Tasikmalaya, BEREDUKASI.Com — JAWA BARAT khususnya suku Sunda identik dengan Peci atau “Kopèah”. Kopèah yang digunakan sebagai tutup kepala laki laki warna hitam beludru, keberadaannya tak usang oleh jaman. Dari generasi awal hingga generasi berikutnya tetap eksis.
Bahkan Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno adalah “Pionir” pengguna Kopèah. Saat masih mengenyam pendidikan sebagai mahasiswa di Institut Teknologi Bandung, kopèah tak lepas dari kepalanya.
Tidak sebatas disitu, Kopeah bagi masyarakat negeri yang berada di bentangan khatulistiwa ini, dijadikan brand.
Menurut seorang aktivis yang juga pegiat sosial dan anggota BAZ (Badan Amil Zakat) Kabupaten Tasikmalaya, Dwi, “Kopèah” merupakan ciri umat Islam yang memiliki keberagaman suku dan adat istiadat.
“Ini adalah pertanda kerukunan umat dan telah menjadi “brand” Indonesia,” ungkap Dwi.
Sementara itu, pembuat sekaligus penjual “Kopèah” yang merupakan Generasi Ke-Lima “Kopèah” merk “H. Iming”, Muhammad Rienat (35) menuturkan. Pembuatan “Kopèah” ini dibuat oleh tenaga ahli terpilih.
“Dalam setiap pembuatan “Kopeah”, pekerja diwajibkan bersuci dulu atau berwudlu,” ungkap Muhammad Rienat.
Tradisi ini, kata Rienat merupakan kebiasaan turun temurun dari Eyangnya (H. Iming-red). Meski dalam pelaksanaannya mengalami kendala.
“Cukup sulit untuk menerapkannya. Selain dikejar waktu juga prinsif individu yang berbeda,” kata pria lajang ini.
Dengan latar mempertahankan ciri khas “H. Iming” di dalam “Kopeah” dengan motif zig zag menggunakan benang warna kuning. “Kopèah” ini keberadaanya tergolong paling tua. Bahkan para konsumennya termasuk orang-orang yang fanatik.
“Ini artinya mulai sang kakek, ayah, anak hingga cicit dan seterusnya pasti menggunakan “Kopèah” merk “H. Iming”,” jelas Rienat.
Presiden Soekarno kala itu, menggunakan “Kopèah” buatan sang maestro “H. Iming”. Hingga kini petinggi di pemerintahan pun jadi pelanggan fanatiknya.
“Ya, Bapak Proklamator Soekarno merupakan pemakai “Kopèah” leluhur saya. Sekarang para Pejabat di pemerintahan adalah pengguna setia,” ujar Rienat.
Diungkapkan, melihat kondisi para pengguna “Kopèah” H.Iming didominasi para langganan fanatik, Rienat. Bahkan berniat mendirikan “Kampung Kopèah’.
Tujuannya, kata pria yang memiliki tinggi badan 170 Cm berperawakan agak ramping, membangun Uhkuwah Islamiah.
“Yakni membangun silaturahmi diantara umat Islam di seluruh Nusantara,” tandasnya.
Kecintaan para pemakai “Kopèah” H. Iming adalah landasan utama untuk membangun “Kampung Kopèah”.
“Mengenai lokasinya ya….disini di sekitar toko di Kampung Pager Ageung Kecamatan Pager Ageung Kabupaten Tasikmalaya,” pungkas Rienat. (Budi S Ombik)