Tasikmalaya, BEREDUKASI.Com — MUDIK dan Arus Balik Lebaran, memiliki cerita menarik untuk disimak.
Hal ini diakui sejumlah Pemudik Lebaran yang berhasil ditemui BEREDUKASI.Com, selama perjalanan tersebut.
Seperti yang diungkapkan Muthi’ah Muthmainnah salaseorang Pemudik asal Talun, Majalaya Kab. Bandung.
Ia merupakan seorang pelajar SMA kelas 12 di SMAN 10 Kota Tasikmalaya. Menurutnya, ia sekolah di wilayah Tasikmalaya karena mengikuti ayahnya yang berwirausaha di Kota Tasikmalaya.
Selama Arus Mudik beberapa waktu lalu, Muthi’ah menggunakan jasa angkutan Kereta Api. Begitu pun musim Arus Balik, menggunakan jasa angkutan yang sama.
Selama terlibat dalam suasana itu, dianggapnya sebagai hiburan juga dan meninggalkan kesan tersendiri.
“Saat Arus Mudik beberapa waktu lalu. Saya pulang ke Majalaya dan harus berburu tiket KA se-pagi mungkin,” akunya, Sabtu (15/6/19).
Diakui Muthi’ah, saat berjibaku dengan calon penumpang lain untuk mendapatkan tiket, itulah detik detik perjuangannya.
“Saya merasa sedang berjuang hidup untuk nyampe di dalam gerbong. Proses inilah menyimpan keindahan tersendiri,” akunya.
Lain lagi dengan pengakuan penumpang bus. Berjibaku dengan panas terik matahari serta perjalanan yang melelahkan, membawanya untuk melatih kesabaran dan toleransi.
“Abdi mah Kang, tiap musim Arus Mudik dan Arus Balik pasti mengalami hal seperti ini. Sebab saya kerja di Jakarta,” ungkap Dadan (30) salaseorang penumpang bus asal Kab. Garut.
Diakuinya, Arus Mudik dan Arus Balik dianggap sebagai perpaduan Wisata Kuliner yang modern.
Ditambahkan, setelah berdesak desakan di Terminal Bis, untuk bisa masuk ke dalam bus, itu bukan akhir dari suasana Mudik atau sebaliknya.
“Tapi masih berlanjut untuk segera mendapatkan kursi tempat duduk. Kemudian dilanjutkan dengan perjalanan jarak tempuh. Itulah pemuas wisatanya,” katanya.
“Perasaan capek akan hilang seketika, terhapus oleh rasa kangen bertemu keluarga. Begitupun ketika kita datang tepat waktu ke tempat bekerja,” akunya dengan logat Sunda yang kental. (Budi S. Ombik)