Jakarta, BEREDUKASI.Com — KEKUATAN gastronomi Indonesia konon terletak pada Seni Budaya dan Sejarah-nya.
Lalu apa yang dapat menyatukan orang….? Makanan, kesenian atau karya budaya lainnya…..? Dan Justru semua elemen ini, menjadi keberhasilan integrasi antar masyarakat.
Hal ini tercermin pada perhelatan “Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur” yang diisi oleh Duta Seni Daerah dari Kota Madiun.
Lidah pengunjung tak melulu dapat merasakan kekayaan makanan khas kota ini, tapi juga ajakan untuk saling menghargai keberagaman. Pejabat, Birokrat, Seniman, Budayawan, hingga warga biasa. Semua menyatu tidak berjarak. Menikmati berbagai suguhan hiburan dan makanan, khususnya Seni “Kethoprak” dan “Pecel Pincuk” Madiun.
Acara yang diselenggarakan Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini, digelar di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (24/3/19).
Berbagai bentuk kesenian “khas” Madiun ditampilkan di panggung. Beragam produk kerajinan, makanan, dan minuman, juga dihadirkan di “Bazar Booth Stand Pameran”. Selain menikmati berbagai suguhan kesenian, pengunjung juga dapat menikmati “Pecel Pincuk” Madiun secara GRATIS.
“Makanan khas daerah Madiun, terutama Pecel selalu dirindukan masyarakat. Terutama warga Madiun di perantauan. Potensi ini semakin memperkuat ciri khas autentik Madiun,” ujar Walikota Madiun, Sugeng Rismianto, SH, M.Hum yang ikut menyaksikan perhelatan “Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur” ini.
Keragaman Seni Budaya dan Kuliner, lanjut Sugeng, harus menjadi nilai tambah dan kekuatan ekonomis yang mungkin tidak dimiliki daerah lain.
“Potensi tersebut sudah kita patenkan. Karena itu, mari kita warga Madiun, dari waktu ke waktu dari zaman, ke zaman, semua berkreasi. Dari mulai kreasi Seni Pertunjukan, Pakaian ciri khasnya (Fashion), Kerajinan, Kuliner, hingga Seni Budaya lainnya,” papar Walikota Madiun, yang bulan April 2019 mendatang memasuki masa pensiun.
Duta seni Kota Madiun menampilkan tiga karya unggulan Tari “Solah Mediunan”, Tari “Retno Tinanding” dan “Teater Rakyat”. “Kethoprak” berjudul “Sentot Ali Basya” (Sang Manggal Yuda).
Tari “Solah Mediunan” menggambarkan semangat putra-putri Madiun, menatap masa depan untuk membangun bangsa. Karakteristik tarian ini, lincah, gesit trengginas, sangat dinamis dan selalu menyesuaikan dengan kekinian (Modis). Nuansa Mediunan Tari “Solah Mediunan” dapat dirasakan melalui musikalisasi gending pengiringnya.
Tari “Retno Tinanding” menceritakan sosok prajurit perempuan pemberani dan gigih. Sosok putri bangsawan yang anggun berwibawa. Penggambaran seorang pahlawan perempuan bernama Retno Dumilah.
Teater “Sentot Ali Basya” (Sang Manggala Yuda), menceritakan seorang pahlawan Nasional, Sentot Prawirodirdjo atau lebih dikenal Sentot Ali Basya. Ayahnya, Ronggo Prawirodirjo terbunuh dan dianggap pemberontak karena melawan Belanda. Sentot dendam kepada Belanda atas kematian ayahnya. Ia meneruskan perjuangan ayahnya, melawan penjajahan Belanda dan bergabung dengan Pangeran Diponegoro.
“Inilah kisah-kisah yang menginspirasi. Gending, serta drama tari, yang menjadi kearifan lokal Kota Madiun. Tarian, “Retno Tinanding” antara lain. Menandakan bahwa sejak zaman dulu itu wawasan gender kita kuat. “Retno Dumilah”, adalah sosok inspiratif. Pahlawan perempuan yang telah memperjuangkan nasib masyarakatnya,” papar Sugeng.
Para seniman yang terlibat di pergelaran ini, antara lain Agus Purwowidagdo, S.Sos, MM (Gagasan/Ide Cerita), Mamik Wae (Penulis Cerita & Sutradara), Sapta (Asisten Sutradara), Ninik Sulistyowati, S.Pd (Penata Tari), Sumiati (Penata Panggung), Sony (Penata Artistik), Matius Unang, S.Pd (Penata Kostum dan Penata Rias), Aditya Krisna S.Sn (Penata Musik), serta didukung puluhan pengrawit, penyanyi dan penari.
Duta Seni dari Kota Madiun ini, di bawah pembinaan langsung Walikota Madiun, Sugeng Rismianto, SH, M.Hum. Bertindak sebagai Penasehat, Rusdiyanto (Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Madiun), Penanggungjawab Agus Purwowidagdo, S.Sos, MM (Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata) dan Kepala Seksi Kebudayaan dan Pembinaan Kesenian, Suyono, S.Pd, M.Pd, selaku Pimpinan Produksi.
Turut menyaksikan acara ini Walikota Madiun terpilih (Periode 2019–2024), H. Maidi dan Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM. Hadir juga Ketua Paguma (Paguyuban Warga Madiun) di Jakarta, Pandu Yunianto, Ketua Pawarta (Paguyuban Warga Jakarta) asal Jawa Timur, Sunarto, serta jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Madiun.
Bertindak sebagai Juri Pengamat Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur adalah, Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Dra. Nursilah, M. Si. (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta) dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).
Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur berikutnya menampilkan Duta Seni dari Kota Kediri (31 Maret 2019), serta menggelar Paket Acara Khusus yang akan diisi para Penggiat Seni dan Budaya dari Kabupaten Ngawi, Sabtu, 30 Maret 2019 mendatang.
Pergelaran Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur selanjutnya menampilkan Duta Seni dari Kabupaten Bondowoso (7 April 2019), Kabupaten Pasuruan (14 April 2019), Kota Batu (21 April 2019) dan Kabupaten Sidoarjo (28 April 2019).
Masih agenda budaya di bulan April 2019, di Anjungan Jawa Timur TMII juga akan digelar paket khusus, “Eksotika Budaya Jawa Timur”, Jum’at–Sabtu (19-20/4/19). Disusul kemudian penyelenggaraan Peringatan “Hari Tari Dunia”, Sabtu (27/4/19). (HKS)