BANDUNG, BEREDUKASI.COM — SEBANYAK 67 Frame Foto berjajar sepanjang lorong Museum Kota Bandung. Mulai dari depan, para pengunjung akan disuguhi cerita yang pernah terjadi di Kota Bandung dari yang terkini, hingga dahulu tahun 2007.
Ketua Pelaksana Pameran Foto Bandung dan Kisahnya, Ginanjar Arief memaparkan, hasil foto-foto tersebut merupakan jejak rekam dari para Jurnalis Foto di Kota Bandung.
“Teman-teman jurnalis foto Bandung yang sudah pernah merekam tahun ke tahun untuk Kota Bandung, dari pendidikan, sosial, budaya, dan lingkungan. Dari tahun 2007 yang paling tua, sampai 2023,” papar pria yang akrab disapa Gigin.
Ia mengatakan, ada sekitar 21 fotografer dari lima media yang ikut memamerkan fotonya. Beberapa di antaranya dari media Pikiran Rakyat, Koran Gala, Republika dan media online lainnya.
“Untuk jumlah foto untuk yang khusus pameran saja itu ada 57. Lalu ada juga pameran foto di depan itu hasil foto para pemenang lomba Foto Pesona Paris Van Java sebanyak 6 foto dipamerkan. Jadi totalnya ada 63 foto,” jelasnya.
Pameran ini ditujukan agar para pengunjung bisa tahu perjalanan Kota Bandung dari rekaman kamera para fotografer. Dari penataannya pun Gigin jelaskan, dimulai dari tahun paling terkini hingga paling lawas di 2007.
“Peristiwa-peristiwa yang ada di Bandung ini dari mulai dari yang tahun 2007, lalu Covid-19 kemarin, sampai yang sekarang seperti Aljabbar,” tuturnya.
Pameran ini berlangsung dari 27 September – 4 Oktober 2023 di Museum Kota Bandung. Ini merupakan kali pertama Wartawan Foto Bandung (WFB) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung dalam menyelenggarakan pameran foto.
“Kami biasanya rutin menyelenggarakan dengan Pemerintah Provinsi Jabar. Kita bikin kilas balik Jabar,” kata Gigin.
Ia menambahkan, kisah-kisah yang terlukis dari rangkaian foto tersebut bukan hanya tentang keindahan Kota Bandung, tapi juga ada kritik di dalamnya.
“Ada dukanya juga, seperti kemarin saat kepulangan almarhum Mang Oded,” ungkapnya.
Bukan sembarang foto yang dipilih masuk dalam pameran ini. Foto yang dipilih harus layak tayang dari segi komposisi, informasi, dan nilai historisnya.
“Misalnya seperti foto Gedung Sate ini. Mungkin terlihat biasa saja. Tapi kita belum pernah merasakan Bandung yang sangat clear seperti ini. Foto ini saat PPKM diselenggarakan di masa-masa Covid-19,” ujarnya.
Ia mengatakan, topik paling banyak yang diangkat dalam pameran foto tersebut mengenai peristiwa yang ada di Kota Bandung. Baik itu selintas atau isu yang saat itu terjadi di Kota Bandung.
Salah satu peserta Lomba Foto Pesona Paris van Java Juara 2, Aceng Sofian memilih mengabadikan foto drone Monumen Bandung Lautan Api.
“Pas sekali waktu itu sudah dirapikan kawasannya. Jadi saya senang sekali saat bisa ambil foto ini di masa yang berbeda,” ucap Aceng.
Ia berharap, melalui foto karya hasil jepretannya mampu menggugah kepedulian masyarakat Kota Bandung untuk menjaga fasilitas umum yang sudah disediakan.
“Semoga dengan melihat indahnya Kota Bandung yang seperti ini, masyarakat jadi sadar kalau kita juga harus bisa sama-sama jaga keindahan Kota Bandung dan fasilitas umum yang sudah disediakan,” imbuhnya. (din).