Bandung, BEREDUKASI.COM — Terletak di sebelah kanan Gedung Kantor Pusat PT Pos Indonesia di Jalan Cilaki 73. Museum Pos Indonesia kerap dikunjungi oleh masyarakat, dari berbagai daerah.
Tempatnya yang bersejarah dan ulsannya yang menarik menjadi saya tarik bagi pengunjung. Salah satunya adalah Alfan (25) ia mengaku sudan dua kali mengunjungi museum pos.
“Rasanya senang bisa belajar sejarah pos dan serta melihat langsung barang-barang peninggalan dan yang lainnya. Boneka buatannya juga memberikan kesan tersendiri,” jelasnya sambil mengamati mesin tik tua yang berada disana.
Sementara Rifki (19) yang juga tengah berkunjung ikut mengapresiasi adanya Museum Pos yang baginya juga sangat bermanfaat sebagai bahan informasi kepada masyarakat.
“Bagi seorang filatelis tentu tempat ini bisa menjadi opsi karena terdapat kumpulan perangko dari berbagai negara yang menurut saya sangat unik dan memiliki daya tarik,” terang Rifki.
Mengenai sejarahnya sendiri, Museum Pos dibuka pada tahun 1931 dengan nama Museum Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT).
Ketika pertama didirikan, sebagian besar koleksinya berupa perangko dari dalam dan luar negeri. Setelah keadaannya yang kurang terawat selama Perang Dunia ke-II, dari tanggal 18 Desember 1980, koleksinya diusahakan untuk dilengkapi lagi dengan melakukan inventarisasi dan mengumpulkan benda-beda sejarah yang harus dijadikan koleksi museum.
Tiga tahun selanjutnya, museum diresmikan Menparpostel pada tanggal 27 September 1983, ketika Hari Bhakti Postel ke-30. Sampai pada masa itu, museum sudah memiliki koleksi benda-benda dan peralatan yang ada hubungannya dengan proses sejarah pos dari masa ke masa, selama lima masa pemerintahan yaitu dari masa Kompeni dan Bataafsche Republiek (1707-1803), masa pemerintahan Daendels (1808-1811), masa pemerintahan Inggris (1811-1816), masa pemerintahan Hindia Belanda (1866-1942), masa Jepang (1942-1945) dan masa Kemerdekaan.
Dengan mengunjungi museum ini juga dapat diketahui bahwa selama masa kemerdekaan, Pos Indonesia sekurang-kurangnya sudah lima kali ganti nama dan ganti lambang. awalnya Jawatan PTT (1945-1961), lalu jadi PN Postel (1962-1965), PN Pos dan Giro (1965-1978), Perum Pos dan Giro (1978-1995,) dan pada tahun 1995 jadi PT Pos Indonesia (Persero).
Pada tahun 2013, Museum pos sudah dilengkapi gadget Win Audio tour guide, yang memudahkan pengunjung, untuk merasakan pengalaman berkeliling museum secara menyenangkan tanpa mengurangi nilai informasi edukasinya.
Audio tourguide adalah seperangkat gadget yang memiliki tombol angka, dimana pengunjung dapat mendengarkan informasi audio, hanya dengan menekan angka sesuai dengan posisi objek pamer. Saat ini di Museum Pos Indonesia terdapat 50 objek audio guide, dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Dengan adanya audio guide ini,diharapkan pengunjung semakin mencintai museum, karena informasi audionya sudah di sesuaikan dengan menambah suasana hiburan, fun dan edukatif.
Adapun jam bukanya setiap hari Senin-Jum’at dari pukul 09:00-16:00 WIB, sementara itu di hari sabtu dari pukul 09:00-13:00 WIB dan libur pada hari minggu.
Untuk mengunjungi Museum Pos Indonesia pengunjung tidak dipungut biaya apapun alias gratis. Disamping itu juga akan mendapatkan brosur mengenai informasi dari Museum Pos Indonesia. (Tiwi Kasavela)