Sumedang, BEREDUKASI.Com — DENGAN mengangkat tema “Mengukir Prestasi Anak Negeri Pada Era Digitalisasi Penyiaran Menuju Jabar Juara Lahir Bathin”.
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Barat mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Jatinangor Jl. Raya Jatinangor no 13-15, Kabupaten Sumedang, Kamis (12/12/19).
Acara yang dihadiri belasan peserta perwakilan organisasi, aktifis, jurnalis dan mahasiswa ini. Juga melibatkan kajian isi Televisi Lokal Kota Bandung yakni PJTV, BandungTV dan MQTV.
Adapun Dept. Head Program PJTV sekaligus pemateri dalam acara FGD ini, Ganjar Pamungkas mengungkapkan. Bahwa ia sangat mengapresiasi atas ide gagasan, kritikan dan masukan yang diberikan peserta acara FGD.
“Lewat saran yang diberikan. Kami sebagai Praktisi Penyiaran, bisa mengevaluasi, mengembangkan dan melaksanakannya. Agar Penyiaran di Jawa Barat, semakin sehat, kuat dan maju. Lewat acara ini kami bisa langsung berinterkasi dengan masyarakat. Juga mahasiswa yang mewakili pemirsa, sehingga kekurangan kami dalam membuat program bisa kami perbaiki. Tentu yang baik akan kami pertahankan dan yang kurang akan kami evaluasi,” tambahnya.
Ganjar berharap bahwa acara serupa dapat sering di laksanakan. Mengingat bahwa media dapat hadir berkat dukungan dan partisipasi masyarakat dan di dorong oleh praktisi akademisi. Yang menjadi jembatan media penyiaran Jawa Barat, agar bisa berada dijalurnya.
Sementara itu Komisioner bidang isi siaran KPID Jawa Barat sekaligus panitia acara, Dr. Aep Wahyudin M.Si menyampaikan, bahwa diadakannya FGD ini adalah bentuk pembinaan terhadap lembaga penyiaran. Karena itu masukan dan saran dari masyarakat, perlu disampaikan kepada lembaga penyiaran dan KPID.
“Disamping itu juga saat ini sudah diakhir final rekap program, sehingga membutuhkan evaluasi segmentasi lokus, komunitas, sistem. Ataupun yang terkait konten lokal, agar melahirkan kreatifitas dan juga bagaimana penetrasi terhadap konvergensi media di Era Digitalisasi ini,” jelasnya.
Selanjutnya Aep menambahkan bahwa FGD ini juga merupakan kepedulian dari partisipsi KPID Jawa Barat. Terhadap membangun iklim siaran yang sehat. Dimana saat ini, TV Lokal memiliki sinergitas satu sama lain, karena memiliki karakteristik dan kekhasan masing-masing dalam kontennya.
“Dengan interaksi maupun silaturahmi seperti Public Gathering atau Media Gathering ini. Akan nampak bahwa setiap media memiliki kekhasan dalam segmentasi,” tambahnya.
Adapun KPI, lanjut Aep adalah bukan lembaga rival, karena meskipun diawasi. KPI memiliki fungsi sebagai mitra. Sebab KPI melihat bahwa penyiaran merupakan sebagai upaya membangun bangsa.
“Berkaitan dengan tema mengukir prestasi anak bangsa di Era Digitalisasi ini. Terkait dengan apresiasi dan hajat dari KPID Jawa Barat yakni event KPID Jabar Award ke XII tahun 2012. Yang telah dilaksanakan pada 6 Desember lalu dan sangat meriah. Karena diikuti oleh ratusan lembaga penyiaran di 27 Kabupaten dan Kota yang ada di Jawa Barat,” jelasnya.
Mengukir anak negeri, lanjut Aep maksudnya adalah bahwa rutinitas program ini. Bukan hanya asal terlaksana, tapi juga mempunyai nilai yang bisa bermanfaat bagi masyarakat
“Harapan kami tentu lembaga penyiaran lokal, bisa eksis dan dirasakan keberadaanya ditengah konvergensi dan era media baru. Untuk konten lokal ini, semoga memiliki kemasan yang menarik, mendidik dan marketable. Sehingga konten lokal tidak hanya menjadi beban, tapi juga memiliki nilai positif dalam industri penyiaran,” tandasnya.
Aep juga optimistik dengan Media Lokal, sebab lokalitas menjadi khazanah, wadah penelitian yang menjadi modal dalam menopang Industri Penyiaran Nasional.
“Media Lokal ini perlu didukung oleh berbagai pihak, paling tidak kita mengharapkan sinerhgitas dari tiga piramida yaitu pemerintah, yang memiliki kebijakan dengan regulasi, bisa juga dengan program-program yang terkait dengan budgeting Pemerintah Pusat, daerah hingga Kota dan Kabupaten. Selanjutnya yang Ke-Dua yakni Industri itu sendiri, para pengusaha dan pengiklan yang memunculkan industri-industri kreatif. Baik Advertizing, Production House, termasuk komunitas juga kalangan kampus. Dan yang Ke-Tiga adalah Publik, karena Publik merupakan stake holder utama. Dan tidak boleh diabaikan karenanya perlu membangun penyiaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” paparnya. (Tiwi Kasavela).