Banjar, BEREDUKASI.Com — DALAM kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, beberapa waktu yang lalu.
Warga Nahdliyin serta masyarakat dari berbagai daerah, memadati lokasi diselenggarakaannya kegiatan tersebut. Kegiatan yang dibuka sekitar pada pukul 01.00 WIB tersebut, dibuka secara resmi oleh Ketua PBNU, Sirad Agil Siradj, yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Djoko Widodo (Jokowi), yang didampingi Cawapres Ma’ruf Amin, Wakil Ketua MPR RI, Muhaimin Iskandar, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, Ketua Muslimat NU, Khofifa Indar Parawansa, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Wali Kota Banjar, Hj. Ade Uu Sukaesih, Pengasuh Pontren Miftahul Huda Al Azhar, KH. Munawir Abdurrohim perwakilan Pengurus Wilayah NU (PWNU) dari 34 Provinsi, Lembaga, dan Badan Otonom NU ditingkat Pusat. Serta para Kiyai dari berbagai pesantren.
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Sirdj mengingatkan, agar manusia dan kemanusiaan harus tetap menjadi dimensi utama dalam pembangunan. Ia berharap, pemerintah bisa memaksimalkan dampak positif dan meminimalisasi dampak negatif dari revolusi industri.
“Tugas pemerintah adalah mengelola dampak positif revolusi digital, sekaligus mereduksi, mengantisipasi dan merekayasa mudarat teknologi. Agar tidak mendehumanisasi pembangunan,” ungkapnya, saat membuka kegiatan.
KH Said Aqil Sirdj menjelaskan, Jepang telah membicarakan revolusi industri, hasilnya, Jepang mendedikasikan capaian teknologi tersebut untuk melayani kemanusiaan. Ia berharap, Indonesia dengan segala kearifan lokalnya bisa menyambut peluang-peluang baru dalam gelombang revolusi industri tersebut.
“Maka harus ditegaskan sampai kapanpun, hubbul wathon minal iman (Nasionalisme sebagian dari iman). Harus diperkuat sebagai “Human Center” pembangunan Indonesia. Manusia harus hadir, tidak boleh hilang dengan kemajuan digital,” imbuhnya.
Lebih lanjut Said menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW, ketika membangun negara Madinah. Pada saat itu, turun ayat Al-Qur’an yang memerintah agar Nabi Muhammad SAW, mengusir siapa saja yang membuat gaduh dan mengkhianati kesepakatan bersama, Piagam Madinah.
“Karena itu siapa saja yang mengancam NKRI, berniat menggerogoti dan merobohkan NKRI. Akan berhadapan dengan NU. Yang anti Pancasila, yang menggerogoti Pancasila, usir,” tegasnya.
Usai memberikan prakatanya dalam pembukaan kegiatan, acara dilanjutkan dengan sambutan Presiden, Ir. H. Djoko Widodo (Jokowi), yang disambut hujan. Dengan menggunakan peci hitam serta balutan sorban putih, Jokowi mengucapkan terima kasih kepada NU yang telah berkontribusi besar bagi negara, Agama dan masyarakatnya.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, karena NU sebagai jam’iyah terbesar di Indonesia. Bahkan di dunia sudah memberikan kontribusi besar dalam menjaga dan merawat Indonesia,” ungkapnya.
Jokowi menegaskan, NU selalu berada di garis terdepan, baik saat berjuang mengusir para penjajajah. Dan merebut kemerdekaan Indonesia maupun menjaga Negara dari kelompok-kelompok yang ingin mengubah dasar Negara.
“NU juga terdepan dalam menjaga bangsa dan Negara. Pancasila sebagai konsensus bersama bangsa Indonesia penting selalu dijaga,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga akan membangun 1000 Balai Latihan Kerja (BLK) yang terpusat di pesantren-pesantren.
“Persaingan global mengenai industri harus dilandasi kekuatan sumber daya manusia-nya. Maka dari itu pemerintah akan mendirikan 1000 Balai Latihan Kerja, bagi Pesantren,” katanya.
Sebelumnya Jokowi yang ditunggu-tunggu ribuan Nahdliyin tersebut, memainkan alat musik Angklung dalam pembukaan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2019 ini.
Ribuan masyarakat yang masih memadati tempat kegiatan, ketika Jokowi meninggalkan podium. Dan melanjutkan perjalanannya, banyak masyarakat yang meminta foto bersama hingga sampai berdorong-dorongan dengan para pengamanan. (Agus Berrie)