cukup prihatin, karena seiiring berkembangnya teknologi. Penggemar Baca Buku semakin berkurang. Bahkan, menurut Anne, saat ini Budaya Membaca nyaris dilupakan oleh generasi muda.
Hal itu dibenarkan jika melihat data yang dirilis United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Hal mana, minat baca masyarakat di Indonesia saat ini. Hanya di angka 0,001 persen. Angka tersebut, ternyata tidak jauh beda dengan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) di 2012 lalu, yang menunjukan bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi.
Mungkin, saat ini yang cenderung lebih diperhatikan, yakni tayangan televisi, sosial media dan permainan elektronik digital lainnya. Apalagi, saat ini sedang trend fasilitas–fasilitas hiburan yang menggunakan jaringan Internet.
Hal itu juga yang mendasari pihaknya untuk terus membuat program sebagai bagian dari upaya melestarikan dan meningkatkan Budaya Baca di masyarakat. Salasatunya, dengan memaksimalkan peran Perpustakaan Daerah (Perpusda).
“Spirit Literasi masyarakat perlu ditingkatkan kembali,” ujar Anne.
Anne menuturkan, penataan Perpustakaan Daerah kali ini, dibuat dengan tema kekinian. Yakni mengusung konsep Digital berbasis Aplikasi. Jadi, Perpustakaan tersebut dibuat dengan sistem Digital (e-book), namun tetap tidak mengesampingkan Buku Konvesional.
“Saat ini di Perpusda telah tersedia dua tampilan. Yakni, buku yang ada bentuk fisiknya (Konvensional). Serta, buku yang bisa diakses secara Digital, baik melalui Telepon Selular, Laptop ataupun Komputer (e-book),” tambah Anne.
Anne berharap, kehadiran Perpustakaan Zaman Now ini bisa meningkatkan minat baca masyarakatnya. Hal ini pun, kata Anne, merupakan bagian dari komitmen jajarannya meningkatkan SDM di semua tingkatan dan usia. (Wief).