Garut, BEREDUKASI.Com — SEBELUM era milenial, permainan anak-anak didominasi oleh aktifitas gerak tubuh, kreatifitas dan kekompakan Tim. Sebut saja permainan Gatrik, Panggal, Aling-Boyong, Kukudaan, Wawayangan dan Sasalimpetan.
Permaian-permainan tradisional tersebut, kini jarang sekali dimainkan anak-anak generasi milenial.
Generasi Milenial atau anak “Zaman Now” lebih akrab dengan permainan Gadget, Internet dan serangkaian permainan digital lainnya yang berkembang sangat pesat. Permainan digital yang berada dalam ganggaman tangan tersebut, sangan minim interaksi secara langsung antar anak. Sehingga dianggap kurang baik bagi mental juga fisik sang anak.
Untuk kembali mengenalkan Permainan Tradisional yang sarat interaksi dan aktifitas motorik anak. Kelompok Kreatif dan Sanggar Seni-Budaya Garut yang didukung oleh Dir. Kebudayaan Kemdikbud, Disparbud Jawa Barat dan Disparbud Garut. Akan menyelenggarakan “Festival Permainan Tradisional dan Pertandingan Olahraga Tradisional” tingkat Jawa Barat. Bertempat di Desa Wisata Saung Ciburial, Samarang Garut, tanggal 28 s/d 29 September mendatang.
“Kita seharusnya bangga dan turut melestarikan Budaya leluhur kita yang berupa permainan dan olahraga ini. Kita semua tahu kandungan manfaat dan filosofis, berupa pesan moral maupun fisikal-motorik. Dalam permainan tersebut sangatlah kaya, disamping bersifat hiburan, mendidik serta penuh kesederhanaan,” jelas Irno Sukarno Ketua Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Garut.
Ditambahkan Irno, dengan dilangsungkannya “Festival Permainan Tradisional” tersebut. Diharapkan anak-anak dapat mengenal dan kembali bermain dengan Permainan Tradisional. Sehingga ketergantungan terhadap gadget bisa dikurangi dan kembali bersosialisasi dan bercengkrama bersama teman-temannya secara langsung.
“Disamping untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi dan generasi muda tentang bentuk “Kaulinan” maupun ‘Permainan” sebagai warisan Budaya leluhur Urang Sunda. Permainan ini banyak manfaatnya bagi para pemain, diantaranya menjaga dan melatih sinkronisasi tangan, mata dan fokus atau perhatian. Yang akan berguna dalam meningkatan konsentrasi peserta dan menyeimbangkan kerja otak kiri dan otak kanan. Yang akan bermanfaat serta mempengaruhi kehidupan,” tambah Irno.
Dalam Festival dan Lomba tersebut, akan diperlombakan dua jenis kegiatan yakni berbentuk Pasanggiri, Apresiasi dan Pengenalan yaitu Festival Kaulinan Urang Lembur yang khusus diikuti oleh setingkat SMA/SMK/MA. Dan Lomba /Pertandingan Permainan Tradisional itu sendiri, yang akan diikuti oleh siswa/siswi setingkat SMP/MTs. Sekolah yang ingin mengikuti kegiatan ini bisa mendaftar secara gratis.
Kegiatan ini sekaligus sebagai ajang seleksi bagi Provinsi Jawa Barat. Dalam memilih perwakilan untuk mengikuti “Pekan Kebudayaan Nasional” yang akan diselenggarakan oleh Direktorat Kebudayaan Kemdikbud pada 14 s/d 19 Oktober mendatang di Jakarta.
“Kami mengharapkan kegiatan ini dapat diikuti oleh perwakilan sekolah-sekolah di Jawa Barat. Sehingga keberadaan Permainan dan Olahraga Tradisional bisa tetap terjaga khususnya di kalangan anak-anak,” tutup Irno, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Komunitas Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI) Garut. (Buce Wiriaatmadja)