Jakarta, BEREDUKASI.Com — KESENIAN Tradisi tidak hanya kaya, namun juga semakin kompleks. Terjadi pergeseran bukan hanya pada nilai estetikanya, melainkan juga proses penciptaan (Kreasi).
Bergesernya kriteria proses penciptaan, serta bagaimana objek seni diproduksi menuntut kondisi tertentu di mana pengetahuan tentang seni saja tidak cukup.
Karena itu, para Seniman dituntut lebih serius mengamati, mengenali, dan membaca. Bagaimana kebudayaan bergerak. Sehingga karya para Seniman, mampu merefleksikan kondisi masyarakatnya dalam berbagai perspektif kekinian.
Hal ini antara lain kesimpulan dan pandangan para Juri Pengamat Anugerah Duta Seni dan Budaya Jawa Timur. Yang terdiri dari Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Dra. Nursilah, M. Si, (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta) dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).
Anugerah Duta Seni dan Budaya Jawa Timur yang diselenggarakan Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini. Diikuti oleh para Duta Seni daerah dari 28 Kabupaten Kota Se-Jawa Timur, yang digelar sepanjang tahun 2018. Malam puncak penganugerahan berlangsung di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Sabtu (15/12/18).
Juri Pengamat telah menetapkan, 10 Penyaji Terbaik Duta Seni Daerah (Non-Rangking) yaitu Kota Mojokerto, Kabupaten Madiun, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Tulungangung, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Malang. Para Penyaji Terbaik ini, mendapat Penghargaan berupa, Piagam Penghargaan, Piala dan Uang Pembinaan.
Ketua Dewan Juri Pengamat, Suryandoro, S.Sn, mengatakan, Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, memberi rangsangan dan motivasi bagi para Seniman serta para pemangku kepentingan.
Melalui acara ini Seni Budaya Tradisi, bisa berkembang dan memiliki daya pikat khususnya bagi Wisatawan. Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, penting dijanjutkan agar daerah lebih serius mengemas Seni Tradisi.
“Kebudayaan yang diwariskan harus kita olah dan kita kembangkan tanpa kehilangan “Roh”nya. Menjadi kesenian yang selaras dengan perkembangan zaman. Kita jangan hanya bangga menerima warisan, tapi juga harus punya kebanggaan untuk nantinya, meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya,” ujar Suryandoro.
Juri pengamat, Dra. Nursilah, M. Si, mengatakan, Indonesia dikenal dengan Kekayaan Budaya yang memiliki keragaman Topografi wilayah, Suku, Adat Istiadat dan Bahasa. Setiap area Budaya, menurutnya, memiliki originalitas, otentisitas dan keunikan sangat bernilai dan dijadikan sebagai “blueprint” (teka biru) dalam pola perilaku bagi masyarakat pendukungnya.
“Kesadaran menjaga, melindungi, dan mengembangkan Seni Tradisi harus terus ditumbuhkan di kalangan Generasi Muda. Agar tidak kehilangan orientasi. Seni Tradisi kita, memiliki nilai luhur. Tidak menganggap bahwa Seni dari mancanegara selalu lebih baik. Harus ada upaya agar Generasi Muda merasa bangga dengan Seni Tradisi dari Khasanah Budaya Indonesia,” ujarnya.
Nursilah menilai, acara Duta Seni Daerah sangat penting.
“Kalau bisa ada seleksi di tingkat wilayah. Ada kompetisi antar Instansi, Kecamatan, Sekolah dan lain sebagainya. Kemudian mereka berkompetisi di TMII Jakarta. Selanjutnya para Penyaji Terbaik, bisa dipromosikan tampil di ajang yang lebih tinggi. Misalnya di tingkat ASEAN. Atau bahkan tampil di International Folklore Festival Eropa. Sehingga lebih memperkokoh Pelestarian Pengembangan dan Misi promosi wisata Indonesia,” kata Nursilah.
“Membangun Suasana Kebatinan”
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Sekda Provinsi Jawa Timur, Dr. Supriyanto, yang hadir di acara ini. Menyampaikan sambutan, tentang hidup harmoni, keselarasan, keseimbangan yang menjadi Sentral Budaya Masyarakat Jawa Timur.
“Nilai-nilai ini berkaitan erat dengan orang lain, mencakup relasi sosial. Melalui Seni Budaya kita dapat membangun suasana kebatinan dari hati ke hati dan orang ke orang. Sehingga dapat menimbulkan harmoni, keselarasan dan keseimbangan hidup,” ujarnya menyampaikan sambutan.
Supriyanto, mendorong supaya kegiatan Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, terus menerus dilakukan.
“Provonsi Jawa Timur berupaya keras menjaga kelestarian dan “original” Seni Tradisi. Maka kegiatan Pelestarian Seni dan Budaya Jawa Timur. Kita laksanakan seperti malam ini. Tiap tahun pak Dwi (Drs. Dwi Suyanto, MM – red). Semoga dapat menganggarkan tiap tahun. Bahkan bisa lebih ditingkatkan,” harapnya.
Kepala Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Drs. Dwi Suyanto, MM, dalam sambutannya menjelaskan, acara ini dimaksudkan untuk meningkatkan Citra Seni Pertunjukan Daerah. Mendorong tumbuhnya Seniman Kreatif, memberi ruang bagi pelestarian dan pengembangan kesenian daerah. Serta meningkatkan kunjungan Wisata ke Daerah.
“Dengan berbagai kriteria yang telah kami tetapkan, beberapa grup telah berhasil meraih pencapaian. Diharapkan para Duta Seni Daerah ini, dapat meningkatkan kemampuan mengemas acara kesenian secara inkonvensional. Ikut mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal dan unsur kedaerahannya. Dapat menciptakan karya baru yang lebih atraktif, kreatif dan inovatif. Serta lebih memiliki daya pikat bagi pengunjung,” ujar Dwi Suyanto.
Malam Puncak penganugerahan Duta Seni Budaya Jawa Timur berlangsung meriah. Dihadari sejumlah Seniman, Budayawan, Pejabat, Birokrat, Jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten-Kota Se-Jawa Timur.
Hadir juga diantaranya, Koordinator Anjungan Daerah dan Manajer Hukum TMII, DR. Maryono, SH, MH, CN, Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM, Ketua Pawarta Jatim, H. Sunarto serta beberapa Ketua Paguyuban Kedaerahan Se-Jawa Timur. (EKA)