Bandung, BEREDUKASI.Com — BERMULA pada tahun 2014 UPT P2TP2A dibawah binaan Hj. Leni Herlina M.Si yang saat itu tengah gencar mengadakan sosialisasi PKDRT yang pada saat itu masih bergabung dengan BPPKB. Maka PLI-PPA atau “Pusat Layanan Informasi Perlindungan Perempuan dan Anak”. Lahir sebagai garda terdepan untuk untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Herawati, Koordinator PLI-PPA Kecamatan Rancasari mengatakan, bahwa disamping sosialisasi adapula pendampingan dan perujukan.
“Upaya kegiatan kami melalui Three end yaitu 3 akhiri. Yang pertama akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhiri perdagangan manusia dan akhiri kesenjangan ekonomi,” tutur Hera.
Adapun lingkup sosialiasi mulai dari RT, RW, Kelurahan hingga Kecamatan. Untuk menginformasikan bahwa biaya lapor dan konsultasi gratis. Selain itu juga menjelaskan mengenai konsekuensi menjadi korban dan pelaku.
“Kami juga bekerjasama dengan BRIGADIR RW, BABINKAMTIBMAS, BABINSA, DKM, Puskesmas, POLSEK, DANRAMIL, TK yang semuanya saling bersinergi. Untuk mewujudkan “Ketahanan Keluarga” dan menghidupi kembali fungsi keluarga juga lembaga-lembaga pendidikan,” jelas Hera.
Sementara itu Amalia Koordinator PLI-PPA Kecamatan Bandung Kidul juga menambahkan, bahwa PLI-PPA memiliki meja khusus di posyandu berupa Meja Advokasi, dimana berfungsi sebagai tempat untuk melaporkan tindak kekerasan dan penanganannya.
“Untuk masyarakat yang menjadi korban, jangan takut untuk melapor. Karena selain akan ditindaklanjuti, kami juga memiliki psikiater dan konselor yang disediakan di UPT,” tutur Amalia.
Amalia menjelaskan, bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak juga memiliki keterkaitan dengan perdagangan manusia dan kesenjangan sosial. Sehingga ketiga hal tersebut menjadi perhatian.
“Kami pun mengarahkan para korban untuk memulihkan diri. Kemudian aktif, terampil dan berdaya kembali melalui beragam pelatihan dibawah program PKK,” tutup Amalia. (Tiwi Kasavela)