Pentas Wayang Semalam Suntuk Ditonton Langsung Masyarakat Dunia di 26 Negara.
Jakarta, BEREDUKASI.Com — MENANDAI peringatan Hari Ulang Tahunnya yang ke-44 (12 Agustus 1975–2019), Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENA WANGI) menggelar pertunjukan “Wayang Kulit” semalam suntuk.
Pakeliran Wayang dengan lakon, ”Sri Sadana” tersebut berlangsung di Gedung Pewayangan Teater Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Jum’at malam (16/8/19).
“Raden Sadana adalah simbol kehidupan, sosok yang memiliki watak murah hati, baik budi, sabar dan bijaksana. Bersama kakaknya, Dewi Sri, ia dikenal sebagai Dewa lambang kemakmuran hasil bumi,” ujar Ki H. Manteb Soedarsono, kepada wartawan sebelum tampil mendalang dalam pergelaran ini.
Didampingi Drs. Suparmin Sunjoyo, Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENA WANGI), Eny Sulistyowati SPd, SE, MM (Ketua Bidang Humas dan Kemitraan SENA WANGI) dan Ketua Pelaksana Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-44 SENA WANGI, Yatto HS, SH., MM, Ki Manteb menjelaskan, tentang esensi makna yang tersirat dalam cerita ”Sri Sadana”.
“Sadana sebagai Dewa hasil bumi diyakini mempunyai tugas memberi kemakmuran kepada masyarakat. Cerita ini sangat relevan dengan budidaya pangan dan kesuburan tanah Nusantara. Pentingnya perbaikan dan peningkatan perekonomian Nasional melalui pangan,” lanjutnya.
Pergelaran wayang kali ini, sekaligus membuktikan bahwa kesenian Wayang tidak hanya digemari para orangtua, melainkan anak-anak muda. Bukti Wayang masih dicintai anak muda, malam itu ikut nonton para “Penggemar Sejati Manteb Sudarsono (PSMS)” yang berdatangan dari seluruh Indonesia.
Sejak belia mendalang, Ki Manteb memang dekat dengan para kawula muda. Hobinya menonton film “Kung Fu”, terutama yang diperankan Bruce Lee dan Jackie Chan, Ki Manteb terapkan dalam keindahan “Sabet” di setiap ia mendalang. Ki Manteb juga membawa peralatan musik modern ke atas pentas. Seperti “Tambur”, “Biola”, “Terompet” ataupun “Simbal”. Yang hingga kini menjadi tren musik “Karawitan” pergelaran Wayang.
Hebatnya lagi pergelaran ini untuk pertama kalinya sebagai pertunjukan Wayang disiarkan secara “life” melalui “Video Streaming” yang ditonton langsung masyarakat dunia di 26 Negara. Kesenian Wayang menjadi sebuah sajian lengkap bernilai mahal di balik keserhanaannya.
Layaknya pergeleran Wayang, di sela-sela berlangsungnya pertunjukan “Limbukan” dan “Goro” -selalu ada “Request Langgam” (Tembang Permintaan) dari penonton. “Request Langgam” pun tidak hanya menjadi sajian hiburan penuh warna. Namun juga berperan membangun suasana.
“Lumayan nanti kalau ada permintaan nanti ada honor tambahan dalam bentuk “Dollar.” ujar Ki Manteb berkelakar. (Ramadhan Panjaitan)